"Aku cuma punya hati.. tapi kamu mungkin tak pakai hati..."
Levy mencengkram ujung novelnya. Memejamkan mata, lalu menghela nafas. Sejak kedatangan 'makhluk aneh', ketenangannya mulai terusik.
"Kamu berbohong aku pun percaya.. kamu lukai, ku tak perduli.. coba kau pikir di mana ada cinta seperti ini..." makhluk aneh itu memegang wortel sambil bernyanyi menatap Levy dramatis.
"Kau tinggalkan aku ku tetap di sini kau dengan yang lain ku tetap setia... tak usah tanya kenapa.... aku cuma punya hati..."
"Huo oooo..oooww..." Kesabaran Levy benar-benar habis.
"Levy-chan! Kenapa kau matikan?!"
Levy membalas tatapannya tajam. "Aku. Butuh. Ketenangan."
"Dasar membosankan." Musik pun kembali menggema. Levy menghela nafas kasar. Ia mengambil novel dan memilih membacanya di balkon.
Ting tong!
"Tamu?!"
*****
Pintu terbuka. Menampakkan sesosok pria berpenampilan layaknya preman. Amara memundurkan langkahnya. "Si-siapa?"
"Jika Bulan menerangi langit malam," Pria itu meraih jemari Amara lalu mengecupnya. "Kau, Bidadari surga yang di takdirkan untuk menerangi hatiku."
"Bidada... ri?" Dahi Amara berkerut.
"Masuklah ke dalam istanaku Bidadari."
Matanya menyapu semua isi apartemen itu. Di setiap sisi tersusun rapi novel-novel bercover hitam mendominasi. Amara yakin ia tak salah menekan bel. Ia ingat betul Levy pernah memberitahu nomor apartemennya. 097.
"Izinkan aku memperkenalkan diri," Ia membungkuk memberi setangkai bunga mawar kepada Amara. "Namaku Ricky Martin. Lelaki paling beruntung di dunia karena bisa bertemu Bidadari tanpa perantara."
Dengan ragu, Amara menerima mawar tersebut. "A-amara.."
"Amara? Nama yang sangat indah. Hatiku bahkan bergetar saat mendengarnya." Pria itu tersenyum.
"Amara? Kapan lo datang?" Levy berjalan mendekatinya. Ia melepas headseat lalu menaruh novel yang ia pegang di atas meja kecil.
"Barusan... gue baru sampe."
Matanya menatap setangkai bunga mawar yang ada di genggaman Amara saat ini. Kemudian beralih kepada sesosok pria tak berdosa yang berdiri sangat dekat di sebelah Amara. Ia bahkan memperhatikan wanita itu secara terang-terangan. Matanya memancarkan aura kekaguman.
"Dia.. siapa?" Amara berbisik.
"Gue gak kenal. Tumben lo kesini. Ada apa?" Jawab Levy datar.
"Levy-chan! Kau jahat!" Pria bernama Ricky itu berteriak dengan manja.
"Le-levy... chan?" Amara menutup mulut dengan tangan kirinya.
Levy berdecak. "Dia tetangga sebelah--"
"Tidak! Kita tinggal bersama!" Bantah Ricky.
"Ber... sama?!" Mata Amara melotot.
"Dia haters--"
"Bukankah malam tadi kita bermain bersama? Menurutku itu malam yang sangat indah Levy-chan. Aku tidak membencimu," pipinya mulai bersemu. "Aku sangat... sangat mencintaimu."
Amara terbatuk karena lupa menghirup udara. Levy yang sangat paham dengan alur pikiran Amara pun ikut panik. Ia berusaha berpikir mencari alasan agar--
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding?
Teen Fiction[SELESAI] 💠Sequel dari "Move On, Atau?"💠 "Menyenangkan sih. Hidup berdua sama si Bego." -Amara. "Gue? Yang pasti seneng banget lah. Secara tiap hari gitu kan ngeliat muka unyu dia." -Nanda. Tak lupa dengan para sahabat Amara yang selalu hadir se...