Suasana kantin begitu ramai pada jam istirahat seperti ini. Ia terlambat untuk menemukan tempat yang kosong. Semua meja di kantin terisi penuh oleh murid-muridnya dan partner-partner kerjanya. Ini semua gara-gara Sarah, dia mengajak Rana berargumen dengan waktu yang cukup lama. Memang tidak sampai setengah jam sih. Tapi ya menurut Rana itu waktu yang cukup lama.
Matanya terus mencari sosok Dhiani yang belum terlihat. Senyumnya mengembang ketika ia melihat Dhiani yang sedang duduk dengan Aida di sampingnya, dan Rifqi di hadapan Aida.
Rana memesan pesanannya terlebih dahulu, setelah itu ia akan bergabung bersama Dhiani, dan tentu saja dengan alasan tidak ada tempat yang kosong. Masuk akal juga bukan?
"Boleh ikut gabung?" tanya Rana kepada tiga muridnya, yang tak lain adalah Dhiani, Aida dan Rifqi.
Dhiani membulatkan matanya ketika ia melihat Rana ada di depan matanya. Apa ia tidak salah dengar? Tadi Rana minta bergabung dengannya? Oh! Sepertinya ia tidak akan bisa makan dengan tenang.
"Oh boleh banget, Pak." Rifqi yang menjawab, tak lupa juga dengan senyum sopannya.
Rana tersenyum. Kemudian ia duduk di samping Rifqi, dan tentunya duduk berhadapan dengan Dhiani.
Dan benar saja, Dhiani tidak bisa makan dengan tenang, jantungnya berpacu di luar batas dan pikirannya pun terus tertuju kepada Rana.
Matanya perlahan-lahan memandang ke arah Rana yang sedang santai menyesap teh manisnya. Melihat pemandangan yang menurutnya sangat menyejukan mata dan hati, sampai-sampai Dhiani tidak ingin memalingkan pandangannya ke arah lain.
Tidak salah juga 'kan Dhiani memandang Rana? Toh, mereka sudah halal ini.
Ingat tempat Dhiani! Ini kantin. Kalo kamu terus-terusan mandang pak Rana, nanti yang ada semua orang curiga lagi sama kamu. Dhiani membatin.
Dengan perlahan Dhiani memalingkan pandangannya dari Rana. Walau sebenarnya hatinya tidak mau melakukan itu, tapi Dhiani harus tetap melakukannya. Ia harus tahu tempat, ini bukan saatnya ia mencuri-curi pandangan kepada Rana.
***
Hati Sarah benar-benar sakit. Mengapa sikap Rana sangat berubah kepadanya? Ini memang salahnya, tapi ia juga ingin memperbaiki semuanya, ia berhak mendapatkan kesempatan kedua dan ia sangat benar-benar menyesal telah menolak Rana dulu.
Sarah terduduk lemas di kursi yang ada di ruang guru. Ruang guru memang masih sepi, di karenakan guru-guru sedang makan di kantin atau masih berdiam di kelas-kelas.
Rana.. aku menyesal.. aku ingin kita seperti dulu lagi. Lirih Sarah hampir tak terdengar.
Drrtt.. Drrtt..
Sebuah getaran di ponselnya membuat Sarah langsung mengambil benda itu di dalam sakunya.
082317654***
Jam empat sore, aku tunggu kamu di taman deket kompleks rumah kamu. Ada hal penting yang ingin aku sampein ke kamu.
Aldo.
Sarah menatap benci ke arah ponselnya, lebih tepatnya kepada seseorang yang telah mengirimkan pesan untuknya.
Ini semua gara-gara kamu, Al. Aku benci sama kamu. Batin Sarah.
***
Sebuah senyuman terus tercetak di bibir Dhiani. Dia benar-benar sangat senang ketika sedang berkirim pesan dengan Rana. Karena tidak biasanya mereka berlama-lama dalam berkirim pesan seperti ini.
Rana : Jangan pulang duluan ya! Tunggu aku di parkiran.
Dhiani : Iya, pak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love ✔
Romance[ SUDAH TERBIT ] Terima kasih sudah mencintaiku dengan setulus hatimu. *** Kisah seorang gadis berhijab bernama Dhiani Ameera Zidan yang harus menerima perjodohan dengan lelaki tampan bernama Rana Taufik. Dhiani tidak pernah menyangka kalau orang tu...