5

5.5K 217 3
                                    

Amara berjalan memasuki kantor dengan perasaan bahagia. Ia sedikit menari-nari dan menyapa duluan semua orang yang berpapasan dengannya. Amara menciumi aroma lezat yang keluar dari rantang kecil bewarna biru di tangaannya.

Amara mencoba untuk memasak. Ia menyuruh semua pembantu di rumah untuk mencicipi masakannya. Dan mereka bilang enak. Dan lagi, sepertinya itu bukan kebohongan. Mudahan saja Nanda tidak keracunan setelah memakannya.

Pintu lift terbuka. Ia berlari agar cepat sampai ke ruangan Nanda. Amara menarik nafas dan membuka sedikit pintu bewarna silver mengkilat itu.

Terlihat seorang wanita yang sedang berdiri di samping Nanda. Berbicara pelan dan sedikit tersenyum. Nanda serius mendengarkan ucapannya. Sepertinya mereka sedang berdiskusi. Tidak mau mengganggu, Amara memilih untuk menunggu dan bersembunyi di beberapa pot besar tak jauh dari pintu.

Setelah menunggu sekian puluh menit, Wanita itu akhirnya keluar. Higheels 10 cm, rok span diatas lutut, baju ketat yang memperlihatkan belahan dadanya, dan rambut panjang bergelombang terurai sempurna. Amara sempat tak berkedip beberapa detik memperhatikan wanita itu. Ia mengangkat kedua bahunya acuh kemudian kembali berjalan menuju pintu.

"Kenapa gak nelpon kalo mau kesini sayang?" Nanda memeluk Amara sekilas.

"Suprise!"

Nanda tertawa,"itu apa?" Ia menunjuk rantang imut di tangan Amara.

"Makanan yang tidak mengandung racun." Jawab Amara mantap.

"Kamu masak? Wow. Tumben." Nanda terkesima. Ia mulai membuka rantang tersebut. Tempat nomor 1 berisi nasi goreng, tempat nomor 2 berisi nugget hurup yang bertuliskan nama mereka berdua, kemudian tempat ke 3 berisikan sayuran dan beberapa potongan sosis yang lucu.

"Enak!" Pujinya saat menyuapkan sesendok nasi.

"Beneran?!"

Nanda mengangguk antusias. Ya udah nih Suapin." Ia mengeluarkan jurus puppy eyesnya. Amara hanya diam menatapnya. "Ayolah sayang. Biar aku bisa sambil kerja."

"Dasar manja. Ya udah sini." Amara mengambil alih sendok.

"Yey!" Sorak Nanda dengan nada imut.

Mereka mulai bercerita. Amara ingat dengan 2 orang gadis yang menyebutnya sebagai fans fanatik Nanda. Berakhir dengan balasan skakmat dan mereka memblokir dirinya. Sebenarnya ia masih ingin mengerjai kedua gadis itu, tapi karena Nanda merasa kasihan, Amara menyudahinya dengan kalimat yang menusuk, menyakitkan dan tajam.

"Ntar masak lagi ya."

Amara menyusun rantangnya kembali,"Gampang." Ia membaringkan badannya di atas sofa.

Ruangan mulai di selimuti keheningan. Nanda yang kembali sibuk dengan setumpuk map sedangkan Amara yang sibuk memainkan game di ponselnya. 

"Pak ini," seseorang masuk memecah keheningan. "Map yang tadi Bapak minta." Suaranya melemah saat melihat Amara yang menatapnya tanpa mengubah posisi.

Orang yang tadi! Kalo di liat dari dekat sempurna! Wow rambutnya di ikat! Batin Amara kagum.

Nanda mengambil dan mulai membaca. Mereka berbicara dengan serius.

"Sayang kamu ke kamar ya? Ada Klien mau datang sebentar lagi." Kata Nanda.

Amara beranjak dari posisinya. Wanita itu menatapnya sedikit sinis. Ada apa dengannya?

"Sini." Amara mendekat. Nanda meninggalkan kecupan di keningnya.

Amara tersenyum. Kemudian ia menjepit hidung Nanda dengan jahil lalu kabur dengan tawa yang menggema di sepanjang lorong.

After Wedding?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang