Sore harinya, Rifqi benar-benar datang ke rumah Aida. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku jaketnya.
Rifqi : Keluar woy! Aku di depan rumah kamu nih.
Aida yang kebetulan baru selesai mandi, membawa ponselnya yang tergeletak di atas kasurnya. Ia membulatkan matanya saat membaca pesan dari Rifqi. Kenapa Rifqi tiba-tiba datang tanpa memberinya kabar? Tahu gini, dia akan mandi dari tadi.
Aida : Tunggu, aku baru beres mandi.
Rifqi : Jangan lama-lama!
Aida segera memakai pakaiannya. Ia hanya memakai rok mocca dengan kaos lengan panjang. Ia menyisir rambut sebahunya yang masih basah, kemudian dikeringkan dengan hair dryer. Setelah benar-benar kering, Aida segera mengikat rambutnya dan memakai hijab instannya.
Sebelum pergi menemui Rifqi, Aida memakai kaos kaki terlebih dahulu dan memakai sandal hello kitty-nya.
"Yo, mau ikut gak?" tanya Aida kepada Rio—adiknya yang sedang menonton di ruang tengah.
"Ikut kemana kak?" Rio balik bertanya.
"Di depan ada temen kakak. Temennya laki-laki. Kamu tahu 'kan kalau kakak gak boleh berdua-duaan sama laki-laki. Jadi, kamu temenin kakak ya?"
Rio mengangguk. Bocah 6 tahun itu bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah kakaknya.
"Ayo, Kak. Aku akan jaga kakakku tersayang." Rio menggandeng lengan Aida.
Mereka berdua berjalan menuju ke depan rumahnya, menemui Rifqi yang sudah menunggu Aida dari tadi.
"Hai, Rif?" sapa Aida sedikit canggung.
"Hai?" balas Rifqi "Lama amat sih," lanjutnya dengan gerutuan.
"Maaf."
"Oh jadi laki-lakinya kak Rifqi? Aku kira siapa," ucap Rio, mendekati Rifqi.
"Halo jagoan? Apa kabar?" Rifqi mengacak-acak rambut hitam Rio.
Rifqi dan Rio sudah saling kenal dua tahun yang lalu, karena Dhiani dan Rifqi suka menyempatkan main ke rumah Aida. Mau itu karena tugas, atau hanya main-main saja.
"Halo, kak? Aku baik," sahut Rio.
"Ya udah, kak Rifqi sama kak Aida ngobrol aja. Aku gak akan ganggu, kok. Tapi aku tetep di sini buat jaga-jaga," kata Rio.
Rifqi mengangguk sambil tersenyum. Kemudian tatapannya beralih ke arah Aida yang sedang menundukkan kepalanya.
Rifqi berdehem terlebih dahulu untuk mencairkan suasana yang canggung. "Jadi, apa alasanmu?" tanya Rifqi to the point.
Aida menggigir bibir bawahnya. Ia benar-benar gugup, rasa takut masih terus menghantui hatinya.
Ia menghela napasnya dalam-dalam. Kemudian diembuskan secara perlahan. "Sebenarnya...."
Rifqi masih setia menunggu Aida melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya alasan...."
"Sebenarnya apa, Aida? Ayo cepat jawab!"
"Sebenarnya alasan aku menjauh darimu karena aku mencintaimu," jawab Aida dengan satu tarikan napas.
Hening. Rifqi masih mencerna maksud ucapan Aida. Apa ia tidak salah dengar kalau Aida mencintai dirinya?
"Aku menjauh darimu karena aku ingin menghilangkan rasa ini. Karena aku tahu, seharusnya rasa ini gak hadir di hati aku." Tak terasa setetes air bening keluar dari sudut mata Aida.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere Love ✔
Storie d'amore[ SUDAH TERBIT ] Terima kasih sudah mencintaiku dengan setulus hatimu. *** Kisah seorang gadis berhijab bernama Dhiani Ameera Zidan yang harus menerima perjodohan dengan lelaki tampan bernama Rana Taufik. Dhiani tidak pernah menyangka kalau orang tu...