28 • Penawaran

1.1K 198 6
                                    

Marsha menggenggam tangan dingin Lian, erat sambil terus menatap wajah tampan dan pucat cowok yang jauh lebih muda darinya itu. Sudah lima menit berlalu dan Marsha punya sepuluh menit lagi untuk terus mengabadikan tiap lekuk wajah seorang Andreas Julian Permana.

"You won't leave me, right? Kamu janji akan selalu ada buat aku. Kamu harus cepet sadar, Lian. You promised me to always stay by my side." Marsha mengecup punggung tangan Lian dan memori-memorinya bersama Lian dulu langsung terputar dalam pikirannya.

"Yang ini?"

Marsha menunjukkan dress berwarna biru tanpa lengan kepada Lian yang sedang memicingkan mata, memperhatikan dress itu baik-baik. Hari ini, Marsha sengaja menunggu Lian selesai kuliah hanya untuk memaksa cowok itu menemaninya membeli beberapa pakaian yang sekiranya bisa mendukung pekerjaan baru Marsha sebagai model endorse. Berawal dari tawaran temannya untuk menjadi model bisnis pakaiannya, wajah polos nan manis Marsha langsung menjadi perbincangan di sosial media dan membantu banyak pebisnis menemukan Marsha untuk menjadi model mempromosikan barang bisnis mereka.

Setelah menunggu beberapa saat, Lian akhirnya menggeleng sambil berkata, "Enggak. Terlalu terbuka."

Marsha berdecak kesal mendengar komentar Lian. "Ini dress yang keempat aku tunjukkin dan lebih tertutup dari ketiga dress lain, tapi masih kamu bilang terbuka? Ya Tuhan, Lian. Kamu mau aku pake baju kayak gimana buat endorse?" Marsha mengerucutkan bibirnya.

Lian terkekeh lalu, mencubit kedua pipi Marsha gemas. "Kamu cantik dan gak usah bikin lebih banyak cowok naksir kamu dengan pake dress terbuka kayak gitu. Pake kaus pun, kamu udah sangat menarik. Aku gak mau tambah banyak saingan kalo kamu pake dress kayak gitu."

Marsha terkekeh geli dan air mata sudah jatuh di pipinya mengingat momen itu. "Aku gak pake dress sekarang. Aku pake kaus, kayak yang kamu mau. Biar saingan kamu gak lagi banyak."

Memori lain muncul dalam pikirannya.

"Liaaannn, ayo, dong! Mereka mintanya aku endorse sama model cowok soalnya, yang mereka pasarin itu kaus pasangan. Masa gak diizinin, sih?!"

Marsha merengek saat Lian dengan cepat berkata enggak Marsha meminta izin untuk menjadikan Akbar, teman Lian sendiri, sebagai model berpasangan dengannya untuk endorse. Akbar-nya, sih, langsung bilang iya, tapi tiba-tiba Lian bilang ke Akbar kalo pemotretan gak jadi. Padahal, menurut Marsha, dari semua cowok yang dia kenal, cuma Akbar yang model-able. Lian juga, sih, tapi Lian aja langsung nolak saat Marsha minta dia jadi model.

"Tinggal tolak aja gampang, kan?"

Marsha melotot mendengar ucapan santai Lian. "Apaan? Kamu mau aku dituntut karena mereka udah transfer uangnya, tapi aku batak nge-endorse-in barang mereka? Kamu nyari gara-gara, deh."

"Transfer balik aja uangnya."

"Ih, Lian! Mana bisa gitu! Entar aku dibilang gak profesional!"

Perdebatan mereka berakhir dengan Lian yang pasrah menjadi model endorse, berpasangan dengan Marsha. Marsha gak bisa berhenti senyum. Gimana enggak kalo dia melakukan pemotretan berpasangan dengan orang sangat dekat dengannya? Ada kebahagiaan sendiri.

 Gimana enggak kalo dia melakukan pemotretan berpasangan dengan orang sangat dekat dengannya? Ada kebahagiaan sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang