"sungguh dengan menyesal aku harus mengatakan ini padamu...” ucap seorang dokter yang saat ini tengah menatap yeakib dengan tatapan bingung
“tidak apa-apa aku sudah tahu ini pasti akan terjadi...” jawabku
“tapi...”
“bantu aku saja...” kataku memohon padanya
“cukup diam dan jangan katakan hal ini” kali ini aku benar-banar memohon pada Irfan sahabat baikku
“ sebelumnya aku tidak pernah meminta apa pun dari kamu “ aku tersenyum mana kala pada akhirnya Irfan yang aku dengan terpaksa harus mengabulkan permintaanku. aku tahu pasti dia sedikit keberatan melakukan ini. Tapi bukan Yeslin kalau tidak bisa membuat orang pada akhirnya mengiakan permintaanku
“ tapi bagaimana dengan suamimu? Dia itu tidak suka kau diperiksa olehku, lalu bagaimana jika dia tahu aku menyembunyikan ini dari dia?, bisa-bisa nanti aku di gantung sama suamimu itu" tutur Irfan
“sejak kapan kamu takut dengan suamiku?” Aku penasaran bagaimana bisa seorang Irfan takut pada mas Randy
“kamu sih tidak tahu saja, aku hampir di buat meregang nyawa karena ulah suamimu itu, kamu tahu aku itu dihajar dia sampai babak belur, kamu tahu alasannya apa?!”
“ Apa....?!” ucapnya sambil memasang wajah menahan marah sekaligus kesal
“masalah waktu itu?” ungkapnya “ ingat tidak “ lanjutnya
“ yang mana? Kamu tahu kan, aku tidak bisa mengingat terlalu detail kalau hal sudah terlalu lama" kataku bohong. Terlihat sekali Irfan yang tampak kesal
“itu! waktu tanpa sengaja aku ketemu kamu di pinggir jalan, dan kalau tidak salah waktu itu, kamu sedang hamil Diva dan Dava, waktu aku ketemu kamu dan juga bantuan kamu bawa barang belanjaan yang melihatnya sedikit merepotkan itu...”
“oh... Yang itu, kalau itu aku ingat, tapi bukannya setelah itu kamu pulang dengan keadaan sehat, kenapa bilang hampir meregang nyawa jangan berlebihan deh “ kataku yang kini sambil menikmati buah jeruk yang kebetulan di bawakan Irfan saat menjengukku
“kata siap? Aku sampai rumah langsung, dihadang oleh anak buah suamimu, yang badanya enggak kira-kira lagi. Sudah semua mukanya kaku, pakai kaca mata item sama baju item semua, siapa yang tidak bakalan takut coba. Meskipun aku ini jago pencak silat. Tapi kalau harus melawan yang badanya kayak kaya King Kong siapa yang sanggup. Dan hasilnya aku harus pulang dengan wajah lebam....” ceritanya panjang lebar. Penuh dengan rasa kesal, dan amarah terlihat dari caranya yang bercerita dengan sangat berapi-api, bahkan bukan hanya itu aku sesekali melirik ke tangannya yang terlihat sesekali mengepalkan tangan
“terus apa selanjutnya....” tanyaku penasaran yang entah kenapa saat ini aku seperti kompor pada Irfan. Bahkan lebih terkesan seperti menabur garam diatas luka yang belum kering. Kejam sekali bukan
“dan yang paling ngeselin. Adalah saat suamimu yang tengah cemburu buta itu, datang dibalik kerumunan para orang yang badanya pada besar semua itu, aku kira waktu itu dia bakalan membantu aku yang sedang kesusahan. Ehhh, ternyata tidak dia malah tertawa sinis dan pergi begitu saja. Udah setelah dia berhasil membuat aku babak belur dan esoknya aku harus izin tidak praktik karena harus istirahat total selama beberapa hari. “ Irfan menarik nafas lelah saat harus mengingat niat baiknya membantuku malah berakhir seperti itu
“ setelah itu juga dia belum puas sampai dia harus menerorku, dan itu sebenarnya aku memintaku menjelaskan siapa aku pada suamimu, sebelum aku hanya tinggal nama. Dan apa kau ingat saat kita berita akhirnya bertemu di satin meja yang sana? Meski saat itu dia sudah tahu siapa aku, yang tidak lain adalah sahabatmu. Yang sekaligus merangkap dokter kandunganmu, bajakan sampai sekarang aku rasa dia itu tidak suka aku dekat denganmu”