33 • BKTD

1.1K 195 34
                                    

Sejak kemarin tiba kembali di Jakarta, yang Sherly lakukan adalah berbaring di ranjang, mager melakukan apapun. Anggap saja dia ngambek ke Delia dan Sera, sekaligus meluapkan rasa rindunya ke ranjang kesukaannya. Selama di Bandung, satu-satunya tempat nyaman buat Sherly tidur adalah ranjang rumah sakit tempat Lian tidur juga. Ditambah tidur bersama Lian, merasakan hembusan napas cowok itu kemudian, menghirup aroma tubuh cowok itu.

Jadi berasa tidur seranjang sama suami, seenggaknya itulah yang ada di dalam benak Sherly yang membuat cewek itu ketagihan.

"Bangun, woi! Udah pagi!"

Suara 'merdu' Delia menyapa gendang telinga Sherly. Delia menarik selimut yang Sherly kenakan dan Sherly menariknya balik sambil berkata, "Enggak! Gue mau tidur! Gue butuh tidur!"

"Lah, anjir! Lo udah tidur hampir sembilan belas jam dari kemaren, ya! Lo tidur apa hibernasi?!" omel Delia, teman sekamar Sherly yang paling bawel.

Sera pergi entah ke mana sejak mengantar Sherly, Delia dan Kevin ke apartment ini. Sera pergi tanpa mengatakan sesuatu dan Sherly gak peduli, oke? Sherly pokoknya masih ngambek sama Sera, Delia dan Kevin yang memaksanya kembali ke Jakarta saat Sherly seharusnya ada di Bandung, menemani Lian.

Sherly hendak menutupi wajahnya dengan selimut, tapi perkataan Delia selanjutnya membuat Sherly langsung melotot dan bangkit dari posisi berbaringnya menjadi duduk.

"Hape lo dering dari tadi. Lian nelepon. Gue gak berani angkat, takut lo marah."

Buru-buru, Sherly mencari keberadaan ponsel yang sebenarnya ada di atas meja di samping ranjangnya. Butuh waktu beberapa menit bagi Sherly menemukan ponselnya itu ketika Delia gak bantu sama sekali. Delia malah sibuk menahan tawa melihat Sherly yang seperti orang linglung.

Setelah berhasil mendapatkan ponselnya, Sherly tersenyum  dan membuka kunci layar. Senyumannya bertambah lebar mendapati ada lima panggilan tak terjawab dari Lian dan juga satu pesan masuk dari Lian. Buru-buru, Sherly membuka pesan tersebut.

Until I see you again, Sena.

Cewek itu diam, berusaha memahami maksud dari pesan Lian. Sesegera mungkin, Sherly menghubungi Lian, tapi nomor yang dia hubungi nyatanya gak aktif. Sherly terus berusaha menghubungi, tapi hasilnya sama.

Sherly menghela napas pasrah sebelum meletakkan ponselnya di posisi semula. Cewek berambut panjang kecokelatan itu memejamkan mata, berusaha untuk berpikiran positif.

Mungkin sekarang Lian lagi istirahat. Gue gak boleh ganggu dia. Dia harus cepet sembuh.

*****

Adiputra Karun mengernyitkan dahi melihat sahabatnya yang padahal baru kemarin ke luar dari rumah sakit, kini sudah menyeretnya ke dalam sebuah ruangan rahasia di rumahnya sendiri yang nyatanya berisikan banyak peralatan para peneliti.

Adi gak berbuat apapun, hanya melihat Lian yang tengah mencari sesuatu di setiap inchi ruangan yang diketahui adalah ruang kerja ayahnya sendiri itu. Sejujurnya, Adi cemas. Adi takut. Adi panik. Gimana enggak? Ruangan kerja ayahnya Lian ini dilapisi banyak pengaman, tapi Lian berhasil membobol begitu saja. Pasti banyak rahasia di dalam sini.

"Lian, lo serius? Gimana kalo ada kamera CCTV? Gue yakin, bokap lo orang yang paling jaga privasi dan sekarang, lo masuk ke ruangan paling privasi punya dia "

Tanpa menoleh sedikitpun pada Adi, Lian yang masih mengecek satu per satu rak yang ada di sana membalas, "CCTV udah gue retas. Gue punya mata-mata terpercaya yang bilang kalo bokap gue bakal balik besok siang. Sekarang, dia lagi ngisi kuliah umum di Garut."

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang