Barakkk
Aku sengaja meletakkan tasku ke atas meja dengan sedikit keras, sehingga tanpa aku sadari semua orang melihat ke arahku.
“apa maumu “ kataku cukup ketus ketika berbicara dengan lawan bicaraku saat ini. “duduklah, jangan membuat dirimu menjadi bahan tontonan orang ingat kamu sedang hamil" kali ini aku menurut padanya saat aku melihat semua orang menatapku dengan harapan aneh. Jadi... dengan terpaksa aku pun duduk di satu meja yang sama dengannya.
“sebenarnya apa yang kamu mau diriku, kak?” aku tidak bisa diam seperti ini. Dia yang meminta aku datang tapi dia yang justru tidak mau bicara dan justru menatapku dengan tatapan yang membuat aku jengah. Jika harus berurusan dengannya, aku tidak mau ada orang yang nantinya akan salah paham .
“beri aku satu kesempatan. Aku janji akan melakukan yang terbaik buat kamu, yes... aku mohon “ ucapnya
“ jawab aku, jangan diam" tambahnya. Sambil berusaha untuk mengegam tanganku, tapi sebelum dia melakukannya aku lebih dulu menarik tanganku untuk menghindar, dan aku tahu dia kecewa dengan apa yang aku lakukan.
“maaf..., aku tidak bisa. Kamu sudah tahu sekarang aku seperti apa? Jadi jangan berharap padaku. Kamu juga tahu kalau apa yang kamu minta tidak bisa aku kabulkan" tuturku
“tapi aku tidak bisa, aku tidak bisa melupakan kamu...” ujarnya
“cukup kak!. Selama ini aku sudah sabar dengan semua yang kamu lakukan" kesabaranku sekarang seakan sedang di permainan olehnya
“perasaanku padaku masih sama seperti 10 tahun lalu padamu, dan aku juga sudah berusaha membuka hatiku selama waktu itu. Tapi aku tetap tidak bisa... hatiku seakan selalu memanggil dan mendambakan kamu “ tuturnya
“aku tidak butuh jadi yang utama. Aku siap jadi yang ke dua asal bisa bersama dengan kamu" lanjutnya yang semakin membuatku terperangah dengan apa yang dia katakan.
“jadi terimalah aku kembali....”kali ini dia semakin memohon padaku, bahkan kini sambil berlutut di hadapanku
“tidak, aku tidak bisa. Kamu harus bisa melupakan aku, move on kak, cari wanita lain. Yang mencintaimu dengan tulus “ kataku
“dan. Maaf. Aku harus pergi dan aku harap ini adalah yang terakhir kita bertemu. Rasanya tidak pantas aku bertemu denganmu. Aku tidak ingin ada yang salah paham pada hubungan kita “lanjutku yang meninggalkan dia yang masih tetap berlutut begitu saja. Cukup aku menjadikan diriku tontonan orang lain di sini.
“lepas.... kak Arya !” Aku menarik tanganku paksa saat tangannya kembali bisa meraih tanganku
“kalau aku tidak bisa memilik kamu, maka tidak akan ada orang yang bisa memiliki kamu juga “ tatapan matanya yang mengisyaratkan penuh dengan ancaman
“apa maksudmu...” tanyaku. Bukanya menjawab dia justru pergi begitu saja. Dan aku hanya bisa berharap saja jika dia tidak akan melakukan hal yang merugikan dia. Nantinya
Aku memilih pulang dengan jalan kaki, karena aku tidak mau menimbulkan kecurigaan orang rumah, jika melihat aku pulang dengan tangan kosong. sedangkan aku tadi bilang sebelum datang kemari adalah pergi ke pasar untuk membeli beberapa sayuran.
Jadi sebelum memutuskan untuk pulang aku memilih untuk ke pasar tradisional yang ujungnya tidak jauh, jadi berjalan kaki saja sudah sampai. Ketika sudah sampai aku memutuskan untuk membeli beberapa sayuran hijau, sepeti sayur kangkung, bayam, dan juga buncis
Sebelahnya baru lah aku pulang, dengan berjalan kaki...
“kamu membuat aku sesak dan tidak bisa bernafas dengan menempatkan aku dalam kondisi ini” aku masih tidak bisa menghilangkan bayangan pertemuan saat di kedai tadi, aku sekan terjebak dengan dilema dengan dua pilihan yang sangat sulit. Jika aku pilih yang satu maka akan ada yang tersakati, dan jika aku memilih yang satunya itu sama menyakitkan. Aku sekan sepeti disuruh untuk mati dengan pisau yang menatap di dada atau dengan racun. Dimana tak ada satu pun di antara kedua pilihan itu yang membuat aku sedikit saja menemukan hal yang membuat aku yakin.