Musim Dingin 1872
Arabella terbangun dengan kepala pening keesokan paginya. Udara dingin khas musim salju terasa lembut menyapa kulitnya. Arabella pun menarik selimutnya lebih tibggi, hingga membungkus keseluruhan tubuhnya. Kemudian ia menoleh ke samping, tampaknya suaminya sendiri sudah mandi terlebih dahulu, atau mungkin ia sedang melakukan pekerjaan lain? Arabella tidak tahu apa pun tentang aktivitas sang Duke. Ia hanya tahu bahwa pria yang dinikahinya bernama Lord Carlos, seorang Duke of Parma, dan bahwa mereka menikah karena keterpaksaan. Arabella benar-benar berharap bahwa itu semua hanyalah mimpi, dan sebentar lagi ia akan terbangun dari mimpinya.
"Milady, Anda sudah bangun?" Suara lembut di balik pintu kamar itu kembali menyadarkan fakta bahwa dirinya sekarang benar-benar berada di dunia nyata. Ini semua bukan mimpi. Arabella kembali mengeluh pelan saat pintu kamarnya -kamar Lord Carlos lebih tepatnya- terbuka, disusul dengan masuknya seorang wanita paruh baya dengan tiga orang maid yang lebih muda di belakangnya. "Nama saya Loo Xela, house keeper Mansion ini. Saya akan membantu Anda untuk bersiap-siap, milady. His Lordship telah menunggu Anda di ruang makan."
Begitu Arabella turun dari tempat tidurnya, ketiga maid yang sedari tadi hanya berdiri diam di belakang Madam Loo, dengan sigap langsung memegang Arabella, hendak membantu lady baru mereka bersiap-siap. Namun Arabella dengan tidak kalah cepat juga langsung memberontak. Dia tidak suka dibantu oleh orang lain, bahkan oleh para maid sekalipun. Dia hanya mengijinkan Ana, maid pribadinya di kediaman Weezel untuk membantunya. Itupun jika ia benar-benar memerlukan bantuan, seperti memakai korset misalnya.
"Aku bisa melakukannya sendiri, Madam," protes Arabella ketika seorang gadis yang tampak paling muda diantara ketiga maid lainnya hendak membuka baju tidurnya. Arabella bukannya keberatan disentuh, tetapi ia tidak suka menjadi seorang lady manja yang selalu membutuhkan maid untuk mengatur hidupnya.
Madam Loo yang sedang mengatur pekerjaan kedua maid lainnya itu menoleh, melihat perdebatan kecil antara Arabella dengan seorang maid.
"Membantu Anda merupakan kewajiban kami, milady. His Lordship telah memerintahkan saya untuk mengatur mereka untuk menjadi pelayan pribadi Anda. ""Aku akan sangat berterima kasih jika Madam bersedia merapikan kamarku. Tetapi, aku bisa mengatur diriku sendiri, madam. Biarkan aku berendam dan melepaskan gaunku sendiri."
Setelah menatap Arabella dengan sangsi, Madam Loo akhirnya mengalah. "Baiklah, milady. Tetapi jika Anda memerlukan bantuan, jangan segan meminta Corrine, Analise, dan Renneé untuk membantu Anda, milady. His Lordship sengaja memilih mereka yang seumuran dengan Anda agar Anda merasa nyaman dengan mereka."
"Tentu."
Setelah perdebatan kecil yang sedikit melelahkan itu akhirnya Arabella berhasil membujuk Madam Loo untuk membiarkannya berendam sendiri. Arabella memijat betisnya lembut, merasakan sensasi lembutnya sabun beraroma vanilla kesukaannya. Arabella mendesah senang. Wewangian selalu berhasil membuat mood-nya membaik. Arabella kemudian menggosok seluruh tubuhnya yang terasa pegal akibat terlalu banyak berdiri kemarin malam.
Setelah selesai, Madam Loo kembali memaksa untuk membantunya memakai korset. Meskipun tidak ingin, Arabella harus mengakui bahwa dia tidak bisa memakai korsetnya sendiri. Akhirnya setelah perdebatan kedua yang membutuhkan waktu lebih lama, Arabella mengalah dan membiarkan Madam Loo juga memilihkan gaun berwarna kuning pucat untuk dirinya.
Sejam kemudian, selesai didandani pula oleh para maid suruhan Madam Loo. Arabella kembali mematut di depan cermin, menatap pantulan bayangannya yang tampak sempurna, se-sempurna gelarnya sekarang. Lady Arabella, Duchess of Parme. Bukan sekadar lady muda dari Wangsa Weezel. Terbayang kembali olehnya, para tamu undangan Lord Carlos yang tampak berkelas, anggun, dan ramah. Sangat mencerminkan kepribadian seorang bangsawan yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Ficción histórica#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...