40. Pasar Malam

54.4K 3.6K 95
                                    

Biasakan baca a/n setelah selesai membaca!

Happy Reading..

***

Sarah tidak tahu harus melakukan cara apalagi agar ia mendapatkan Rana. Ia sudah melakukan beberapa cara agar Rana kembali padanya. Tapi apa daya, itu tidak pernah berhasil. Apakah ia harus menyerah saja dan pindah ke lain hati? Tidak! Sarah tidak akan semudah itu memberikan hatinya kepada lelaki lain. Dia mencintai Rana, dan ia harus memperjuangkan cintanya itu.

Lagian Rana dan Dhiani hanya berpacaran saja. Itu sudah cukup membuat Sarah lega. Ia kira perkataan Aldo yang mengatakan bahwa Rana sudah menikah adalah benar. Tapi kenyataannya Rana hanya berpacaran saja dengan muridnya. Menurutnya, itu akan sangat mudah untuk ia merebut Rana kembali dari Dhiani. Ia hanya membutuhkan waktu beberapa saat saja.

"Sayang." Lamunan Sarah membuyar ketika bundanya ikut mendudukan diri di ranjang merah miliknya. Sarah menatap mata sayu milik bundanya.

"Ada apa, Bun?" tanyanya sambil tersenyum.

"Kamu masih mau mengejar Rana?" Bundanya balik bertanya.

Sarah diam. Pertanyaan bundanya membuat ia teringat lagi akan perjuangannya untuk mendapatkan Rana.

"Bunda sarankan sama kamu, Sayang. Lebih baik kamu berhenti berharap kepada Rana. Rana memang lelaki yang baik. Tapi, mungkin Rana tidak baik untukmu. Lihatlah! Sudah berapa lama kamu mengejar dia? Sedangkan dia tidak peduli dengan perjuanganmu itu. Dia masih keukeuh dengan pendiriannya, bersama dengan perempuan yang ia pilih." Bundanya mengusap sayang puncak kepalanya yang tertutup hijab biru.

"Bun, Rana memang tidak peduli dengan perjuanganku. Tapi suatu saat dia juga akan sadar dengan besarnya perjuangan ini. Aku tidak rela jika Rana bersama dengan perempuan lain. Aku sungguh mencintai dia." Setetes air mata berhasil keluar dari mata indah milik Sarah.

"Kamu mencintai dia, sedangkan dia mencintai perempuan lain. Apakah kamu pernah merasakan bagaimana perasaan perempuan yang dicintai Rana? Dia pun sama sepertimu, mencintai Rana. Dia pun sama merasakan sakit yang kamu rasakan. Tapi dia sabar. Dia tetap sabar walaupun kamu terang-terangan mengerjar Rana di depan perempuan itu. Apakah kamu tahu bagaimana perasaannya? Pasti sakit." Lia menghentikan ucapannya. Kemudian ia mengelap bercak air mata di pipi putrinya.

"Sekarang bunda tanya sama kamu. Misalkan kamu sama pasangan kamu saling mencintai, terus ada perempuan yang terang-terangan mengejar lelaki yang kamu cintai, apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana perasaan kamu? Pasti kesal, marah, sedih, sakit bercampur jadi satu. Coba kamu hargai perasaan orang lain, pasti orang lain pun akan menghargai perasaan kamu."

Lia membawa tubuh Sarah ke dalam dekapannya, ketika ia melihat air mata yang terus mengalir membasahi pipi tirus Sarah.

"Bunda tahu melepaskan orang yang kita cintai itu gak semudah kita membalikkan telapak tangan. Tapi kamu harus berusaha. Berusaha melepaskan Rana. Bukan berusaha memperjuangkan cinta kamu yang hanya bertepuk sebelah tangan. Itu hanya akan membuat perasaanmu bertambah sakit."

Lia melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Sarah yang sudah basah. Tangannya bergerak membersihkan wajah Sarah dengan perasaan sayang.

"Ya sudah, kamu istirahat ya! Bunda mau ke dapur dulu. Mau masak buat makan malam nanti." Setelah mengatakan itu, Lia langsung keluar dari kamar Sarah.

Ketika bundanya sudah tidak terlihat dari pandangannya, Sarah kembali menangis. Ia benar-benar bingung antara melepaskan Rana atau memperjuangkan Rana. Tapi menurutnya, kedua pilihan itu akan sama-sama menyakitkan. Melepaskan Rana akan membuatnya sakit karena harus kehilangan, sedangkan memperjuangkan, sama saja akan membuatnya sakit karena Rana tidak peduli dengan perjuangannya itu.

Sincere Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang