"Kau ingin mengajak kolonist itu ke pesta rakyat kita? Apa kau sudah gila toh nak?"
"Dia berbeda mak!"
"Tetap saja bagi Mak, penjajah tetap penjajah!"
"Arabella itu berbeda Mak! Dia bahkan sudah bersusah payah membuat syal ini untuk Mak."
"Penjajah tetap penjajah! Tidak ada penjajah baik hati! Seharusnya kau mengerti itu. Jika dia memang baik, maka suruh dia mengusir kaum sebangsanya itu kembali ke tanah mereka sana. Tidak perlu kau bela mereka! Mereka itu lebih daripada sampah! Seharusnya dia sadar diri! Disini bukan tempatnya!"
"Vader! Aku.... Aku hanya berteman dengan dia!"
"Berteman? Kau pikir vader tidak tahu apa yang selama ini kalian perbuat? Kau pikir vader tidak punya uang untuk menyewa mata-mata demi menjaga keselamatanmu? Vader benar-benar tidak habis pikir, Arabella. Inlander itu telah mencelakakanmu! Janganlah kau membelanya!"
"Bukankah selama ini vader sendiri yang berkata semua orang adalah sederajat?!"
"Iya Arabella! Tetapi dia adalah inlander! Sementara kita orang kulit putih! Mereka jajahan, Arabella! Camkan itu!"
"Lalu mengapa kalau dia inlander?! Mereka juga manusia, Vader! Mereka punya hak hidup, mereka punya hak untuk merdeka! Mengapa kita tidak pulang saja ke Nederland dan biarkan mereka mengurus hidup mereka sebagimana kita hidup?!"
"Kau tidak mengerti, Arabella!"
"Aku paham vader!"
"Dan kau semakin kurang ajar pada vader setelah kau mengenal inlander ini. Sudah bagus vader tidak memasukan bocah itu ke gevangenis!"
"Jangan vader! Aku mohon!"
"Tidak, Arabella. Vader sudah berbaik hati tidak memberi perintah untuk menembak bocah inlander itu sekarang juga. Dan sekarang juga kau pulang ke Nederland! Tidak ada bantahan!"
°°°^^°°°
Musim Panas 1872
"Selamat pagi, milady."
"Pagi, Ana," sahut Arabella pada pelayan pribadinya itu sementara Ana menyibakkan gorden besar yang menjadi penghalang mentari masuk ke kamar Lady Arabella.
"Bagaimana malam, anda, milady? Apakah anda bermimpi indah?"
"Mimpi, ya? Hmm aku rasa bukan mimpi indah, Ana," jawab Arabella sendu sementara dia membiarkan Ana melepas gaun tidurnya dan menggiringnya menuju bak mandi yang telah dipenuhi busa sabun dan bunga tujuh rupa.
"Mimpi itu lagi, my lady?"
"Hmm."
"Anda tahu, my lady, tidak semua orang dilahirkan beruntung seperti anda. Anda cantik. Anda kaya. Anda mempesona. Semua orang mengagumi Anda. Dan mengenai my Lord, saya rasa itu merupakan bentuk rasa sayangnya pada anda, my Lady."
"Tidak usah berlaku formal seperti itu jika tidak ada orang lain, Ana. Aku tahu Vader sayang padaku. Tetapi bagaimanpun juga dia, kau, dan ribuan inlander lainnya di Nederlandsch-Indie juga manusia, Ana. Mengapa aku tidak boleh berteman dengan kalian?"
Tangan Ana berhenti terangkat di udara. Gadis muda berkulit kuning langsat itu menggelengkan kepalanya prihatin sementara dia melanjutkan kegiatannya menggosok punggung nona mudanya. "Saya tahu Anda berbeda, my lady. Saya tahu Anda menghargai setiap perbedaan yang ada. Dan saya merasa tersanjung, jika Anda menganggap saya sebagai teman. Tetapi bagaimana pun juga Anda tetaplah majikan saya, dan saya merasa bersyukur akan hal itu. Saya terlahir di tengah keluarga ini. Nyonya juga menghargai keberadaan saya sebagai seorang inlander. Tetapi, my lady, di Nederlandsch-Indie sana, banyak inlander yang tidak mendapat perlakuan sederajat dari kaum Anda. Anda harus paham akan hal itu, kita terlahir berbeda, my lady."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...