56. Accident

47.7K 3.2K 126
                                    

Dhiani berjalan tergesa-gesa menuju ruang IGD. Ruangan di mana suaminya sedang ditangani oleh dokter. Saat ia menerima telepon dari nomor Rana, ternyata yang meneleponnya adalah Sarah. Bukanlah Rana.

"Halo, Pak? Bapak di mana? Bapak baik-baik saja 'kan?"

Cukup lama Dhiani menunggu, sampai akhirnya terdengar suara di ponselnya. Suara yang terdengar begitu menyakitkan baginya.

"Halo, Dhiani. Ini Sarah."

"Bu.. Bu Sarah?" tanya Dhiani terbata-bata.

"Iya. Kamu segera ke rumah sakit Mitra Indah. Rana kecelakaan," ucap Sarah di ujung sana.

"Kecelakaan?" Dhiani masih tidak percaya dengan apa yang dikataan Sarah. Ini terlalu mendadak baginya. Padahal baru satu jam yang lalu ia berkirim pesan dengan suaminya itu.

Kini pipinya sudah basah oleh air mata yang terus turun. Dhiani benar-benar takut kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk dengan suaminya.

"Halo, Dhiani?" Sekarang bukan lagi suara Sarah yang terdengar, melainkan suara laki-laki.

"Halo, ini siapa?" tanya Dhiani.

"Ini Aldo. Sekarang kamu ke rumah sakit ya. Kamu harus tenang!"

"Ke.. kenapa pa.. pak Rana bi.. bisa kecelakaan, kak?" Dhiani sudah menangis sejadi-jadinya.

"Nanti dijelasin di sini. Kamu sekarang ke sini juga."

"Iya, aku kesana, Kak."

Dhiani berlari menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Sebelum ia pergi ke rumah sakit, ia terlebih dahulu menghubungi mama mertuanya.

"Dhiani?" Dhiani menengadahkan kepalanya saat ada orang yang memanggil namanya. Ketika ia lihat, ternyata itu Sarah yang sedang melambaikan tangannya, menyuruh Dhiani untuk mendekat ke arahnya.

"Bu Sarah? Apa yang terjadi dengan pak Rana?" tanya Dhiani ketika sudah mendekat dengan Sarah.

Sarah membawa tubuh Dhiani ke dalam dekapannya, membuat tangis Dhiani semakin menjadi, begitu juga dengan Sarah.

"Rana keserempet mobil, Dhi," ucap Sarah dengan suara seraknya.

"Kenapa bisa?"

Sarah melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Dhiani lekat-lekat. Matanya terlihat sembap, hidungnya memerah, serta wajahnya terlihat pucat.

"Saat Rana akan menyebrangi jalan menuju ke penjual sate, ada mobil yang melaju kencang, menyerempet Rana. Hingga kepala Rana terbentur ke aspal."

Mata Dhiani membulat saat mendengar penjelasan dari Sarah. Jadi, Rana kecelakaan hanya karena akan membelikan dia sate? Kalau Dhiani tahu akan terjadi seperti ini, dia tidak akan meminta dibelikan sate oleh Rana.

"Ini semua salah aku, Bu. Aku minta dibeliin sate, hingga membuat pak Rana keserempet."

Sarah menggeleng. Ini bukan salah Dhiani. Ia memang takdir.

"Jangan menyalahkan diri kamu sendiri!" Aldo yang sedari tadi diam, duduk, menunggu dokter keluar dari ruang IGD, buka suara ketika mendengar Dhiani menyalahkan dirinya sendiri.

"Tapi ini gara-gara aku, Kak."

"Bukan, Dhi. Ini takdir. Kamu tenang saja! Semoga Rana tidak apa-apa." Sarah mencoba menenangkan Dhiani.

Saat rapat guru telah selesai. Sarah meminta Aldo untuk menjemputnya. Ketika mereka sedang dalam perjalanan, mereka berdua tidak sengaja melihat Rana yang sedang menyebrangi jalan untuk ke penjual sate. Dan tanpa Rana sadari, ada sebuah mobil mewah yang melaju dengan kencang, menyerempet tubuhnya. Hingga Rana terlempar kekerasnya aspal di jalan.

Sincere Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang