Ia keluar dari kamar mandi. Hanya handuk yang menutupi setengah badannya. Kemudian berjalan menuju dapur untuk meneguk beberapa gelas air putih.
"Levy sayang apa kau sudah bangun?!" Seseorang membuka kasar pintu apartemen.
Dengan cepat, Levy berlari memasuki kamar mandi... lagi dan mengunci dirinya disana.
"Levy?! Where are you?!" Teriak wanita itu.
"Keluar Sharon! Aku belum memakai baju!" Teriak Levy dengan bahasa Inggris yang fasih.
"Ayolah sayang waktu kita tidak banyak. Cepatlah keluar dan pakai bajumu." Sharon menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Aku tidak akan keluar sebelum kau keluar." Ancam Levy.
"Baiklah ku beri kau waktu 5 menit. Deal?"
"Deal."
"Oke aku keluar."
Mendengar pintu tertutup, Levy menghela nafas lega. Ia keluar lalu memakai bajunya secepat kilat. Stupid girl, umpatnya dalam hati.
"Levy sayang ayolah! Kita hampir telat!" Kebiasaan Sharon, selalu membuka pintu apartemennya dengan kasar.
"Ah jantungku," gumam Levy."Hei tak bisakah kau mengetuk pintu sebelum--"
"Oh God, kau memang terlahir memiliki wajah tampan." Sharon menepuk kedua pipi Levy. "Ayo." Ajaknya.
Ini hari ke tiga Levy berada di London. Seharusnya ini adalah tanggal libur sampai 2 bulan ke depan seperti yang telah Sharon janjikan kepadanya. Saat ia mulai bergegas ke Bandara untuk pulang ke Indonesia, mendadak Sharon merangkulnya dari belakang dan langsung memesan tiket menuju London. Tawaran bonus. Begitu katanya.
"Telur lagi?" Levy mendengus.
"Telur bagus untuk pertumbuhan ototmu sayang," Sharon memotong-motongnya hingga berukuran kecil. "Aku menambahkan jamur di dalamnya. Lalu menggorengnya menggunakan minyak zaitun."
"Aku ingin Pizza, Mie goreng, Jus strawberry, Black Forest, Sup Ay--"
"No sweetie, no. Itu tidak baik untuk badanmu. Cepatlah makan. Aku akan menunggumu." Sharon mendudukkan diri di hadapannya.
Levy dengan terpaksa menyantap makanan tersebut. Rasanya tidak terlalu buruk. Tapi ia merasa bosan jika harus memakan menu yang aneh setiap hari. Ia mengalihkan pandangannya kepada wanita yang sedang serius membuka dan membaca lembaran yang ia bawa sadari tadi.
Sharon. Wanita berumur lima bulan lebih tua darinya itu adalah Managernya. Levy bahkan tak ingat bagaimana bisa ia bertemu wanita itu. Mungkin sekitar 7 bulan yang lalu.
Levy mengakui Sharon sangatlah cantik. Dan juga perhatian. Mungkin karena pekerjaannya sebagai Manager. Wanita itu tak pernah telat saat membangunkannya, membuatkannya sarapan, makan siang, dan makan malam. Tak lupa Mengingatkannya untuk selalu rutin berolahraga.
Penampilan wanita itu juga sangat menarik. Sharon menjedai rambutnya ke atas. Kacamata berbingkai besar menambah kecantikan wajahnya. Penampilan yang selalu ia pakai saat menjadi Manager. Pada saat tak ada jadwal, ia merubah 360 derajat penampilannya. Ia mengurai rambutnya, memakai softlent dan baju yang terbuka. Wanita itu mengajaknya keluar. Entah itu makan di Restaurant, berbelanja, atau hanya sekedar menikmati pemandangan.
"Kenapa? Apa aku terlihat jelek?" Sharon membalas tatapan Levy.
"Tidak." Jawabnya datar.
Sharon menyipitkan matanya, "kau... begadang?!"
Sial. Ketahuan. Levy bergumam. "Hanya beberapa menit." Katanya datar.
"Ah lingkaran hitam... Sudah ku peringatkan beberapa kali bukan?! Jangan pernah tidur lewat dari pukul 9 malam!" Sharon menaikkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Wedding?
أدب المراهقين[SELESAI] 💠Sequel dari "Move On, Atau?"💠 "Menyenangkan sih. Hidup berdua sama si Bego." -Amara. "Gue? Yang pasti seneng banget lah. Secara tiap hari gitu kan ngeliat muka unyu dia." -Nanda. Tak lupa dengan para sahabat Amara yang selalu hadir se...