Rasanya semua itu seperti kemarin baru saja terjadi, tapi siapa sangka waktu sudah berjalan begitu sangat lama, siapa siapa sangka semenjak hari itu, sudah 10 tahun berlalu..
“kakak gak lupa kan, nanti siang kita akan-" tanya seorang gadis berhijab
“ia, cerewet kakak gak lupa" potong Dava yang kini baru saja turun dari tangga. Menghampiri adiknya yang sedang duduk menghabiskan sarapannya dengan terburu-buru
“bagus lah, Diva kira kakak “cicit Diva sambil menikmati nasi gorengnya yang hanya menyisakan beberapa sendok lagi sebelum tandas
“Lupa? Itu kan yang akan kamu katakan? Kalau enggak akan lupa sesibuk apa pun kakak “potong Dava. Yang kini mulai menyantap roti isi. Meskipun mereka dibilang kembar kesukaan Dava dan Diva berbeda. Hal yang paling sederhana adalah seperti urusan makan . Saat sarapan Dava lebih suka minum jus, minum susu atau sepotong roti, sedangkan Diva jembatannya lebih suka makanan berat saat sarapan. Nasi atau bubur yang jadi santapannya tak jarang juga sama.
“lalu bagaimana dengan Anaya, Anissa, Afan. Mereka sudah kamu ingatkan” tanya Dava. Yang kini tengah mengoleskan selai kacang pada rotinya dan menuangkan susu coklat di gelasnya.
“sudah" jawab Diva
“Dan, mereka nanti akan menyusul setelah pulang kuliah" jawab Diva. Divina Anaya Marthino Antonio ( Anaya), Dannisa Marthanio Antonio (Anissa), Diantarfan Marthanio Antonio (Afan) adalah adik-adik Dava dan Diva. Yang kini sudah beranjak dewasa dan sekarang sudah menjalani pendidikan mereka disalah satu universitas yang ada di Indonesia. Bukan tanpa alasan Dava memilihkan universitas yang ada di dalam negeri, sebenarnya ketiga adiknya bisa saja bersekolah diluar negeri kalau mereka mau dan Dava mengizinkan, tapi sayangnya Dava tidak membiarkan adik-adiknya jauh dari pengawasannya walau hanya 1 menit saja. Bagi Dava dia baru bisa tenang saat dia bisa melihat semua adik-adiknya saat bangun pagi dengan lengkap dan saat malam dengan selamat.
“bagus, kalau gitu...” ujar Dava yang sudah selesai dengan sarapannya, dan sedikit mengecek jadwal kerjanya hari ini melalui ponsel
“dan kamu?” tanya balik Dava setelah meletakan ponselnya ke dalam saku jas
“hari ini... Aku juga udah kosong kan beberapa jadwalku “ tutur Diva yang kini mencium tangan kakaknya yang hendak berangkat kerja. Pagi ini memang Dava berangkat lebih sedikit siang dari biasanya, jadi membuat mereka hanya sarapan berdua saja. Sedangkan ketiga adiknya sudah berangkat ke kampus untuk kuliah pagi
^^^^
Tak berapa lama setelah Dava berangkat Diva pun berangkat ke tempat kerjanya, tak lupa membawa perlengkapan kerjanya
“non, mau berangkat sekarang “ seorang sopir yang sudah menyambut kedatangan Diva dengan membukakan pintu
“ia.. pak" jawab Diva sambil tersenyum ramah pada sopir yang hampir setiap hari mengantarkannya berangkat dan pulang kerja. Saat Dava sedang tidak membutuhkan sopir . atau saat si kembar 3 tidak membutuhkan sopir.
Satu lagi, sifat over protektif Dava itu adalah dia tidak bisa percaya pada adiknya dengan 100%, walau dava bilang dia percaya dengan memperbolehkan mereka pergi sendiri atau apa, tapi... tatap saja Dava ya, Dava dia selalu memastikan semua sendiri jika semua adiknya baik-baik saja. Caranya yaitu dengan selalu menyediakan mereka 2 orang sopir yang wajib mengantar jemput mereka .
“pak nanti gak usah jemput saya, bapak jemput saja Anaya, Anissa dan Afan, saja. Karena biasanya mereka yang suka lupa “ jelas Diva
“baik, non" jawab Agus, sopir yang memang sudah sejak lama bekerja pada Dava. Jadi meskipun bekerja pada Dava pak Agus juga sering menyulitkan adik-adik Dava seperti saat ini