Musim Kemarau 1870
"Saya khawatir jika salah satu memori di dalam otaknya akan terhapus sebagian, milord," desah seseorang bernada khawatir di sebelah ranjang milik Arabella dimana gadis muda itu masih tetap terbaring sejak lima hari yang lalu. "Saya khawatir milady mengalami koma. Ini sudah lima hari berlalu. Seharusnya milady akan terbangun sejak beberapa hari yang lalu, namun ternyata prediksi saya salah."
"Koma? Apa itu?" Balas vader Arabella dengan nada yang tak kalah cemas sembari menatap Arabella yang sedang tertidur lalu balas memandang Lady Dael yang duduk di sisi ranjang kayu berukir tersebut.
Dokter tua andalan keluarga Weezel itu mendesah lalu menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin. "Ini adalah sejenis istilah yang baru ditemukan dalam dunia medis, milord. Seseorang yang dikatakan koma akan tertidur panjang dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan. Efeknya tentu saja akan lebih mengerikan dibandingkan sekadar pingsan biasa, milord."
Dokter Stevan menatap sang Earl of Weezel dan Lady Dael bergantian. "Saya sudah berusaha mengusahakan yang terbaik bagi putri Anda, milord. Tetapi yang saya khawatirkan adalah Lady Arabella akan kehilangan salah satu memorinya saat dia terbangun akibat trauma yang dialaminya, milord. Selain itu dia juga sempat kehilangan oksigen dalam waktu yang cukup lama. Untung saja dia sempat ditolong oleh pemuda inlander itu sebelum semuanya terlambat."
"Aku tidak percaya pada pemuda inlander itu! Siapa tahu apa yang diperbuatnya pada Arabella sebelum dia berpura-pura menyelamatkannya?" Ujar Lord Weezel geram sembari mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. "Maksudku, siapa tahu dia ingin menarik keuntungan tersendiri dari peristiwa ini?"
"Aku kira Dokter Stevan benar, vader," sahut Lady Dael menyela setelah diam beberapa saat sembari mengelus sayang rambut Arabella yang tergerai. "Yang terpenting saat ini adalah kesembuhan Arabella."
"Lady Dael benar, milord. Yang terpenting adalah kesembuhan Lady Arabella untuk saat ini." Dokter Stevan membenarkan. !erapikan barang-barangnya, bersiap untuk pergi.
"Anda tidak bisa menahan keberangkatan Anda sehari dua, dokter? Aku masih mencemaskan keadaan Arabella hingga saat ini. Sesegera mungkin setelah Arabella sadar aku akan mengirimnya pulang ke Nederland. Amat disayangkan putraku yang pertama sedang dinas luar."
"Maaf, milord. Tetapi Anda tahu sendiri saya harus mengabdikan diri pada profesi saya sebagai dokter. Banyak pasien-pasien lain yang menunggu kehadiran saya untuk menyembuhkan mereka. Amda tahu sendiri bukan kalau profesi saya ini masih langka di zaman sekarang ini. Bukannya tidak mungkin suatu saat ilmu medis akan berkembang luas dan profesi dokter bukanlah suatu hal yang langka seperti sekarang ini. Tetapi satu dua menit juga berarti bagi mereka-mereka diluar sana dan juga bagi saya untuk menyelamatkan nyawa satu orang."
"Pemikiran Anda sungguh mulia, dokter." Earl of Weezel tersenyum, mengubah wajahnya yang terkesan keras menjadi lembut seperti wajahnya saat masih muda dahulu. "Baiklah jika itu keputusan Anda. Terimakasih atas pertolongan Anda terhadap Arabella."
Dokter Stevan balas tersenyum seraya menjabat tangan sang lord mantap. "Saya akan berkunjung lagi untuk memeriksa keadaan putri Anda, milord. Kalau begitu saya mohon undur diri."
Lady Dael mengangguk lantas kembali menatap Arabella yang ,asih tenang dalam tidurnya sementara Lord Weezel mengantar Dokter Stevan sembari bercakap-cakap. Pandangan matanya menerawang, mengingat mundur ke hari dimana pemuda inlander itu menggendong Arabella yang basah kuyup dalam pelukannya. Tidak. Insting wanita seorang Lady Dael tidak pernah salah. Pemuda inlander itu menatap Arabella dengan cara yang berbeda. Dan akan ia pastikan pemuda itu tidak akan macam-macam dengan adik perempuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...