Season 2.1 --In The Middle of Spring-

3.6K 285 19
                                    

Musim Gugur 1873

"Sarapan telah siap, my lady. His Grace telah menunggu Anda di ruang makan." Suara Madam Loo yang khas di telinga Arabella menggaung memenuhi indra pendengarannya.

Dengan malas Lady Arabella beranjak dari lamunannya dan mengekori Madam Loo di belakangnya. Seperti biasa porselen mewah dengan berbagai makanan yang telah ditata apik langsung menyambutnya. Dan di ujun meja panjang itu, seperti biasa, Lord Carlos menunggunya. Melakukan ritual sarapan dalam hening seperti biasa. Keduanya tampak enggan memulai satu percakapan singkat sekalipun meskipun ini telah hampir setahun sejak mereka berumah tangga.

Lady Arabella menyesap camomile teanya pelan, membiarkan rasa hangat dan harum semerbak bunga camomile memenuhi esofagusnya. Camomile adalah bunga favoritnya. Dan camomile tea adalah teh kesukaannya. Disaat bangsawan lain mungkin akan lebih memilih barley tea dibandingkan teh murahan sekelas camomile tea yang diminumnya.

Meskipun semurah-murahnya teh tetap saja masih merupakan komoditi ekspor mahal yang hanya mampu dibeli kaum berdarah biru. Tidak seperti saat di Nederlandsch-Indie dimana teh merupakan rempah-rempah yang dapat ditemui di kalangan manapun. Dan mengenai rempah-rempah....

Lady Arabella menggeleng frustasi. Dia telah menikah, Ya Tuhan! Tidak seharusnya bayangan pemuda itu masih menghantui otaknya siang dan malam. Seharusnya ia mencintai 'suami' nya bukan? Tetapi bagaimanapun Lord Carlos berubah menjadi pemuda paling dingin yang pernah ditemuinya setelah mereka menikah. Bertolak belakang seratus delapan puluh derajat seperti saat mereka belum menikah dimana Lord Carlos adalah manusia penggoda paling ahli yang sempat membuatnya bingung atas perubahan sikap sang Duke yang acap kali berubah. Apakah itu karena dia telah menolak Lord Carlos dua kali? Tanpa sadar pipi Lady Arabella bersemu seketika.

"Aku berhasil mendapatkan kedudukan menjadi gubernur jenderal Nederlandsch-Indie." Lord Carlos tiba-tiba menghentikan keheningan yang sudah menjadi bagian dari ritual sarapan pagi mereka. "Menggantikan ayahmu,my lady. Apakah kau ingin ikut denganku ke Nederlandsch-Indie sana?"

Napas Arabella tercekat seketika. Bicara tentang Nederlandsch-Indie, Apakah itu berarti dia bisa kembali bertemu dengan sang inlander?

***

Musim Kemarau 1870

"Vader! Kakak!" Suara rengekan Arabella berumur 19 tahun itu membuat Earl of Lansberg menghela napas, lelah akan rengekan Arabella setiap hari selama 24 jam yang memintanya ikut ke Nederlandsch-Indie.

"Baiklah kau boleh ikut ke Nederlandsch-Indie."

"You're the best, vader!" Arabella melonjak girang ke dalam pelukan Lord of Lansberg.

Lady Arabella masih mengingat saat-saat itu. Saat dirinya yang berusia 19 tahun memaksa ikut ke Nerderlandsch-Indie dimana Lord of Lansberg menjadi gubernur jenderal disana. Dan disinilah dirinya berada, di sebuah, hmm Arabella masih tidak tahu harus menyebutnya apa bahkan setelah ia mendiami tempat ini tiga bulan yang lalu. Townhouse? Yang jelas rumah ini tidak sebesar Mansion of Lansberg di Nederland sana.

Setidaknya tujuan utamanya melarikan diri dari Nederland sana telah tercapai. Disini tidak ada pesta debut, atau pesta dansa yang gilang gemilang. Seandainya dia tidak memaksa ikut vadernya, pasti Lady Cattleya telah memaksanya untuk menikah di umurnya yang tepat menginjak 20 tahun minggu lalu. Setiap harinya dilalui Arabella begitu-begitu saja. Tidak ada kejadian spesial . Tetapi tetap saja Lady Arabella masih menganggap tempat bernama Batavia ini menakjubkan.

Dia telah berkenalan dengan Elliot, gadis Nederland sama sepertinya yang juga melarikan diri dari jeratan skandal para debutan. Mereka berkenalan pertama kali di Pelabuhan Sunda Kelapa. Saat pertama kalinya dia yang menginjakkan kaki di bumi Nederlandsch-Indie. Mereka langsung berteman akrab setelah itu. Bahkan tak jarang saling kirim surat apabila mereka tak bisa bertemu tatap mata.

Chase The Bliss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang