Amara menghantup-hantupkan kepalanya ke dinding. Wajahnya mengeluarkan ekspresi sangat benci dengan tumpukan buku tebal yang ada di depannya saat ini. Membahas tentang cara menjadi istri yang baik. Mama memberikannya seminggu lalu. Dengan harapan, Amara bisa berubah mengikuti jejak banyak wanita yang berhasil ketika mengikuti setiap langkahnya.
Membayangkan lembar demi lembar isi buku itu membuat Amara pusing. Tulisan yang sangat kecil, cover yang tak menarik. Ah.. Amara sangat benci buku seperti itu. Hanya bermodal semangat ingin menjadi istri yang baik, buku itu dapat terselesaikan.
"Cara merawat bayi...." Ejanya. Ia lalu membuka buka lembarannya.
"Apaan coba semuanya bikin gue kesel." Amara melempar buku itu kesembarang arah. Lalu berdiri dan berjalan keluar kamar. Di liriknya jam besar yang terletak di sebelah fotonya bersama Nanda. Pukul 3 sore.
"Jalan boleh kali ya?"
*****
Amara berjalan santai mengelilingi taman yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Dengan gaya pakaian yang teramat sederhana, tak akan ada yang percaya bahwa ia seorang istri dari pemilik perusahaan terbesar seluruh dunia. Tapi, ia tak pernah mengubris hal tersebut. Amara menyimpulkan, ia hanya istri dari Nanda Winata. Tidak lebih.
Setelah hampir 5 kali mengelilingi taman, Amara akhirnya memilih duduk. Keadaan taman yang sangat ramai, begitulah hasil pengamatan wanita itu.
"Sendirian aja? Janda ya lo?"
Amara menangkap suara orang yang sepertinya, berbicara kepadanya. Ia melirik, lelaki itu mengangkat kaki kanannya lalu mempertemukan mata kakinya dengan lutut kirinya.
"Levy! Is that you?!" Teriak Amara.
"Yo." Jawabnya sambil membuka lembaran novel miliknya.
Amara terdiam membatu. Ia terpana melihat seorang lelaki yang duduk di sampingnya. Tubuhnya yang berotot, kulit putihnya, senyum manisnya.. semua kesempurnaan itu masih ada padanya. Tidak salah jika Amara memberinya gelar sebagai manusia tertampan di seluruh alam semesta.
"Ra jangan lupa bernafas." kata Levy tanpa mengubah pandangan.
Amara yang mendengarnya langsung berdehem dan menarik nafas dalam-dalam.
"Ngapain lo disini?" Tanya Amara.
"Duduk."
"Iya gue tau lo duduk. Maksud gue kenapa lo bisa ada disini."
"Ya bisalah. Gue punya kaki."
Amara meremas botol minumannya. Walaupun tampilan luarnya berubah, ternyata sifat Levy masih seperti dulu. Menyebalkan.
"Habisin dulu kek isinya. Baru di remes gitu." Levy menahan senyum.
"Serah gue lah. Minum minum gue." Kesal Amara.
Levy tertawa pelan.
"Tau gak lo? Setahun gue di luar negeri, gue gak bisa hitung berapa cewek yang deketin gue."
Amara mendengus,"Iya tau gue. Yang sekarang jadi model Perfect Quality. Yang endorse nya gak pernah putus. Mampus kan lo di endorse baju couple tapi gak punya pasangan. Rasain noh rasain."
"Kan ada lo yang mau jadi pasangan gue."
"Jijik banget. Terpaksa gue asal lo tau." Ketus Amara sambil menerawang kejadian dimana Levy yang sedang berada di luar negeri rela pergi kerumahnya hanya untuk meminta bantuan menjadi pasangan foto barang-barang endorse yang ia terima. Tidak tanggung-tanggung, Levy membawa 3 koper berukuran besar Dan semua isinya barang-barang couple.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding?
Teen Fiction[SELESAI] 💠Sequel dari "Move On, Atau?"💠 "Menyenangkan sih. Hidup berdua sama si Bego." -Amara. "Gue? Yang pasti seneng banget lah. Secara tiap hari gitu kan ngeliat muka unyu dia." -Nanda. Tak lupa dengan para sahabat Amara yang selalu hadir se...