27 • Kepastian

1.1K 199 17
                                    

Keesokan paginya, Sherly bangun pukul 7 dan gak mendapati Marsha di manapun. Semalaman, dia mendengar semua cerita Marsha tentang hubungannya dengan Lian dan juga tentang Bayu, kakak Lian. Bahkan, Marsha sampai menangis bercerita tentang hubungannya dengan kakak-beradik itu.

Mata Sherly terpejam, mengingat setiap kata yang Marsha ucapkan semalam. Semuanya terasa sangat nyata dan benar. Jika disambungkan dengan cerita dari Lian, keduanya memang sangat dekat. Keduanya saling mencintai, tapi ada yang membuat mereka gak bisa bersama, yaitu Bayu.

"Aku suka Lian, dari awal ketemu dia aku udah suka. Dia juga bilang suka sama aku, berulang kali. Tapi aku gak bisa nerima dia begitu aja. Hubungan Lian dan Bayu bisa tambah hancur karena aku. Bayu juga suka sama aku dan Lian tau itu dengan jelas."

Sherly membuka mata dan memijit pelipis dengan jari tangannya. Kalimat-kalimat yang diucapkan Marsha kembali terngiang dalam benaknya.

"Bayu lebih pintar dari yang semua orang duga, Lian juga tau itu. Pernah sekali, Bayu buat sebuah obat yang buat salah satu kelinci percobaannya kejang-kejang seharian penuh. Setiap buat sesuatu, Bayu udah mikirin baik-baik efek dan cara mengatasinya. Tapi bukan Bayu namanya jika dia ngasih tau cara mengatasi dengan mudah. Di situlah Lian yang mengambil alih, mengatasi semua yang Bayu lakukan. Bayu pintar, tapi dia suka buat sesuatu yang aneh dan gak pernah bisa dipahami alasan kenapa dia buat itu."

Kunci supaya Lian bisa normal kembali ada di Bayu dan jika mendengar cerita Marsha, Lian punya kemampuan untuk mengatasi masalahnya sendiri. Tapi apakah kali ini cukup berat sehingga sekalinya dia berhasil membuat obat penawar, hanya bertahan beberapa hari dan memiliki efek samping yang luar biasa?

"Bayu ancam Lian, kalo Lian terus ada di sisi aku, dia bakal ngelakuin sesuatu yang buruk. Termasuk yang dilakuin saat pemotretan pertamaku." Saat itu, Marsha menahan napas sebelum lanjut berkata, "Dia minta seseorang sentuh aku sembarangan dan Lian ada di sana sebelum akhirnya, Lian ajak omong orang itu dan lepas kendali. Jujur, aku seneng karena Lian mukul sampe buat orang itu masuk rumah sakit, tapi saat itu aku sadar, ini semua ulah Bayu dan aku gunain momen itu buat ngejauh dari Lian. Untuk jadi alasan buat ngejauhin Lian. Tapi aku gak pernah nyangka kalo Bayu tetap ngelakuin sesuatu sama Lian di saat kami mulai berjauhan. Sesuatu yang gak pernah aku bayangin sebelumnya."

Sherly gak bakal bisa berkorban seperti Marsha, hanya untuk melindungi Lian begitupun sebaliknya. Kisah Lian dan Marsha sangat...menyentuh dan mengikis perlahan harapan Sherly untuk bisa berakhiran dengan Lian.

Jika di bandingkan dengan Marsha, Sherly bukan apa-apa. Marsha jelas lebih cantik dan stylist daripada Sherly. Marsha jelas lebih ramah dan berhati lembut daripada Sherly.

Yang paling penting: Marsha sudah memiliki hati Lian lebih dahulu dan memiliki banyak kenangan dengan Lian daripada Sherly.

Pikiran Sherly buyar saat pintu kamar Marsha terbuka dan Sherly setengah mati terkejut mendapati kakaknya sendiri muncul dari balik pintu bersamaan dengan Marsha.

"Kak Sera?!"

Sarela Putri Wisena tersenyum kepada sang adik sambil melambaikan tangan. "Halo, adik durhaka yang gak pernah kirim kabar ke kakaknya sendiri." Marsha yang berdiri di samping Sera sampai terkekeh dibuatnya.

"Lo ngapain di sini, Kak?!" Sherly bertanya cepat.

Sera melangkah mendekat dan duduk di sisi ranjang sementara, Marsha hanya memperhatikan kakak beradik itu sambil tersenyum penuh arti.

"Gue nyariin lo, bego! Lo itu jadi adik jangan bego-bego banget, apa! Cuti akademik cuma mau nemuin cowok. Alasan macam apa itu?" Sera menyentil dahi Sherly yang langsung memutar bola matanya.

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang