Musim dingin 1872,
Keesokan harinya, cuaca Nederland masih tidak menentu meskipun badai salju telah usai. Namun di beberapa kota lain, badai salju masih mengamuk dahsyat. Aktivitas pemerintahan pun sempat terhenti beberapa hari yang lalu akibat banyak infrastruktur yang tertimbun salju lebat. Namun hari ini pemerintah mengumumkan bahwa aktifitas warga dapat berjalan kembali.
Setelah percakapan singkat kemarin malam, Arabella sama sekali belum melihat batang hidung Lord Carlos. Zovich, pelayan setianya mengatakan bahwa His Lordship telah berangkat ke gedung volksraad menggunakan paardenkoets lama yang telah dimodifikasi sehingga aman digunakan dalam kondisi hujan salju sekali pun. Sepagi ini Arabella pun belum mendengar ocehan Madam Loo. Reneé, salah seorang maid yang bertugas mengurusnya pagi itu mengatakan bahwa Madam Loo sedang sibuk mengatur menu makan siang.
Dapur Mansion memang memiliki persediaan makanan kalengan yang cukup banyak untuk antisipasi jika badai salju mengamuk dalam jangka waktu yang cukup lama. Namun itu juga berarti mereka tidak bisa menikmati makanan fresh setiap harinya. Bersyukur jika badai salju berhentu dan salah satu maid bisa pergi berbelanja ke Town Market. Namun jika tidak, itu berarti Madam Loo harus memodifikasi makanan kaleng menjadi menu yang disukai Lord Carlos, sebab -Arabella juga baru mengetahuinya pagi ini- sang Duke of Parma tidak menyukai makanan kaleng.
Arabella telah bersikeras hendak membantu, tetapi lagi-lagi ditolak. Madam Loo mengatakan bahwa seorang lady tidak cocok untuk bekerja di dapur, dan lebih baik nona mudanya itu menunggu saja hingga santap siang siap disajikan. Arabella juga telah berbaik hati menawarkan pada Zovich untuk membersihkan jalan masuk mansion dari tumpukan salju, tetapi lagi-lagi ditolak.
Gadis muda itu lantas menghela napas sembari menghempaskan diri kembali ke kasur. Sepagi ini yang bisa dilakukannya hanyalah bersantai, menunggu para maid untuk melayani segala keperluannya. Sehingga tanpa bisa dicegah pikirannya mulai berkelana melanglang buana. Arabella kemudian menyentuh buku Middlemarch, membuka halaman pertamanya, lalu menutupnya kembali. Mengambil buku yang lain, membuka halaman pertamanya, lalu menutupnya kembali. Begitu berulang-ulang. Entah mengapa Arabella sama sekali tidak tertarik untuk menamatkan salah satu kisah tersebut.
Pikirannya malah tertuju seratus persen pada buku diary bersampul beludru yang masih berada di kantong saku gaunnya. Meskipun Lord Carlos telah menceritakan semua pengalaman masa lalunya, termasuk kisah cinta pertamanya, Arabella tetap merasa tidak puas. Seolah masih ada satu keping puzzle yang hilang meskipun kepingan-kepingan lain telah tertata rapi pada tempatnya masing-masing. Mengapa Lady Millicent meninggal? Karena kecelakaankah? Pembunuhan? Lalu mengapa Lord Carlos begitu marah hingga nekat menyeburkan dirinya hanya karena perkataannya?
Arabella menggeleng-gelengkan kepala frustasi. Dia tidak berniat untuk menjadi seorang lady yang terlalu mau tahu. Dia juga telah berjanji untuk percaya pada kisah suaminya tanpa berniat untuk mengutak-atik hubungan Lord Carlos dengan Lady Millicent. Arabella memasukkan buku harian itu ke dalam nakas di samping tempat tidyrnya dan menguncinya sekaligus. Jika saja Madam Loo atau Zovich mau mempercayakan salah satu pekerjaan rumah tangga kepadanya, tentu ia tidak akan sempat untuk berpikir sesuatu yang iya-iya.
Arabella tahu keluarganya, vader, moeder, Casimir, Marius, serta Lady Dael adalah orang-orang yang bersikap terbuka. Yahh walau kalau ditilik lebih lanjut, mereka bersikap terlalu adil tanpa adanya rasa diakriminatif antara seorang lady atau lord. Seorang majikan atau pembantu. Batasan-batasan tersebut sama sekali tidak nampak dalam wangsa Weezel, berbeda dengan keadaan di mansion ini, dimana sekat-sekat tersebut tampak jelas. Walaupun Lord Carlos sendiri tidak bisa ikut dalam hitungan.
Contohnya, Madam Loo tidak pernah membiarkannya ikut campur urusan rumah tangga, sementara Ana selalu menurut jika Arabella ingin campur tangan dalam tugasnya. Bahkan kakaknya, Casimir pun pernah tak segan-segan menyuruhnya untuk mencuci paardenkoets yang penuh lumpur. Yah, walaupun tugas yang satu itu tidak bisa dianggap menyenangkan, dan sama sekali tidak pantas dilakukan oleh seorang lady. Tetapi setidaknya Arabella senang karena keluarganya menganggap semua orang adalah sederjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Ficción histórica#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...