Entah kenapa aku jadi makin gugup di perhatikan mas Rendy seperti saat ini. Matanya yang seakan tak pernah lepas mengawasi setiap gerak geriknya dari balik aktivitasnya dengan beda pipih bernama smartphone.
Jadi aku putuskan untuk cepat mengambil baju, tanpa perlu memilih pakaian mana yang cocok ketika aku periksa hari ini. Yang aku pikirkan sekarang cepat ke kamar mandi dan menghindar dari sorot matanya yang bisa membuat aku jadi keki, gemetar dan panik
Bukkkk
Tanpa sadar aku menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras hingga membuat aku juga terkejut dengan apa yang aku lakukan...
Setelah bersiap dengan pakaian yang aku pilih dan menata rambutku dengan hijab instan yang lebih sampel . Entah kenapa semenjak hamil aku sering merasa mudah gerah, yang membuatku lebih suka memakai gamis dengan bahan yang bisa di bilang terasa dingin dengan ukuran cukup besar seperti XXL.
Di kehamilan ku yang sebenarnya baru 6 bulan ini, yang sebenarnya membuatku masih bisa menggunakan baju ukuran L . Tapi Di kehamilan yang kedua ini perutku seperti ibu hamil 9 bulan saja.
“astagfirullah...” aku terperanjat setengah mati, bagaimana tidak, mas Randy yang tiba-tiba muncul di depan pintu ketika aku hendak keluar dari kamar mandi. Untungnya aku tidak jatuh karena terlalu kaget
“ kamu kenapa tiba-tiba ada di sini mas” kataku sambil menjauh dari pintu kamar mandi. Terlihat mas Randy yang berjalan mengekor di belakangku masih dengan diam seribu bahasanya
“ini apa?” tanyaku penasaran. Karena dia memberikan aku sebuah kota dengan bentuk prisma, yang ketika aku buka isinya semakin membuatku bingung. Apa yang dia pikirkan dengan memberikan aku sebuah botol bekas obat
“mas dapat ini dari mana?” tanyaku “ini kan obat analgesik “ sampingku
“mas dapat dari mana?” Aku bertanya kembali saat Dia masih diam, tapi aku melihat matanya yang seperti menahan air mata agar tidak jatuh dari matanya
“aku menemukan ini di dalam laci meja riasmu" katanya
“ini obat apa? Apa kau sakit?” pertanyaannya yang tampak serius
“ini hanya vitamin saja. Kamu jangan curiga begitu” kataku sambil memasukkan obat itu ke dalam tas yang baru saja aku ambil.
“kamu sedang tidak bohong kan?” tanyanya lagi.
“.... Bagaimana kalau aku bohong?” wajah mas Randy seketika tampak jadi serius
“Bagaimana kalau aku bohong. Kalau aku sangat tidak mencintaimu, suamiku?” lanjutku yang berbisik tepat di telinganya kemudian berlalu pergi ke arah pintu.
“ayo! Kayanya mau periksa?! Jadi atau tidak!” pekikku, yang kini kembali mendekat dan menarik tanyanya keluar dari ruang rawat. Satu lagi yang akan aku beritahu jika mulai hari ini aku sudah di diperbolehkan untuk pulang jadi sudah tidak ada alasan bagiku, untuk tinggal lebih lama disini...
Aku sangat rindu dengan semua orang dirumah, terlebih lagi anak-anakku yang mengenaskan dengan segala tingkah polah mereka yang selalu membuat aku rindu.
Dan mas Randy sudah janji padaku kalau kita akan langsung pulang setelah ini...
“akhirnya kalian datang juga, aku kira...”Aku melihat Irfan yang tampak melirik ke arah mas Randy sesaat “ kamu sudah tidak boleh periksa kandungan lagi padaku" lanjutnya yang langsung aku tahu kalau dia sedang menyindir mas Randy karena cuma dia yang paling tidak suka menjadikan Irfan sebagai dokter kandunganku
“ya, sudah ayo kita mulai pemeriksaannya?” Irfan membimbing aku ke atas ranjang periksa dengan mas Randy yang selalu setia mengawasi kami
“langsung USG saja ya, sekalian kita cek jenis kelamin dedek bayi dan juga melihat perkembangannya sudah sejauh mana" tutur Irfan