05 • Ngaku-ngaku

1.6K 238 18
                                    

Sabtu ini, Sherly memutuskan untuk gak melakukan kegiatan apapun selain tidur, tidur dan tidur. Tapi mana bisa Sherly tidur dengan nyenyak saat suara menggelegar Delia membangunkan Sherly dan juga Lian yang tidur bersamanya. Hari ini hari Sabtu dan ini jadwal Sherly untuk mencuci pakaian dan jadwal Delia untuk membersihkan apartment.

Dengan langkah malas-malasan, Sherly mengangkat keranjang pakaian kotor ke dekat mesin cuci yang berada di dapur. Matanya masih sangat mengantuk. Sherly baru bisa memejamkan mata pukul setengah satu malam ketika pikirannya masih berkecamuk tentang rasa penasaran pada sosok Lian yang berusia 24 tahun.

Setelah meletakkan keranjang pakaian kotor, tiba saatnya yang paling malas Sherly lakukan, yaitu: mengisi tabung mesin cuci dengan air. Salahkan Delia yang memilih mesin cuci jadul yang harus diisi air secara manual, bukan otomatis. Ditambah, gak ada selang yang sekiranya bisa memudahkan menampung air dari kamar mandi ke mesin cuci, atau dari washtafel ke mesin cuci.

Jadi, harus pake tadahan dan harus mondar-mandir bawa air lalu, dimasukkan ke mesin cuci. Sekarang, Sherly sedang sibuk mencari baskom tempat dia biasa buat nampung air di mesin cuci.

"Perlu bantuan?"

Sherly memicingkan mata ketika mendapati Lian yang duduk di meja makan, tengah memakan menu sarapannya alias roti bakar buatan Delia. Bahkan, Delia gak ngebiarin Sherly sarapan dulu sebelum nyuci.

Sherly mengabaikan tawaran Lian dan masih sibuk mengisi mesin cuci dengan air. Delia pasti tengah menyapu di kamar. Lagipula, jika Lian membantu, apa yang bisa anak kecil itu lakukan? Jika tubuhnya besar, mungkin Sherly akan langsung suruh dia buat ngangkut air pake ember dari kamar mandi ke sini biar cepet keisi tabung mesin cuci.

Delapan kali mondar-mandir mengisi air ke tabung mesin cuci dengan baskom abu-abu yang Sherly juga gak paham kenapa bisa ada bersamanya sejak dia menginjakkan kaki di apartment ini. Padahal, Sherly dan Delia datang hanya bermodalkan pakaian. Udah, gitu doang.

Sherly mulai memasukkan pakaian-pakaian kotor beserta deterjen ke dalam mesin cuci sebelum mulai membiarkan si mesin cuci melaksanakan tugasnya. Sambil menunggu mesin cuci selesai, Sherly melangkah ke meja makan dan duduk di dekat Lian lalu, mengambil potongan roti bakar yang masih ada di atas meja dan memakannya lahap.

"Kalo gak sanggup nyuci, mending dibawa ke tempat laundry. Satu kilo paling mahal lima belas ribu, daripada gak ikhlas nyuci dan gak tau, deh, nasib baju-baju itu."

Mendengar ucapan Lian, Sherly mengerucutkan bibir. "Terus apa gunanya ada mesin cuci di sini? Duh, lo gak tau seberapa susah gue sama Delia buat ngedapetin mesin cuci. Waktu itu ada lomba di kampus, lomba makan mie pedes. Juara satu dapet kulkas, juara dua dapet mesin cuci. Gue juara satu, Delia juara dua. Setelah lomba, kita mencret seminggu."

Lian tertawa mendengar cerita Sherly dan senyuman muncul di bibir Sherly. Sherly gak pernah suka anak kecil karena menurutnya merepotkan. Tapi Lian sebuah pengecualian. Meskipun gak tau dia anak kecil asli atau bukan, Lian gak pernah nyusahin dan berbicara dengan Lian membuat Sherly merasa seperti memiliki teman curhat.

"SHERLY! KE SINI SEKARANG!"

Senyuman Sherly lenyap seketika mendengar suara menggelegar Delia. "IYA GUE KE SANA!" Sherly balas berteriak dengan suara gak kalah menggelegar sambil mulai melangkah meninggalkan dapur.

Sherly mencari keberadaan Delia dan nyatanya, Delia berada di pintu dengan seorang cowok yang dari seragamnya bisa Sherly yakini sebagai kurir sambil menenteng sebuah kotak pipih. Sherly buru-buru berbalik masuk ke kamar dan ngambil jaket lalu, mengenakannya. Ya, kali dia mau pamer kalo dia gak pake bra dan nemuin kurir cowok itu.

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang