35. Aldo or Sarah?

49.7K 3.2K 80
                                    

Anita masuk ke dalan rumah mewah berwarna putih itu dengan wajah lelahnya. Baru saja masuk sehari sekolah sudah begini. Rumahnya terlihat sepi, mungkin orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Maklum, ayahnya seorang pengusaha sukses yang sudah memiliki beberapa cabang di setiap kota. Belum lagi ibunya yang selalu sibuk di toko kuenya.

Kakinya mulai melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Tapi, baru saja ia menaiki 3 anak tangga, terdengar sebuah suara yang membuatnya harus turun kembali.

"Apa sih, kak?" tanya Anita sambil mendudukan dirinya di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Gimana sekolah lo? Betah gak?" Orang yang disebut 'kak' atau lebih jelasnya 'kakak' balik bertanya kepada Anita.

"Mau betah mau enggak, tetep harus betah 'kan?" jawab Anita sinis.

Kakak Anita tertawa kecil melihat tingkah adiknya yang menurutnya terlihat galak. Padahal wajah adiknya ini tidak pantas sekali bersikap galak.

"Tumben lo ada di rumah?" tanya Anita bingung. Karena menurut informasi yang ia dapat dari kedua orang tuanya, kalau kakaknya ini jarang sekali ada di rumah, padahal kerja saja ia jarang. Maklum saja, perusahaan papanya itu akan diwariskan kepada kakaknya ini, setelah dua tahun lagi papanya mengalami masa pensiunnya. Jadi, kakaknya ini selalu bersikap seenaknya.

"Terserah guelah," sewot kakaknya.

"Gue capek, mau istirahat," ucap Anita.

"Gak boleh. Lo harus temenin gue maen PS!" cegah kakak Anita ketika melihat adiknya sudah beranjak dari duduknya, bersiap-siap akan pergi ke kamarnya.

"Dengerin ya kakak Aldo Ardiansyah yang paling gue sayang, gue gak suka maen PS. Jadi, lo maen sendiri aja."

Ya, orang tersebut adalah Aldo. Kakaknya Anita adalah Aldo. Aldo Ardiansyah, mantan pacaranya Sarah.

"Jadi adik itu harus nurut apa kata kakaknya."

Anita menghela napasnya dalam-dalam, siap-siap akan mengeluarkan amarahnya.

"Gue udah nurut sama lo, kak. Dari mulai gue harus pindah sekolah ke SMA Cinta Kasih dan cari informasi mengenai kak Dhiani, Pak Rana dan Bu Sarah. Gue udah lakuin itu semua demi lo. Belum puas juga lo, hah?"

Aldo tertawa puas melihat wajah marah adiknya. Ia memang sengaja menyuruh adiknya ini untuk pindah sekolah, hanya karena demi untuk mendapatkan informasi ketiga orang tersebut.

Memang tidak ada pekerjaan sekali.

"Lo udah dapet informasi apa aja?"

Anita diam. Hari ini ia sudah cukup mendapatkan banyak informasi dari hasil curhatan Sarah, tapi ia bimbang antara kasih tahu Aldo atau tidak.

"Gue belum dapet apa-apa. Gue kan baru aja berbaur di sana."

"Ya udah, gue tunggu informasi dari lo. Awas aja lo gak bener ngerjain tugasnya, gak bakal gue kasih jajan lo," ancam Aldo tak terlalu serius.

"Iya iya, gue ngerti."

"Ya udah, sekarang lo istirahat. Gue mau pergi dulu. Bye."

***

Dhiani membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan perasaan yang sangat lelah. Baru hari pertama sekolah ia sudah mendapatkan masalah. Apalagi masalahnya berhubungan dengan Sarah--wanita yang mencintai suaminya.

Rana yang baru saja masuk ke dalam kamar menatap Dhiani dengan tatapan merasa bersalah. Menurutnya, ini semua karenanya. Andai saja ia tak memberi harapan lebih kepada Sarah, andai saja ia bisa jujur kalau Dhiani adalah istrinya. Tapi, sayang, kita tidak boleh berandai-andai.

Sincere Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang