Mereka sampai di hotel tujuan menggunakan taxi. Levy mulai melakukan registrasi dengan menunjukkan kupon yang mereka dapat seminggu lalu. Setelah selesai dan di nyatakan real, Levy mendapat kunci dan mereka mulai menuju kamar.
"WUAH!!!!" Teriakannya pecah saat Levy membuka pintu. Kamar yang bisa di bilang berukuran kecil namun sangat indah. Temboknya berhias kupu-kupu lucu bewarna pink tua dan langit-langitnya bergambar awan biru. Amara sangat menyukainya.
Amara memulai explorasi-nya. mengelilingi kamar, memperhatikan setiap sudut, meraba untuk merasakan teksturnya, memasuki kamar mandi, ia juga menyalakan shower hanya untuk merasakan air panasnya.
Levy menaruh koper di sudut kamar. Ia merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk lalu menutup mata menggunakan lengannya. Semua badannya terasa lelah dan hampir membeku. Untunglah mereka bisa sampai di hotel dengan cepat.
"Lucu banget!" Amara menaiki kasur lalu menyentuh kupu-kupu besar di dinding.
"Jangan loncat-loncat."
"Levy liat ini lucu banget!!!"
"Iya gue liat."
"Ish bohong banget." Cibir Amara.
"Gak. Gue liat."
"Liat apanya hah?! Mata lo ketutup gitu apanya yang di liat." Kesal Amara.
"Nih gue liat." Levy mengangkat tangan dan membuka matanya. "Puas?" Setelah itu ia kembali ke posisi semula.
Amara yang tak terima dan merasa kesal, mengambil bantal kemudian membekap wajah Levy dengan keras sampai lelaki itu meronta dan meminta maaf.
Levy berdiri menjauh sambil memegangi dadanya. "Lo!" Nafasnya terengah-engah.
"Apa? Gue kenapa hm?" Amara tersenyum manis.
"Gue mau mandi."
"Alasan. Bilang aja lo kesal sama gue ya kan! Ngaku lo!" Amara melotot.
"Lo disini aja. Jangan coba-coba melangkah. Lo udah liat sendiri kan kamar mandinya gimana?" Amara mengangguk malas. "Ra, gue serius."
"Iya cerewet banget sih. Tau gue tau." Amara menatapnya sekilas. "Tapi kalo gue mendadak lupa jangan di salahin."
"Oke. Anggap aja rezeki." Levy melangkah menuju kamar mandi.
*****
"Apa yang kau inginkan dariku."
Jemarinya menyentuh bibir hangat yang selalu membangkitkan hasratnya. "Sehari tidak cukup untuk menjelaskannya, terlalu banyak."
Pria itu tetap diam menatapnya dingin. Jemarinya kini melonggarkan dasi biru malam yang masih terikat rapi. Kemudian membuka kancing atas kemeja putih itu. Darahnya mulai mendesir.
"Aku menginginkannya." Lisa berbisik manja.
"Kau menginginkannya?" Bulunya merinding ketika merasakan nafas hangat pria itu berhembus mengenai daun telinganya. "Sangat ingin."
"Baiklah ayo lakukan."
Pria itu berdiri. Membuka jas hitamnya lalu melemparnya ke sembarang arah. Ia mendesak Lisa sampai beberapa peralatan di atas mejanya terjatuh. Kedua tangan kekarnya ia posisikan di samping tubuh rampingnya. Tatapan dinginnya menghipnotis Lisa sepenuhnya.
Nanda tersenyum miring. Tangannya meraih sesuatu yang mengikat rambut Lisa lalu membuangnya kesembarang arah. Pipi wanita itu memerah. Tangannya mulai menjelahi dada bidangnya. Kemudian berakhir melingkar di lehernya. Hembusan nafas hangat di telinga Lisa sukses membuat wanita itu mengerang pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding?
Teen Fiction[SELESAI] 💠Sequel dari "Move On, Atau?"💠 "Menyenangkan sih. Hidup berdua sama si Bego." -Amara. "Gue? Yang pasti seneng banget lah. Secara tiap hari gitu kan ngeliat muka unyu dia." -Nanda. Tak lupa dengan para sahabat Amara yang selalu hadir se...