Aku perhatikan dari tadi mas Randy terus saja memperhatikan gawainya, secara intens. Sekan ada sesuatu yang sedang dia tunggu dari benda pipih itu. Sampai memasang dari saja tidak fokus. Karena matanya memperhatikan ke tempat yang lain. Bukannya memperhatikan penampilannya di cermin.
“butuh bantuan “ Aku mencoba menawarkan diri membantunya menyaksikan dasi yang tampaknya sangat membuatnya kesulitan
“tidak perlu. Aku bisa “
“ ini hal mudah"
“lebih baik kamu istirahat disitu saja. Dan habiskan buahnya. Aku tidak mau, kalau sampai tidak habis “ ucapnya.
“kamu tahu seberapa besar perjuangan aku untuk mangga. Itu. Jadi habiskan! Jangan sampai tidak habis” ungkapnya dengan nada sedikit mengancam.
Sebenarnya memang aku yang salah sih, tapi mau bagaimana lagi, waktu itu aku pengen banget lihat mas Randy ambil mangga yang ada di kebun tetangga dengan mengenakan pakaian kantornya. Bukan hanya nau melihat dia panjat pohon saja, tapi mengambil mangga tanpa harus minta izin....
Gila, memang. Tapi, mau bagaimana lagi itu yang aku inginkan, tapi mas Randy awalnya tidak langsung mengiakan permintaanku kali ini sepeti bisanya....
Mas Randy memberikan beberapa alternatif lain. Seperti boleh minta mangga apa saja asal jangan di kebun tetangga sebelah. Atau mau beli saja di toko buah saja...
Tapi tetap saja, itu semua tidak membuat aku berubah pikiran. Aku masih tetap menginginkan, buah mangga yang ada di pekarangan rumah tetangga. Masih dengan permintaan yang sama kalau dia harus mencuri disana, dirumah tetangga yang terkenal dengan sikap galak. Membuat siapa saja takut, jangankan bertamu dengan orangnya. Lewat di depan rumahnya saja sudah membuat orang lari ketakutan, dan kini aku meminta hal yang aku tahu mas Randy akan menolaknya.
Akan tetapi suamiku ini, pada akhirnya menyerah dan mengabulkan permintaan aku yang tidak masuk akal ini. Dengan datang secara diam-diam ke pekarangan rumah tetangga dengan cara jalan sembunyi-sembunyi, awalnya dia ingin dengan cara memanjat pagar. Akan tetapi di urungkan saat aku meminta ikut. Untuk memastikan kalau dia tidak bohong, benar-banar mengambil dari pohon yang aku mau, bukan beli di toko buah.
Mana kala sampai di depan pohon mangga, mas Randy lebih dulu memastikan kalau dirumah sedang tidak ada orang. Bahaya kalu sampai ada yang memergoki Randy mencuri mangga bisa-bisa dia dihajar pemilik rumah ini . Tanpa ampun dengan badan besarnya.
Aku tahu suamiku ini sebenarnya takut, tapi demi aku dia rela membuang rasa takutnya, dan mulai perlahan memanjat pohon mangga tersebut dengan sangat hati-hati.
Ketika mas Randy sudah di atas, suasana masih terlihat akan, tidak ada satu orang pun yang curiga jika buah di kebunnya sedang kami curi, tidak banyak hanya satu.
Tapi semua itu tidak bertahan lama, aku yang terlalu bahagia tidak bisa menyembunyikan dan mengekspresikannya dengan jeritan. Yang mengakibatkan si pemilik rumah tersebut bangun dan tentunya mencari sumber kegaduhan tersebut.
Tentunya aku dan mas Randy terkejut setengah mati saat melihat si bapak pemilik rumah dengan wajah barangnya, karena takut aku langsung sembunyi di balik punggung mas Randy, seperti anak yang ketakutan dan bersembunyi diinduknya.
“apa yang kalian lakukan di rumahku" tutur si bapak yang membuat aku semakin mengegam kuat lengan mas Randy dari belang
Si bapak terlihat memperhatikan pohon mangganya dan mangga yang aku bawa di tanganku. “kalian mencuri, manggaku “ kata si bapak
“jawab “ kata si bapak. Membuat aku terlonjak
“pak, jangan marah, ini saya yang minta. Karena saya sangat ingin makan mangga di kebun bapak” tuturku dengan takut-takut. Bapak itu terlihat sekali matanya melotot seperti ingin marah besar.