23 • Mimpi

1.2K 206 29
                                    

Hari ini, Sherly Amanda Wisena bangun lebih pagi dari biasanya. Bahkan Sherly bangun lebih awal dari Delia. Biasanya, dia yang akan dibangunkan oleh Delia, tapi khusus hari ini, Sherly bisa bangun sendiri hanya karena sebuah mimpi sialan yang benar-benar menguras tenaga dan pikirannya.

Sherly memejamkan mata dan menggeleng-gelengkan kepala sebelum beranjak dari ranjang menuju ke washtafel. Sherly membasahi wajahnya dengan air di washtafel dan bercermin sejenak, menatap pantulan wajah pucatnya di cermin. Peluh membasahi dahinya. Sherly memejamkan mata lagi dan menggeleng.

"Enggak. Enggak. Enggak."

Dia bergumam seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan permen. Sherly melangkah ke luar dari kamar mandi dan kali ini, dia sudah mendapati Delia yang sudah terbangun dari tidur lelapnya, tengah menatap Sherly dari sudut mata sayunya, masih dalam posisi telentang.

"Lo gak apa-apa?" tanya Delia, mengubah posisinya menjadi duduk bersandar pada sandaran ranjang.

Sherly tersenyum dan menggeleng. "Gak apa-apa, Del. Cuma mimpi buruk aja, terus kebangun. Gue ganggu tidur lo, ya?"

Delia menggeleng. "Enggak, emang udah waktunya gue bangun, kok." Delia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 6.30 pagi. "Tumben lo mimpi buruk. Terakhir gue denger lo mimpi buruk, itu udah lama banget. Kayaknya awal-awal kita kuliah."

Sherly mengangguk, menuju ke ranjangnya dan duduk di tepian. "Gue mimpiin Lian. Mimpi gue...buruk banget. Gue mimpiin Lian...meninggal. Ya Tuhan, gue gak kebayang sama mimpi itu. Amit-amit. Jangan sampe kejadian. Gue belum ikhlas." Sherly menutup mata dan menggeleng-gelengkan kepala.

Delia melipat tangan di depan dada. "Kalo mimpiin orang meninggal, tafsir mimpinya itu biasanya orang itu panjang umur."

Sherly menundukkan kepala, memegang kepalanya. "Mimpi gue serem banget, Del. Gue gak paham kenapa gue mimpi kayak begitu dan kenapa harus Lian yang muncul dalam mimpi gue? Gue gak inget kapan terakhir gue mimpi yang jelas itu bukan pertanda baik." Sherly menatap Delia resah, "Lo inget, kan, waktu gue mimpi sampe nangis gak berhenti waktu itu? Mimpi gue jadi kenyataan. Nenek gue meninggal persis sama kayak yang ada di mimpi gue."

Mata Delia memicing. "Hush! Lo ngomong jangan sembarangan! Lo mau mimpi lo dijabah sama malaikat yang lewat?!"

Sherly menggelengkan kepala cepat. "Gue gak mau kehilangan Lian, Del. Gue belum cukup bahagia sama Lian. Gue belum punya masa depan sama Lian. Gue...gue belum bisa capai harapan gue untuk terus sama dia." Sherly mengecilkan suaranya untuk kalimat terakhir.

Delia bangkit dari ranjang dan duduk di samping Sherly. Delia menarik Sherly mendekat, menyandarkan kepala Sherly di bahunya sambil mengelus lembut pundak Sherly, berusaha menenangkannya.

"Gak, Sherly. Itu cuma mimpi. Itu cuma kekhawatiran berlebihan lo. Faktanya, Lian gak akan kenapa-napa. Dia bisa jaga diri baik-baik."

Sherly hanya diam menggigit bibir bawah menahan tangis. Delia melirik Sherly menatapnya iba. Terakhir kali Delia melihat Sherly secemas ini, ya, waktu dia bermimpi tentang neneknya yang meninggal. Beberapa hari setelah mimpi, memang nyatanya nenek Sherly meninggal dan Sherly sangat hancur dibuatnya. Sherly sangat dekat dengan neneknya. Dia bahkan mengurung diri di apartment selama nyaris dua minggu sejak kepergian neneknya.

Delia gak bisa ngebayangin seperti apa Sherly jika mimpinya kali ini menjadi nyata. Ini pertama kalinya, Delia melihat dengan mata kepala langsung bagaimana seorang Sherly Amanda Wisena jatuh cinta pada seorang cowok. Biasanya, Sherly jutek bukan main pada cowok manapun.

Andreas Julian Permana adalah cowok paling beruntung sedunia karena berhasil meluluhkan hati beku Sherly dan harusnya cowok itu bisa memperlakukan Sherly sebaik mungkin. Sherly sangat langka untuk jatuh cinta, tapi sekalinya dia jatuh cinta, dia akan jatuh cinta sangat dalam.

Lian BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang