11 • Kesakitan

1.4K 211 8
                                    

Dikarenakan Delia yang sedang pulang kampung, Lian akhirnya gak harus berbagi ranjang dengan Sherly dan bisa tidur di ranjang Delia. Sejujurnya, Lian memang sangat merasa jika dia merepotkan Sherly dan Delia, terlebih lagi Sherly. Cewek itu membantunya dan hanya meminta balasan Lian berupa jasa mengerjakan tugas-tugas kampusnya. Tapi jika dibandingkan dengan apa yang Sherly lakukan untuk Lian, itu belum seberapa.

Sherly harus rela berbohong kepada Delia supaya dia mau mengizinkan Lian tinggal di apartment ini. Butuh waktu lama membuat Delia percaya meski Lian yakin, banyak pertanyaan yang ada dalam benak Delia tentang Lian, tapi tertahan karena Sherly. Selain itu, Sherly juga harus mengurus makanan dan pakaian Lian sehari-hari. Lian merasa berhutang banyak pada cewek itu.

Lian memiringkan tubuh berbaringnya, menatap sisi kiri wajah tertidur Sherly. Sherly tertidur sangat lelap dan sepertinya dia sangat kelelahan setelah mengikuti kegiatan bersama BEM tersebut.

Lalu pikiran Lian tiba-tiba menerawang pada semua curahan hati Sherly padanya. Sherly sangat terbuka dengan Lian. Hampir tiap malam sebelum tidur, Sherly pasti akan meminta Lian menemaninya mengerjakan tugas di ruang tamu, seenggaknya itu yang Delia ketahui. Walau fakta mengatakan jika lebih sering Lian yang mengerjakan tugas sementara Sherly mencurahkan seluruh isi hatinya.

Salah satu yang paling Lian ingat tentang curahan hati Sherly adalah fakta jika dia gak punya banyak teman cewek dan seringkali mendapat fitnah sebagai perusak hubungan orang. Bukan salah Sherly juga dia cantik dan memikat banyak cowok, termasuk cowok yang memiliki pacar sekalipun. Tapi Sherly bukan tipikal cewek yang mudah jatuh cinta. Kalaupun ingin jatuh cinta, Sherly pasti mikir-mikir dulu dan gak akan mau sama pacar orang.

Lian juga sama seperti Sherly. Bahkan Lian pernah dicap sebagai pengkhianat saat temannya diputuskan sang pacar dan beberapa saat kemudian, mantan pacar teman Lian itu datang menemui Lian dan menyatakan perasaan. Lian gak pernah paham apa yang para cewek lihat dari dia dan jika memang dia tampan, apa yang harus dia lakukan? Bukankah itu takdir yang gak bisa diganggu gugat?

Kalaupun mereka diputuskan oleh pacar mereka yang nyatanya lebih tertarik pada orang lain, kenapa harus menyalahkan orang lain itu ketika diri merekalah yang harusnya disalahkan. Pasti ada sesuatu dalam diri mereka yang membuat pacar mereka berpaling.

Sejujurnya, Lian gak begitu tertarik untuk menjalin sebuah hubungan dengan cewek sampai Marsha hadir dalam hidupnya. Marsha adalah cinta pertama Lian dan cewek pertama yang berhasil membuat Lian seperti orang gila yang rela melakukan apapun untuknya.

Marsha cewek pertama yang bersikeras mengajak Lian bicara meskipun Lian hanya menjawab dengan anggukkan atau gelengan kepala. Marsha cewek pertama yang mengajaknya pergi berkencan. Marsha cewek pertama yang berhasil buat Lian bicara tentang keluarga, teman dan apapun. Marsha cewek pertama yang selalu punya cara buat Lian tersenyum dan tertawa. Marsha cewek pertama yang membuat Lian yakin dan percaya jika cinta itu memang ada.

Marsha adalah yang pertama dalam segala hal di dalam hidup Lian. Lian sangat menyayanginya sampai pertengkaran hebat mereka beberapa waktu lalu.

Sangat menyakitkan saat Lian tahu Marsha lebih memilih untuk menuruti keinginan dan desakan orang lain daripada mendengarkan Lian, barang sebentar.

Lian mendongak ketika getaran terdengar. Bocah itu menggeser posisi tidurnya dengan tangan yang terulur meraih ponselnya yang berada di atas meja, berdampingan dengan ponsel milik Sherly.


Lian menatap layar handphone lebar yang susah payah dipegangnya. Tangan Lian terlalu mungil untuk dapat memegang iPhone 6 hanya dengan satu tangan. Terpaksa, Lian menggunakan dua tangan untuk memegang handphone-nya. Lian menghela napas mendapati nama yang tertera pada layar ponsel lebarnya tersebut.

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang