Season 2.2 --Spring : An Inlander! -

3.4K 249 18
                                    

Musim Kemarau 1870

Arabella terpaku pada jendela ber-gorden beludru yang bergoyang tertiup angin di depannya. Sedari pagi saat sang surya mengintip malu-malu dari balik cakrawala hingga saat ini si raja langit telah menempati singgasana kebesarannya, Lady Arabella belum tampak ingin beranjak dari ranjangnya. Dia hanya sibuk membolak-balik buku diarynya malas atau lantas kemudian menutupnya kembali. Berulang-ulang tanpa berniat nelakukan hal lain.

Bagaimana tidak? Dia sebal pada vadernya. Dia bukan anak kecil lagi! Yang dalam 24 jam sehari harus terus menerus diawasi! Sejak peristiwa dua malam yang lalu saat dirinya terpergok pergi ke organisasi kemanusiaan rahasia bersama Elliot, dia diasingkan ke suatu tempat bernama Bogor. Dan disinilah dia berada dalam rumah milik vadernya yang lain. Dan sejak dua hari itu pula Arabella mengurung diri dalam kamar. Hanya pelayan pribadinya yang sesekali masuk ke kamarnya untuk mengantarkan baki berisi makanan atau sekadar membereskan kamarnya.

Sepiring sarapannya yang diletakan di atas meja kecil di samping tempat tidur pun tampak belum tersentuh sama sekali oleh pemiliknya. Bibi Roxy yang menjadi kepala pelayan di rumah ini pun belum berhasil membujuk nona mudanya. Hanya kemarin, dia berhasil membujuk Lady Arabella. Itupun hanya dimakan dua suap dan sisanya dibiarkan hingga dingin.

Lady Arabella tahu sikapnya ini kekanakan terlebih saat kemarin Bibi Roxy menatapnya prihatin sebelum mengambil nampan makan malamnya. Dia tahu banyak inlander lain yang tidak bisa menikmati makanan seenak dirinya. Sementara dia sendiri justru membuang makanan itu begitu saja. Dengan sikap merajuknya saat ini dia hanya akan membuat Vader , Marius, dan Lady Dael -kakak ipar- nya itu khawatir.

Sebenarnya Arabella tidak benar-benar dikurung dalam rumahnya. Dia diperbolehkan keluar asalkan dia memiliki seorang pendamping. Halah pendamping! Arabella lebih suka menyebutnya bodyguard bertampang sangar yang diam-diam mengikutinya kemanapun dia pergi. Vader kira dia tidak tahu? Ha! Dengan langkah kakinya yang kikuk saja Arabella sudah tahu dirinya sedang dikuntit sejak seminggu lalu. Tetapi puncaknya saat dua hari yang lalu, Arabella merasa resah sebab "pendamping" suruhan vadernya itu mengikutinya bahkan ketika jadwalnya mengikuti rapat organisasi kemanusiaan.

Sehingga, saat fajar merekah seperti biasa, Arabella dengan tubuhnya yang mungil dengan gesit berlari menghindari Mr. T-rex. Arabella lebih suka menyebutnya begitu karena langkahnya yang berdebum seperti hewan yang sudah punah itu, meskipun nama aslinya itu.... Pascal! Arabella meringis pelan. Bagaimana mungkin seorang bertampang seperti itu bisa memiliki nama selucu itu! Jadi, well seperti dugaannya kabur dari pengawasan Mr. T-rex sangatlah mudah. Hanya saja dia kurang beruntung. Dan malah disekap dalam rumah asing sendiri seperti ini.

"Arabella sayang...." Suara ketukan di pintu kamarnya itu membuat Arabella menoleh dari lamunannya. "Apakah kakak boleh masuk?"

"Masuklah, kak," sahut Arabella diiringi bunyi derit pintu yang terbuka. Di ambangnya berdirilah sosok Lady Dael, kakak iparnya yang menikah dengan Marius dua tahun yang lalu. Celemeknya tampak kotor dengan bahan-bahan dapur. Namun tetap saja sosoknya masih tampak begitu anggun dalam balutan gaun sorenya yang bermotif bunga. Arabella tidak pernah percaya saat Marius mengatakan bahwa Lady Dael adalah seorang jenderal perang Suriname. Bagaimana mungkin sosok se-feminim itu merupakan sosok yang paling berpengaruh di medan perang?

"Boleh kakak duduk?" Tuh kan! Bahkan suaranya saja lebih lembut dibandingkan Arabella yang notabene hanyalah seorang aristokrat Nederland yang tidak pernah bertempur di medan perang apalagi berteriak-teriak memerintah prajuritnya. Arabella tersenyum miris sebelum dia bergeser ke tepi ranjang, membiarkan Lady Dael duduk di sebelahnya.

Hening. Arabella hanya menatap kosong jendela di depannya sambil sesekali melirik Lady Dael di sebelahnya yang tampak tidak ingin berbicara sebelum dia berbicara duluan. Bermenit-menit mereka habiskan dalam diam, sesekali saling memandang tanpa berniat memulai percakapan.

Chase The Bliss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang