Season 1.6 --Summer! A Memory To Memoir's-

3.8K 346 15
                                    

Musim Panas 1872

"Bagaimana menurut Anda, Duke of Parma?"

"Mengenai apa, maaf?" ulang Lord Carlos tersadar dari lamunannya. Sejak seminggu yang lalu sepertinya kerja otaknya mulai terganngu. Yang ada di sana hanyalah Arabella, Arabella, dan Arabella! Bahkan bisa-bisanya dia melamun di tengah perbincangan politik yang seharusnya menjadi minat utamanya. Apalagi ini menyangkut cita-cita yang didambakannya sejak lama. Menggantikan posisi Earl of Lansberg di Nederlandsch-Indie.

"Mengenai usul Earl of Lansberg menghukum tembak seorang inlander yang dinilai telah melakukan banyak pelanggaran dan meresahkan masyarakat, anak muda." Seorang Marquess berumur di ujung meja menyahut, memandang Lord Carlos dengan tatapan mencela.

"Aku tidak memihak kepada siapapun. Bukankah lebih baik jika pihak kerajaan yang menentukan?" tanya Duke of Parma acuh tak acuh. "Dan menurut saya alangkah baiknya jika kita juga membahas mengenai kelanjutan perkara estat Pooters Makelaardij. Bukankah begitu Marquess of Sala?"

"Maaf jika mengenai urusan itu, saya tidak ikut campur. Permisi." Marquess of Sala membereskan berkasnya, meninggalkan town hall setelah merasa dikalahkan oleh sang Duke.

"Jika begitu lebih baik saya permisi juga." Lord Carlos ikut-ikutan membereskan berkas-berkas estatnya. Setelah itu dia meninggalkan ruang pertemuaan diikuti ke- lima puluh pasang mata yang mengikutinya heran.

"Ada apa, Carlos?" Marius tiba-tiba menyusulnya dan menanyakan pertanyaan itu. Pertanyaan yang sama dengan ke dua puluh delapan orang lainnya. Dan juga pertanyaan yang sama yang hendak dia tujukan untuk dirinya sendiri. Ada apa dengannya?

"Tidak apa-apa," balas Carlos tak tertarik untuk berbasa-basi saat ini dengan Marius. "Mengapa kau menyusulku?"

Marius menyodorkan beberapa lembar berkas yang tampak asing di matanya. "Kau ketinggalan ini."

"Apa itu?"

"Berkas estatmu tentu saja, Carlos! Dan juga berkas pelimpahan kasus inlander yang kita bicarakan tadi! Astaga apa yang terjadi denganmu sehingga kau menjadi sangat.... Sangat kacau seperti ini?"

"Aku tidak tertarik." Balas Carlos singkat. Baru kali ini dia sama sekali tak tertarik dengan kasus-kasus berbau politik. Insting investigasinya sepertinya telah melemah.

"Kau keberatan untuk cerita? Tidak biasanya kau bertingkah aneh seperti ini. Dan melamun di tengah perbincangan politik sepertinya itu bukan sesuatu yang berada di kamusmu."

"Siapa lagi kalau bukan karena adikmu?" sahut Carlos sarkastis sembari memutar bola matanya kesal. Dia tahu semua orang pasti merasakan perubahan hatinya yang tak menentu saat ini. Dan perasaannya itu bertambah buruk sejak tiga hari yang lalu. Semuanya terasa hampa. Hidupnya terasa hampa. Dan semua topik yang dibicarakan tidak ada satupun yang sedikitnya menggugahnya untuk berbicara. Semuanya hanya membuat kondisi hatinya semakin buruk tak terkecuali Marius.

"Adikku yang mana? Arabella?"

"Memang yang mana lagi menurutmu selain dia?"

"Kau rindu dengannya?" tanya Marius lagi sambil mau tidak mau menahan tawanya untuk tidak tersembur. Baru kali ini Marius melihat sahabatnya bertingkah konyol hanya demi seorang gadis. Dan gadis itu aalah adiknya. Suatu kemajuan bagi pria itu yang dikenal seantero Nederland sebagai pria nakal.

"Tidak."

Marius mengangkat alisnya heran. Dia menganggap jawaban itu sebagai jawaban ya. "Mengapa kau tidak bertandang ke rumah?"

"Apakah harus?"

"Tentu saja. Bagaimanapun juga kau adalah tunangan Arabella."

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

Chase The Bliss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang