Liburan selama 2 minggu disana kini sudah usai, dan aku kini kembali di kehidupan normal sebagai seorang istri dan ibu dua anak. Walau rasanya waktu 2 menunggu terasa sangat singkat bagiku akan tetapi di balik liburan yang singkat tersebut memberikan bayak sekali waktu untuk aku dan mas Randy saling mengenal lebih dalam lagi, saling memahami satu sama lain lagi. Yang paling terpenting dari semua itu adalah untuk memupuk cinta kami berdua.
Bagiku cinta itu seperti pohon kalau tidak di rawat dan di pupuk dengan baik pasti akan layu dan mati. Rasa cinta menurutku adalah hal paling dasar dalam menjalin sebuah komitmen Setelah saling percaya.
Percaya tanpa cinta itu akan sia-sia
Tapi kalau sudah cinta itu pasti percaya.
Selain itu Banyak tempat yang kami singgah selama liburan kemarin terutama pantai-pantainya. Yang seakan benar-benar seperti surga yang tersembunyi.
Kali ini seperti biasa. Sambil menunggu si kembar selesai sarapan, aku mengurus bayi besarku. Yang sejak tadi sudah benar-benar membuat aku harus mondar mandir ke sana kemari mengambaikan ini dan itu untuknya.
"Apa lagi..."tanyaku setelah selesai memakaikan dia penjepit dasi
"Cium" ucapnya manja
" enggak ada "kataku tegas
"Kamu kenapa itu kenapa sih, mas " Tanyaku
"Memangnya aku kenapa? "tanyanya balik
"Kami itu aneh, tahu setelah pulang dari liburan, manisnya melebihi Dava dan Dava tahu. Aku sampai Pusing ngadepin kamu" keluhku
" Mana aku tahu..." jawabnya sambil mengangkat bahu. Membuat aku makin kesal dibuatnya
Baru saja aku memintanya untuk turun dan makan malam bersama dia malah sudah menyelonong ke kamar mandi. Membuatku meyerengit heran. Ada apa dengan suamiku itu. Sejak beberapa hari yang lalu di sering sekali muntah di pagi hari seperti ini.
"Kamu sakit? Apa perlu aku telefon Alfan dan bilang kalau hari ini kamu enggak berangkat?" Aku memberinya saran untuk tidak berangkat hari ini. Jujur saja aku tidak tega melihat wajahnya yang langsung pucat seketika selepas muntah
"Enggak usah. Nanti juga mualnya hilang "ucapnya.
"Kamu yakin " Tanyaku memastikan
"Aku tidak apa-apa, jangan berlebihan ini hanya pusing biasa saja" ungkapnya. Tapi aku tetap saja khawatir. Bahkan aku juga sudah membujuknya sejak tadi untuk tidak berangkat, dan bersikeras bahwa semuanya baik-baik saja. Dan menguap mentahnya tadi hanya karena masuk angin bisa
"kalau kamu, sakit di rumah saja. Tidak usah ke kantor, aku bisa beri tahu Alfan atau enggak Anton. Kalau kamu tidak masuk hari ini " Aku coba membujuknya lagi
"Tidak perlu ini, hanya masuk angin bisa, nanti juga hilang setelah minum obat, jadi jangan cemas." Ucapnya yang aku tahu dia sedang berusaha mencoba untuk membuat aku tidak cemas
"ya, sudah. Tapi kalau ada apa-apa. Atau merasakan apa-apa langsung pulang." nasehatku
"papa sakit "tanya Dava dengan wajah seperti biasa. Datar dengan mimik muka serius
"tidak. hanya kurang sedikit enak badan" jawab mas Randy
"itu sama saja sakit pah" Dava kembali menyahut dengan suara dinginnya. Membuat aku dan mas Randy hanya bisa mengerutkan dahi sambil sesekali melirik. Anak laki-lakiku ini kenapa bisa punya sikap sedingin ini.
" Kamu yakin? enggak apa-apa? " Tanyaku memastikan sekali lagi
"Tidak perlu cemas, ini hanya pusing mual biasa " tegasnya