04 • Masalah Wanita

1.9K 234 29
                                    

Tepat ketika jam di dinding menunjukkan pukul 5 sore, pintu apartment terbuka. Menampilkan Delia dengan wajah kusutnya yang membuat Sherly yang tengah memoles sedikit make up di wajahnya, menoleh sambil mengernyitkan dahi. Lian duduk di tepi ranjang, memainkan kakinya—semoga saja dia terlihat seperti anak kecil polos walaupun, dia juga menyadari ada keanehan di ekspresi wajah Delia.

Tanpa berujar apapun, Delia melempar tasnya ke atas ranjang sebelum melepaskan sepatu yang dia kenakan dan melangkah cepat memasuki kamar mandi. Mata Sherly dan Lian mengikuti gerak-gerik cewek itu sebelum menghilang ke dalam kamar mandi.

"Kenapa dia?" Sherly bertanya heran, menghentikan kegiatan memoles lipgloss di bibir merah mudanya.

Lian mengedikkan bahu. "Pe-em-es, kali?" Lian berbisik pelan, tapi Sherly dapat mendengar dengan jelas.

Sherly menggeleng. "Enggak, kayaknya. Dia kalo PMS barengan gue. Gue baru kelar PMS minggu lalu."

Bibir Lian membentuk huruf O sambil mengangguk-anggukkan kepala. Sherly kembali menatap cermin dan baru hendak memoleskan lipgloss di bibir merah mudanya, pintu kamar mandi terbuka dengan cukup keras. Delia muncul dari dalam kamar mandi dengan kepala basah.

Sherly dan Lian tercengang melihat mata tajam Delia, seperti hendak membunuh seseorang. Buru-buru, Sherly mengurungkan niat memakai lipgloss dan beranjak berdiri dari kursi kayu tempatnya duduk tadi. Mata Delia tertuju padanya, tajam.

"Kevin titip salam buat lo. Katanya baca line, wa dan bales sms sama telepon dari dia."

Ucapan Delia membuat Sherly memutar bola mata dan melangkah mendekati Delia yang tengah berapi-api. Sherly hampir lupa jika ini bukan kali pertama Delia marah seperti ini hanya karena alasan sepele. Hanya karena seorang cowok bernama Kevin yang kerapkali mencari keberadaan Sherly mengingat keduanya terlibat dalam organisasi BEM.

"Girl, sabar, oke. Gue lagi males ikut rapat BEM. Makanya, gue gak bales satupun pesan dari si Kevin. Dia kalo ngirim pesan ke gue, pasti seputar BEM. Gak pernah seputar yang lain." Sherly menjelaskan dengan penuh kehati-hatian dalam memilih kata.

Mata sipit Delia memicing. "Apa peduli gue? Mau dia sms lo nanyain: 'lagi di mana, Sayang?' atau 'Udah makan belum?' atau apapun itu," Delia menatap Sherly yang menahan tawa dengan penuh ancaman, "Gue gak peduli!"

Kemudian, dia melemparkan tubuhnya ke ranjang miliknya dengan posisi tengkurap. Sherly terkekeh dan menepuk bokong Delia berkali-kali sambil berkata, "Del, gue mau berangkat. Gue titip Lian, ya. Entar gue sampein titipan lo ke Kevin."

"Gue gak nitip apa-apaan, njir."

"Titip salam dan cinta dari dek Delia buat abang Kevin, biar segera di-notice dek Delia-nya."

Delia bangkit dari posisinya dan memicingkan mata lagi ke Sherly yang tertawa. Jari telunjuknya di arahkan ke Sherly. "Berani lo ngomong sama dia, gue cincang lo!"

Sherly selesai mengenakan lipgloss dan langsung meraih tasnya, melangkah ke arah Lian dan mengelus puncak kepala bocah yang mungkin berusia sekitar 5 tahun itu.

"Hati-hati di rumah, ya. Tante Delia—," ucapan Sherly terpotong dengan pekikan keras Delia.

"TANTE?!"

Sherly kembali terkekeh geli di tambah lagi dengan ekspresi menahan tawa Lian yang benar-benar membuat Sherly gak bisa nahan buat gak cubit pipi bocah itu.

"Jangan bandel. Baik-baik di sini, ya, Lian baby."

Lalu, Sherly beralih ke Delia yang masih menatapnya tajam. "Gue berangkat, Del. Kalo terjadi sesuatu yang buruk sama Lian, gue yang bakal menjadi orang pertama yang cincang lo."

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang