Kring.... Kring... suara berisik yang berasal dari 5 jam beker yang berbunyi silih berganti selama 5 menit sekali. Walaupun begitu tidak membuat yang bersembunyi di balik selimut mau bangun. Aku hanya bisa berdedak pinggang ketika hampir setiap akhir pekan.
“Mau sampai nampan kamu tidur terus seperti ini “ Aku berjalan kebagian jendela. Membuka tirai jendela agar cahaya matahari bisa masuk
“Yang... tutup jendelanya” keluhnya yang kini justru sembunyi dibalik selimut
“Bangun, jangan malas" ucapku yang sedikit kesal ketika melihatnya yang bukannya bangun melainkan justru kembali tidur.
“Apa sih yang...” dia tampak menatapku tidak suka karena mengganggu tidurnya
“Jangan mengeluh, sekarang bangun dan mandi, aku tunggu di bawah" ujarku yang kini tengah merapikan bagian bantal. Bukannya bangun dia malah menatapku dengan pemandangan aneh
Brrkkk.... Aku melemparkan tatapan horor dengan apa yang dia lakukan.
“ Lepas enggak! Kalau enggak aku akan memukulmu “ancamku. Tapi bukannya menjauh dia malah makin berani. Tentu aku tidak pernah main-main. Saat dia makin dekat kuarahkan tanyaku ke wajahnya mendorong dengan sedikit kasar membuat dia terjatuh. Sempat beberapa kali aku mendengar dia mengaduh karena kesakitan.
“Jangan galak-galak kenapa sih ,yang...” keluhnya.
“ Udah sana mandi....”Aku melemparkan handuk padanya serta mendorong tubuh tinggi besarnya ke dalam kamar mandi.
Setelah memastikan kalu dia tidak keluar dari kamar mandi. Aku siapkan bajunya dan aku letakan di atas kasur
Aku masih tidak menyangka apa yang sudah aku jalani bersama dengan dia ternyata semuanya sudah selama ini. bahkan aku tidak pernah membayangkan kami bisa bertahan sampai detik ini.
Dulu aku berpikir hidupku akan seperti setetes embun yang akan selalu terombang-ambing di daun talas. Yang tak punya arah dan tujuan
Aku, akui pertemuan kami memang jauh dari kata baik dan wajar. Kami bertemu dan bersama hanya karena kepentingan kami berdua saja. tentunya dengan alasan masing-masing yang tentu saja dengan alasan yang bisa dibilang tidak masuk akal sama sekali
Bahkan membayangkan akan melangkah sejauh ini pun sama sekali tidak ada di dalam pikiran aku mau pun Randy. Kita berpikir hubungan ini akan berakhir begitu saja setelah waktu yang disepakati itu habis, karena pernikahan kami bisa dibilang pernikahan kontrak yang tentunya memiliki sebuah batasan waktu. Dan sama dengan sebuah perjanjian pasti ada yang namanya pon-poin yang harus dijalani dan dipatuhi.
Walaupun pernikahan yang aku jalani adalah pernikahan kontrak. Namun pernikahan ini termasuk pernikahan legal dimana juga tercatat dalam catatan sipil
Tapi siapa sangka, berjalannya waktu. Rasa itu ada? Rasa yang kamu coba hilangkan pada awalnya, yang kami pikir itu dulu adalah sebuah kesalah dan berusaha untuk kami hindari. Dan itu membuat kamu bisa bersikap seperti perjanjian awal.
Bagiku melihat dia bersikap manis pada wanita lain tidak masalah, bahkan tak jarang banyak wanita cantik yang keluar masuk ruangannya pun aku tidak masalah, semuanya benar-benar seperti perjanjian awal. Tapi aku tidak tahu dari mana awalnya perasaan di mana aku begitu merasakan, jika Randy saat itu sangat membedakan aku dan para wanita itu...
Sedangkan seharusnya aku yang lebih berhak mendapatkan perhatiannya karena aku adalah istrinya, ya. Kalian bisa bilang aku sudah mulai merasa tidak nyaman melihat dimana suamiku bisa terlihat begitu intim, dengan wanita lain tapi denganku dia menghindar dan terkesan benci.
Dan dengan keberanian yang tak seberapa. aku masih ragu untuk mengatakannya. Bagaimana kalau Seandainya hanya aku saja yang merasakannya. Dan itu membuatku kembali memilih untuk merahasiakan perasaan ini darinya dengan begitu rapat dan erat seperti sebuah gembok yang akan selamanya terkunci.