6

4.9K 190 0
                                    

Amara terkejut saat merasakan pinggangnya berat serta hembusan nafas teratur di lehernya. Nanda masih tertidur. Ia tak merubah posisi karena tau suaminya itu menyukai harum rambut dan tengkuknya. Aroma terapi terbaik. Begitu katanya.

Tangan yang besar dan hangat. Jemarinya yang selalu bekerja keras. Amara menggenggam lalu memijitnya lembut.

Amara bahkan berpikir untuk meracuni suami itu agar jatuh sakit. Mungkin demam, pusing, atau sakit perut. Yang membuatnya tak bisa bangun dari kasur. Sangat kejam memang. Tapi Amara menyukai dirinya yang selalu dimintai bantuan walaupun itu hal sepele. Semisal mengeluarkan permen dari bungkusnya lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulut Nanda. Di akhiri dengan cubitan gemas di kedua pipinya. Mengingatnya saja mampu membuat Amara tersipu.

"Mikirin apa?" Bisik Nanda.

Amara menahan nafas. "En-ggak ada."

Ia menenggelamkan kepalanya semakin dalam. "Detak jantung gak bakalan bohong sayang." Nanda mengecup leher Amara sekilas.

"Enaknya..." Nanda mengelus elus pipinya di leher belakang Amara.

"Geli!" Amara tertawa. Ia mengubah posisinya. Matanya memandangi lelaki yang sedang memejamkan matanya sambil tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya..

"A-aw!!" Nanda meringis kesakitan ketika merasakan pipi kanannya berdenyut. "Aw..." matanya mulai berairan.

Tawanya pecah melihat reaksi konyol suaminya itu. Amara memeluknya sambil tertawa terbahak.

"Lapar? Kebiasaan banget gigit-gigit orang." Nanda menekan pipinya. Memastikan tidak adanya darah yang keluar. Ia kembali meringis. Gigitan di pipi adalah yang paling mematikan. Menurutnya.

"Maaf." Ucapnya sambil menahan tawa. Nanda masih saja mengeluarkan ekspresi konyolnya itu. Membuatnya kembali terbahak.

"You want popo?" Amara mengangkat kepalanya. Meletakkan dagunya di atas dagu Nanda.

"Po-po?"

"Yeah! Popo!"

"What its po..po?"

"Cup." Ia mengecup bibir Nanda. "This is a popo." Amara tersenyum memamerkan deretan gigi rapinya.

Suara tawa memenuhi isi kamar mereka. Sinar matahari bahkan bersembunyi di sela-sela dedanuan. Seolah tak mau mengganggu acara pagi yang indah itu.

"You want kiss?" Nanda menangkup pipi Amara dengan kedua tangannya.

"Khiss?"

"Muacch.." ia mengecup gemas bibir Amara. "This is a kiss."

*****

Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, Amara pergi ke taman belakang dengan riang. Ia mengambil makanan ikan dan menyapa mereka satu persatu. Kemudian berjalan menuju ayunan yang tak jauh dari kolam ikan tersebut.

Amara duduk dan mulai mengayunkan dirinya. Setahun terakhir Ia merasa sangat jarang mendatangi taman belakang. Karena Nanda selalu menyuruhnya untuk pergi ke kantor. Melihat wajah Amara membuatnya semangat bekerja.

"Taman belakang memang tempat terbaik!" Teriak Amara girang.

"Sayang!" Amara membuka matanya. Mencari dimana sumber suara itu berasal.

"Sayang di sini!" Nanda melambai dari jendela kamar. Amara mengerutkan dahinya.

"Kesini bentar!"

Dengan sedikit malas, Amara menghentikan ayunan dan mulai berjalan masuk ke rumah. Suaminya itu kadang memang suka merusak surga yang baru saja ia ciptakan.

After Wedding?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang