25 • B & M

1.2K 215 11
                                    

Hari ini hari pertama Sherly masuk kembali ke kampus, setelah lima hari gak beranjak sedikitpun dari ranjang kamar apartment-nya. Baru sampai di depan kelas, Sherly sudah disambut oleh Mira, Kevin dan juga Delia yang tersenyum sumringah kepadanya.

"Welcome back, Sherly!"

Sherly tersenyum kepada teman-temannya itu sambil berkata, "Apaan, sih. Pake penyambutan segala." Cewek itu melangkah memasuki kelas dan meletakkan asal tasnya di atas meja, sebelum beralih menatap ketiga teman yang masih mengikuti tiap geraknya.

"Kangen tau, hampir seminggu gak ketemu." Kevin berujar, menarik kursi di depan Sherly dan memutarnya menghadap ke tempat duduk Sherly.

"Gue enggak." Sherly menjawab santai, dari dasar hati meskipun, mungkin Kevin hanya menanggapi ucapan Sherly sebagai bercandaan.

Delia beralih duduk di samping Sherly sementara, Mira duduk di atas meja Sherly. "Makan-makan, nih. Penyambutan kembali Sherly ke kampus setelah melakukan hibernasi di kamar selama hampir seminggu."

Sherly memutar bola matanya. "Gue cuma masuk hari ini, kok. Mau ngurus cuti akademik."

Mira, Kevin dan Delia melotot mendengar perkataan Sherly.

"Sumpah?! Lo bercanda? Bentar lagi lulus malah mau ngambil cuti! Mending fokus ke skripsi biar cepet lulus!" omel Delia.

Kevin mengangguk setuju. "Iya, lah. Cuti akademik malah ngehambat kelulusan. Lagian kamu ngapain ambil cuti, sih? Keperluannya apa?" Kevin melipat tangan di depan dada, gak habis pikir dengan jalan pikiran cewek yang dia taksir itu.

"Gak cukup hibernasi seminggu?" Mira menimpali.

Sherly menahan napas dan menghelanya perlahan sebelum dengan mantap berkata, "Gue mau nyusul Lian ke Bandung."

Lagi, Mira, Kevin dan Delia melotot mendengar ucapan Sherly, tapi sebelum salah satu dari mereka berkomentar, Sherly sudah memotong dengan cepat dan penuh keyakinan.

"Gue mau ketemu Lian dan ini final. Gak ada yang boleh ganggu gugat."

*****

"Bayu, Papa mau bicara sama kamu."

Mata pria berusia 28 tahun itu memicing mendengar suara sang ayah yang sangat jarang memanggilnya untuk bicara. Bayu yang baru sampai di rumah setelah hampir seminggu gak kembali, mengernyitkan dahi. Sangat langka jika sang ayah memanggilnya untuk bicara. Di ruang kerjanya juga yang jarang terjamah oleh manusia lain selain dirinya.

Bayu melangkahkan kaki memasuki ruangan kerja ayahnya dan sudah mendapati sang ayah duduk di meja kerja, membuka sebuah map berwarna merah. Kacamata bertengger di hidung mancung. Usianya sudah melebihi 50 tahun, tapi fisiknya dapat dikatakan sangat baik dan semua itu menurun pada anak-anaknya, termasuk Bayu.

"Duduk, Bayu."

Perintah ayahnya langsung Bayu laksanakan. Bayu duduk tegak dan mulai tahu ke arah mana pembicaraan ini akan menuju. Sebelum sang ayah membuka bicara, Bayu sudah berkata terlebih dahulu, "Kalo Papa minta aku buat selidikin segala sesuatu yang bersangkutan dengan keadaan Lian sekarang, papa minta tolong orang yang salah."

"Dia adik kamu dan kamu tahu jelas itu."

Bayu mengangkat satu alis. "Cuma adik tiri. Hasil selingkuh Papa sama cewek murahan itu."

Mata sang ayah melotot. "Jaga bicara kamu, Bayu. Dia tetap Ibu kamu."

Bayu menggeleng. "Ibunya Lian, iya. Tapi bukan Ibu aku. Mama yang Ibu aku, bukan cewek itu. Untung aja, cepet-cepet dipanggil Yang Maha Kuasa itu cewek."

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang