24 • Bertahan

1.1K 214 38
                                    

Semenjak Delia tahu Sherly memiliki pacar bernama Lian, Delia sangat senang melihat sahabatnya yang biasanya sangat jutek dan gak pedulian, tiba-tiba berubah menjadi cewek yang lebih ramah dan ceria. Yang Delia perhatikan juga, Lian seperti pengendali mood Sherly yang buruk. Sherly yang bad mood bisa berubah menjadi ceria hanya karena kehadiran Lian.

Delia dapat menyimpulkan dengan sangat jelas bahwa sahabatnya itu benar-benar jatuh cinta pada cowok ganteng yang katanya anak ITB tersebut.

Tapi beberapa hari belakangan, Delia gak paham apa yang terjadi pada hubungan Sherly dan Lian. Berawal sejak tiga hari lalu. Sherly pulang larut malam dan setahu Delia, dia pergi bersama Lian. Tapi saat itu, Delia sangat mengantuk untuk menyambut kedatangan Sherly. Paginya, semua baru terlihat jelas.

Mata Sherly sembab dan saat Delia bertanya, dia malah memilih bungkam. Delia gak tau harus berbuat apa, sekeras apapun dia mendesak Sherly untuk buka suara, Sherly gak akan buka suara. Sedekat-dekatnya Delia dan Sherly, Delia masih belum bisa menggapai semua tentang Sherly. Sherly sangat tertutup, terlebih lagi untuk urusan asmara.

Atas dasar itu, sepulang kuliah, Delia menunggu Adi di depan laboratorium hanya untuk menanyakan perihal Lian. Adi sangat rajin ke laboratorium. Statusnya sekarang adalah asisten dosen dan mungkin dalam waktu yang gak lama, dia akan menjadi dosen Farmasi di kampus ini.

Sudah satu jam berlalu dan akhirnya, Delia dapat bernapas lega melihat kedatangan Adi. Mata Adi sempat memicing saat bertemu dengan mata Delia. Adi melangkah mendekat dan sesampainya di hadapan Delia, cowok itu langsung bertanya, "Ngapain di sini? Mau pake laboratorium, ya?"

Delia tersenyum canggung dan menggelengkan kepala. Delia baru ingat, seumur-umur kuliah di kampus ini, dia memang sering berpapasan dengan Adi, tapi mereka gak pernah ngobrol. Mungkin, hanya Delia yang tahu namanya Adi sedangkan, Adi gak tahu nama Delia.

"Aku Delia, Kak. Temennya Sherly." Delia mengulurkan tangan dan Adi menjabat tangan itu cepat sambil mengangguk, "Oh, iya, temennya Sherly. Kenapa, Del?" Adi bertanya sambil tersenyum ramah.

Nyokapnya Sherly dulu ngidam apa coba sampe anaknya bisa dikelilingi cowok ganteng bangsat kayak Lian, Kevin sama Adi?

Delia menahan napas sebelum menjelaskan, "Kakak temennya Andreas, kan? Err, boleh minta kontak Andreas gak? Penting soalnya."

Adi mengernyit. "Kenapa gak minta ke Sherly aja? Dan untuk informasi, nama panggilannya itu Lian, bukan Andreas."

"Justru itu, Kak. Kalo Sherly gak apa-apa, aku gak bakal ke Kakak minta kontaknya Andreas, eh maksudnya Lian." Delia menghela napas, "Sherly udah beberapa hari belakangan ngurung diri di kamar. Gak kuliah. Gak mau mandi. Makan juga sedikit banget, itu juga kalo gak dipaksa. Setau aku, orang terakhir yang dia temuin itu Lian. Jadi, aku ambil kesimpulan kalo ada sesuatu yang terjadi antara Sherly dan Lian ditambah Lian gak muncul-muncul dari kemaren."

Adi terkekeh geli mendengar Delia yang berujar cepat, seperti sedang melakukan rapping. Tapi melihat wajah serius Delia, Adi hanya terkekeh sebentar sebelum merespon, "Lian balik ke rumahnya di Bandung. Mungkin Sherly galau karena harus LDR-an sama Lian."

Delia menghela napas lagi. "Yakin cuma karena LDR-an galaunya kayak gitu?"

Adi mengangguk cepat.

"Ya, udah aku minta kontak Andreas, eh Lian." Delia menyodorkan ponselnya kepada Adi.

"Gak sekalian kontak gue juga?" Adi meraih ponsel Delia sambil senyum malu-malu anjing.

Delia tercengang dan mulai merasakan pipinya yang memerah mendengar ucapan Adi. Jantungnya berdegup gak karuan saat Adi mulai memasukkan nomor ponsel ke dalam ponsel Delia lalu, menyodorkan kembali ponselnya ke Delia dengan senyuman lebar.

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang