Fitri berjalan ke arah pintu utama, ketika suara bel rumahnya terdengar nyaring di indra pendengarannya. Ia ingin tahu siapa yang bertamu pada malam-malam seperti ini?
Ketika pintu di buka, keningnya mengerut, saat melihat wanita yang sudah lama ia tidak temui sedang berdiri di hadapannya dengan senyum manis yang menghiasai wajah cantiknya.
"Assalamualaikum, Tante." Wanita tersebut mengucap salam sambil mencium punggung tangan Fitri.
"Waalaikumussalam. Sarah?" Ya, wanita itu adalah Sarah. Sarah sengaja datang kesini.
"Iya tante. Tante apa kabar?" tanya Sarah dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.
"Alhamdulillah baik. Kamu apa kabar? Udah lama sekali kamu gak main kesini."
"Alhamdulillah aku juga baik, tante. Hehe iya."
Fitri tersenyum sambil menggandeng tangan Sarah agar ikut masuk ke dalam rumah. Ia benar-benar rindu dengan Sarah. Sarah adalah sahabat baik Rana, itulah yang Fitri tahu.
"Kamu ke sini sendiri?" tanya Fitri ketika mereka sudah duduk di ruang tamu.
"Enggak, kok, Tante. Aku kesini sama ayah dan bunda. Tapi, mereka masih dalam perjalanan, sebentar lagi juga mereka pasti sampai."
Fitri mengernyit bingung. Ada apa Sarah datang kesini dengan orangtuanya?
"Oh, memangnya ada apa, Sarah?"
Sarah tersenyum ramah. "Aku gak bisa jelasin, Tante. Mungkin ayah aku yang bisa jelasinnya."
Fitri hanya mengangguk, mungkin orang tua Sarah hanya akan bersilaturahmi dengan keluarganya.
Fitri bangkit dari duduknya, ia izin pergi ke dapur untuk membuat minum dan beberapa cemilan untuk keluarga kecil Sarah yang katanya akan datang ke sini. Tapi sebelum ia pergi ke dapur, ia menghampiri dulu suaminya yang sedang fokus dengan beberapa map di ruang kerjanya.
Fitri menjelaskan kepada Doni, kalau keluarga kecil Sarah akan datang ke sini. Doni cukup kenal dekat dengan Sarah. Karena dulu, Sarah sering main ke sini dengan Rana. Tapi mereka tidak selalu berdua, ada teman yang lainnya juga. Karena Doni selalu menegaskan kalau Sarah dan Rana jangan terlalu dekat.
Setelah selesai membuat teh hangat dan beberapa cemilan ringan, Fitri kembali ke ruang tamu. Di sana sudah ada suaminya, Sarah dan kedua orangtua Sarah.
"Wah, kayaknya kita ngerepotin nih," seru lelaki paruh baya, ketika Fitri menyimpan teh dan cemilan di atas meja. Sudah bisa ditebak, itu adalah ayahnya Sarah.
Doni terkekeh kecil. "Hehe enggak ngerepotin, kok."
"Bagaimana kabar kalian? Sudah lama sekali kita gak bertemu," tanya ayah Sarah.
"Alhamdulillah, kita sekeluarga sehat, Aji. Kalian gimana?" Doni balik bertanya kepada Aji—ayahnya Sarah.
"Alhamdulillah, kita sekeluarga pun sehat."
"Kalau boleh tahu, Rana kemana nih? Kok, dari tadi gak keliatan." Aji sedikit bingung, karena sedari tadi ia tidak melihat keberadaan Rana ada di rumah ini.
"Sekarang Rana tinggal di apartemennya."
Aji mengangguk mengerti. "Sebenarnya, kami datang ke sini ada sesuatu yang ingin kami sampaikan."
"Sesuatu?" Fitri mulai membuka suara.
"Iya. Kedatangan kami kesini ingin meminta persetujuan dari kalian," ucap Lia—bundanya Sarah yang sedari tadi diam.
Fitri semakin bingung. Persetujuan apa yang dimaksud orangtua Sarah?
"Jadi begini, kami ingin Rana dan Sarah menikah." Aji menjawab kebingungan Fitri dan Doni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love ✔
Romance[ SUDAH TERBIT ] Terima kasih sudah mencintaiku dengan setulus hatimu. *** Kisah seorang gadis berhijab bernama Dhiani Ameera Zidan yang harus menerima perjodohan dengan lelaki tampan bernama Rana Taufik. Dhiani tidak pernah menyangka kalau orang tu...