6. Ada Apa?

69.5K 4.8K 50
                                    

Dhiani menghampiri Aida yang sedang lahap memakan bubur ayam di kantin. Begini nih kebiasaan Aida yang bikin Dhiani kesal. Aida selalu melupakan sarapan pagi di rumahnya, dan lebih memilih makanan kantin yang belum tahu apakah makanannya sehat atau tidak. Padahal masakan ibu begitu enak dibandingkan dengan masakan kantin.

"Assalamualaikum, Aida." Dhiani ikut duduk di sebelah Aida.

Aida menghentikan aktivitas makannya. Kemudian dia menatap ke arah Dhiani. "Waalaikumussalam, Dhiani. Waaah ternyata kamu udah masuk sekolah lagi ya, selama dua hari kamu meliburkan diri dengan alasan ada kepentingan keluarga."

"Iya, memang aku ada kepentingan keluarga, Da."

"Kepentingan apa kalau boleh tau?" tanya Aida sedikit kepo.

Dhiani diam. Dia bingung harus menjawab apa. Tidak mungkinkan dia katakan yang sebenarnya?

"Kepentingan keluarga deh pokoknya. Tidak boleh ada orang yang tau kecuali keluarga," jawab Dhiani.

Aida mengangguk paham. Dia tidak seharusnya ikut campur dalam masalah keluarga Dhiani. Hanya saja, Aida terlalu peduli terhadap sahabatnya ini.

"Si Akbar terus nanyain kamu lho, Dhi. Kayaknya dia suka deh sama kamu."

Dhiani mengerutkan dahinya bingung. Kemarin malam Rana yang berkata seperti itu, bahwa Akbar menyukainya dan sekarang Aida. Apa benar Akbar itu menyukainya?

"Ah, kamu jangan sok tau, Da. Masa iya Akbar suka sama aku?"

Aida menatap Dhiani dengan tatapan serius. "Bener, Dhi."

"Ah, udahlah jangan bahas itu. Gak penting juga lagian."

"Iya lah. Aku cuma ngasih tau doang."

***

Rana turun dari mobilnya setelah memastikan bahwa Dhiani akan baik-baik saja sampai ke kelasnya. Kemudian dia berjalan menuju ruang guru untuk mengambil materi kelas sebelas. Ya, pelajaran pertama hari ini Rana akan mengajar di kelas sebelas.

Sesampainya di depan pintu ruang guru, Rana melihat sudah banyak guru-guru yang datang dan sudah siap untuk mengajar.

Satu persatu guru-guru mulai keluar dari ruang guru, dan sekarang hanya tersisa Rana dengan seorang wanita yang masih sibuk membereskan buku-buku paket.

"Assalamualaikum, pak Rana," ucap seorang guru wanita yang kira-kira seumuran dengannya.

"Waalaikumussalam, bu Sarah," jawab Rana kepada guru yang bernama Sarah itu.

Sarah Dinita nama lengkapnya. Guru yang mengajar pelajaran Seni Budaya ini juga terkenal sebagai guru termuda di sekolah ini. Umurnya pun hampir sama dengan Rana. Hanya terpaut beberapa bulan saja.

"Tumben baru datang? Biasanya bapak selalu datang pagi sekali," tanya Sarah yang terlihat begitu antusias mengobrol dengan Rana.

"Iya. Ada sedikit masalah di jalan," jawab Rana seadanya.

Sarah adalah partner kerjanya dan waktu kuliah pun mereka berdua satu kampus.

"Oh iya. Apa bapak sudah sarapan?"

Pertanyaan Sarah mampu membuat Rana terdiam. Mengapa Sarah begitu perhatian kepadanya? Mengapa baru sekarang Sarah perhatian padanya? Mengapa tidak dari dulu?

Rana menggeleng pelan. Dia segera mengusir pikiran itu jauh-jauh, dia harus melupakan semuanya yang telah terjadi. "Sudah, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu," pamit Rana yang segera ingin pergi dari hadapan Sarah.

"Tunggu, pak!" cegah Sarah.

"Ada apa?" tanya Rana yang sama sekali tidak melirik ke arah Sarah.

Sincere Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang