Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, aku hanya tahu saat aku sadar aku sudah terbaring di rumah sakit dengan selang infus dan juga selang oksigen. Bahkan saat aku sadar aku belum sempat bertanya pada suamiku bagaimana caranya aku bisa ada disini.
Karena dari aku sadar, mas Randy selama tidak mau jauh dariku sedikit pun, bahkan dia lebih memilih untuk duduk di depanku sambil. Menyuapi aku dengan makanan yang baru saja di kirimkan oleh suster rumah sakit
"aku kenyang mas" tolakku saat dia hendak menyuapi aku kembali
"kamu harus makan banyak, yang. Supaya cepat sembuh " nasehatnya padaku yang masih mencoba memaksaku untuk makan satu suapan lagi. Dan aku lihat dia menyerah saat aku masih tetap bersikeras untuk tidak memakan sarapan itu lagi.
"kenapa cemberut begitu sih " tanya mas Rendy saat menyadari perubahan ekspresi wajahku yang berubah muram
"kamu masih marah soal itu?"
"kamu tahu kan aku tidak mau mengambil risiko?"
"alasan"
aku bisa mendengar beberapa kali mas Rendy yang hanya bisa menarik nafas lelah
"banyak alasan, aku cuma mau pulang, tidak boleh. Dia enak, tidak harus setiap hari diperlakukan seperti orang sakit, walaupun memang aku sakit. Tapi tidak seperti ini juga apa-apa harus dibantu. Memangnya aku kenapa? Bukankah katanya hanya pingsan saja" ucapku kesal
bahkan aku tidak peduli kalau mas Rendy mendengar apa yang aku katakan ini. Karena memang pada dasarnya aku sudah merasa lebih baik dan sehat. Tapi kenapa aku harus tetap dirawat disini, seolah seakan-akan aku itu pasien sakit parah
"bukan begitu..."
"bukannya aku tidak mau menuruti semu..."
"apa yang kamu lakukan " aku yang kesal dengan mas Rendy yang terus saja melarangku untuk melakukan ini dan itu, membuatku kesal. Jadi saat Dia sedang lengah karena mengomel padaku. Aku bukan kesempatan itu untuk kabur darinya.
Dengan perlahan aku mengambil posisi duduk. Melepaskan selang oksigen karena aku sudah merasa tidak membutuhkannya. dengan perlahan mengambil botol infus yang masih menggantung di tempatnya, beralih ke genggaman tanganku.
Tidak mungkin aku melakukan seperti apa yang ada di sinetron melepas paksa selang infus di tanganku hanya untuk kabur. Kalau aku melakukan itu bukannya jadi kabur. Justru itu bisa membuat aku dalam bahaya. Karena jarum infus ini bukan di luar kulit tapi di pasang tepat pembuluh darah
Tapi sayangnya batu saja aku mau membuat kakiku mengajak lantai rumah sakit tubuhku jadi limbung karena tidak mengendalikan tubuhku yang rasanya begitu lemas dan pusing
Aaaahhhh.... Aku sempat berpikir kalau aku akan jatuh tersungkur di lantai. Tapi entah kenapa aku tidak merasakan sakit atau perih akibat terjatuh dari ranjang yang memang cukup tinggi
Tapi aku merasakan ada yang memeluk pinggangku kuat menahan tubuhku, perlahan aku membuka mataku secara perlahan "Aku...." kataku sambil terus bertahan dengan berpegangan pada lengannya agar aku tidak jatuh
" kenapa kamu itu keras kepala sekali, bagaimana kalau kamu jatuh. Bisa saja nanti kamu bukannya akan cepat sembuh dan cepat pulang kamu justru akan semakin lama ada di rumah sakit " aku hanya bisa diam, karena aku tahu kali ini aku yang salah karena tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh suamiku
"Aku Cuma ...."
"bisa tidak sekali saja percaya padaku. Aku cuma mau yang terbaik buat kamu, aku Cuma mau kamu sehat" meskipun mas Rendy sedang mengomel padaku. Tapi dia tetap dengan sabar membantu untuk kembali dengan di atas tempat tidur bahkan dia juga menyelimuti aku sampai sebatas pinggang meskipun dengan mulut yang masih mengomel-ngomel padaku