19

5.4K 160 25
                                    

Matanya mengerjap silau karena sinar mentari merayap masuk di sela-sela jendela kamar. Ia duduk beberapa menit mengumpulkan kesadarannya lalu berjalan dengan mata yang masih tertutup.

"A...aw..." ia merasa kakinya telah menginjak benda tajam. Matanya di suguhi banyak tangkai bunga mawar dan juga lilin kecil membentuk love di sekitarnya. Amara mengerutkan keningnya heran.

Tak jauh dari kakinya ada sebuah tombol berukuran kecil bewarna merah. Di bawahnya terdapat tulisan Touch Me. Tanpa banyak berpikir, Amara langsung menekannya.

Matanya melebar saat melihat langit-langit kamar mulai terbuka. Amara tak bergeming sampai sinar matahari menyilaukan pandangannya. Ia begitu terpesona dengan rumahnya yang ternyata mempunyai banyak rahasia.

"Happy Aniversarry 4th sayang!"

Ia tak pernah lebih terkejut daripada ini. Suara teriakan seseorang yang sangat di kenalnya itu berasal dari atas. Sinar yang menyilaukan menjadi penghalang rasa penasarannya saat ini.

Pria itu melompat bebas dan mendarat sempurna di atas kasur. Dua boneka berukuran sangat besar hampir menutup seluruh tubuhnya. Amara kembali terpesona karena ia merasa salah satu dari boneka itu sangat mirip dengan wajahnya.

"Happy aniversarry 4th sayang!" Pria itu kembali mengucapkannya. Ia menunjukkan wajahnya di sela-sela boneka besar itu.

Aniversarry?

4tahun?

"Daebak.." mulutnya terbuka lebar.

"Tembak?" Nanda kebingungan. "Apanya yang di tembak?"

Air mata yang berusaha ia tahan pun akhirnya jatuh membasahi pipinya. Ia menangis dengan keras. Mirip seperti anak kecil yang kehilangan permen.

"Baby don't cry!" Nanda seketika panik melihat Amara menangis dengan keras. "Why why... why you cry?!"

"Lu... lupa... lupa sama tanggal ini... lupa sama tanggal... tanggal aniversarry.. kita.." jawabnya segugukan.

Nanda turun dari atas kasur menghampiri Amara lalu memeluknya erat. "It's oke baby, it's oke," tangannya membelai lembut puncak kepala Amara.

"Ma... maaf..." Tangisnya semakin pecah.

"Aku yang seharusnya minta maaf karna terlalu sibuk." Jawab Nanda.

Amara perlahan melepas pelukan, menyeka air matanya sambil berjalan mendekati ranjang. "Bonekanya lucu banget."

"Liat deh, mirip banget sama kamu." Ucap Nanda cekikikan setelah membandingkan wajah boneka dengan wajah Amara.

"Apaan sih.. ini juga. Malahan lebih lucu boneka dari pada aslinya." Cibir Amara tak mau kalah.

"I hate you." Amara mengecup kening Nanda lembut.

"I love you too so much." Nanda ikut tersenyum. "Tapi aneh deh kalo kamu yang nyium kening aku."

"Biarin. Itu namanya anti mentrims"

"Anti mainstream sayang."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Flashback time.

Dengan kaos putih polos dan celana olahraga sekolah, Nanda melangkah santai menelusuri koridor yang sepi. Hanya terdengar suara Nike Air Force 1 putihnya yang bergesekan dengan lantai.

Sekolahnya itu sedang mengadakan lomba. Otomatis 98% siswa memenuhi lapangan. Ntah memperingati hari apa. Nanda tidak peduli.

"Nyuk lo di mana? Kenapa baru ngangkat telpon gue!" Terdengar suara Zul saat Nanda terpaksa mengangkat telepon ke 50-nya.

After Wedding?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang