49. Aneh

46K 3.2K 68
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi, mata Sarah tak kunjung juga tertutup. Ia masih bersedih. Setelah kedatangan Aldo yang tiba-tiba, ia jadi tidak ada semangat lagi untuk melakukan apapun. Yang bisa ia lakukan hanya menangis dan mengurung diri di kamar. Ajakkan makan malam pun ia abaikan, ia masih kesal dengan ayahnya yang langsung setuju menikahkan dirinya dan Aldo.

Memang, penyesalan selalu datang di akhir. Kalau di awal itu namanya pendafataran.

"Ayah sebenernya sayang gak sih sama aku? Kok, ayah tega nikahi aku sama orang yang gak aku cintai?" Lagi-lagi air matanya menetes. Coba saja tadi ia berani bilang kepada Rudi, kalau ia tidak mau menikah dengan Aldo.

Sarah mengambil ponselnya di atas nakas. Ia melihat sebuah pesan yang baru saja masuk.

Aldo : Jangan sedih!

Jangan sedih? Ia pikir menikah dengan orang yang tidak kita cintai itu harus senang? Ketawa-ketawa? Atau bahkan joget-joget gak jelas? Sarah tidak habis pikir dengan jalan pikirnya Aldo. Dirinya dan Aldo sudah tidak saling mencintai, lantas kenapa Aldo harus melamarnya?

***

"Pulang sekolah, saya tunggu di taman. Urusan kemarin belum selesai," ujar Rana yang kebetulan tidak sengaja berpapasan dengan Sarah yang baru saja akan masuk ke dalam ruang guru.

"Maaf, Pak. Aku gak bisa," tolak Sarah sambil menahan tangisnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau kisah cintanya dengan Rana akan berakhir seperti ini. Tidak akan bersatu.

"Kenapa?" tanya Rana.

Sarah menggeleng. "Tidak kenapa-kenapa. Hari ini mood-ku sedang tidak baik," jawabnya dengan suara serak, karena semalam ia terus menangis, memikirkan kisah cintanya dengan Aldo yang mungkin akan berakhir menyedihkan. Ya, mungkin... karena ia tidak tahu ke depannya akan seperti apa, atau justru malah sebaliknya.

"Tapi....,"

"Sudah, Pak, aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan Dhiani. Tapi ingat! Aku tetap tidak suka dengan hubungan haram kalian. Dulu, kamu yang selalu ingatkan aku kalau pacaran itu haram, tapi kenapa sekarang kamu malah melakukannya?" Sarah tak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar. Sahabatnya yang dulu selalu mengingatkan kebaikan kepada dirinya, justru sekarang malah melakukan kesalahan. Ia berpacaran. Apalagi berpacaran dengan seorang gadis yang notabenenya adalah muridnya sendiri.

"Nanti kamu akan tahu alasan kenapa saya melakukan ini."

Sarah menyeka air matanya dengan kasar. Ia menatap Rana dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. "Harusnya aku sadar, kalau kita memang pantasnya jadi sahabat, dan sampai kapan pun akan tetap jadi sahabat. Kita gak mungkin akan bersatu dalam hubungan layaknya sepasang kekasih."

Rana masih mencerna maksud ucapan Sarah. Ia masih bingung kemana arah pembicaraan Sarah. "Aku dan kamu gak akan bisa bersatu. Kamu lebih memilih bersama Dhiani." Sarah mengelap ingusnya yang hampir keluar dengan tisu. "Aku tidak bisa lagi memperjuangkan cinta aku sama kamu, karena sebentar lagi aku bakalan nikah sama Aldo."

Rana mulai mengerti ke mana arah pembicaraan Sarah. Jadi, Sarah akan berhenti memperjuangkan cintanya kepada dirinya karena sebentar lagi ia akan menikah dengan Aldo. Tapi yang menjadi pertanyaannya; bukankah Sarah dan Aldo sudah tidak saling mencintai? Lantas kenapa mereka akan menikah?

Rana mencoba untuk tidak peduli dengan Sarah, tapi entah kenapa ia khawatir, karena bagaimana pun juga Sarah masih tetap sahabatnya dan selamanya akan tetap begitu.

"Jadi, kamu bakal nikah sama Aldo?"

Sarah mengangguk. "Iya. Harusnya aku senang karena sebentar lagi aku akan nikah. Tapi entah kenapa rasanya sangat menyakitkan."

Sincere Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang