Langkah kecil Diana berlari menuju rumah mungil di tengah kota Bandung. Senyumnya mengembang, tangannya mengenggam buku berwarna biru tua.
"Ibuu...." teriak Diana memasuki pekarangan rumah yang tidak terlalu luas. Diana terdiam saat melihat banyaknya orang memakai pakaian serba hitam dengan bendera kuning bertengger di depan pagar rumahnya.
Langkah Diana memelan, melewati beberapa orang yang tidak terlalu di kenalnya. Mungkin beberapa tetangga di sini. Jantung Diana berdegub kencang tangan mungilnya meremas buku biru di dadanya.
"Ibu.." Diana berlari menghampiri ibunya yang duduk bersimpuh di lantai dingin dengan kerudung hitam sedangkan matanya menatap kosong
"Bu.." panggil Diana menyentuh pundak Ibunya. Wanita paruh baya itu menoleh kearah Diana dan berusaha memasang senyum terbaiknya
"Anak ibu sudah pulang?"
"Ibu kenapa? Ko nangis?" tanya Diana ragu mengusap air mata yang terus mengalir dari mata indah ibunya meski bibir sang ibu tersenyum lebar
"Ibu gak apa - apa. Gimana hasil rapot kamu?"
Diana tersenyum sumringah "Diana dapat ranking 1 bu, sesuai keinginan ayah. Ayah pasti senang karena Diana dapat ranking 1" ujar Diana bersemangat.
"Ayah dimana Bu?" wanita itu terdiam dengan pertanyaan Diana. Lalu menghela napasnya pelan
"Sini, ikut ibu" ajak wanita itu mengajak Diana memasuki rumah mereka yang tidak terlalu besar.
Diana bangkit mengikuti langkah kaki ibunya memasuki ruang tengah. Mata Diana menatap ruangan kecil itu ada banyak orang yang duduk mengelilingi sesuatu yang tertutup kain batik. Diana yang baru berusia sekitar 9 tahun menatap bingung dengan orang - orang yang berkerumun.
"Sayang.." panggil Ibunya. Diana menoleh dan menghampiri ibunya duduk di lantai dingin dekat sesuatu yang tertutup kain batik itu
"Ini ayah kamu Diana" Diana menatap heran ibunya. Ibunya tersenyum dan membuka kain batik itu perlahan. Diana tertegun saat kain batik terbuka dan menampilkan wajah ayahnya yang sedang tertidur damai. Wajahnya pucat pasi dan matanya terpejam rapat
"Ayah.. Kenapa bobo di sini? Di lantai dingin, nanti ayah masuk angin dan sakit pinggang lagi loh" ujar Diana dengan polosnya menyentuh tubuh kaku sang ayah
"Diana sayang.." ibunya kembali terisak memeluk pundak Diana. Diana menoleh
"Ayah sudah pergi nak.. Ayah sudah gak ada lagi sayang.."
Diana mengernyit bingung "Ini ayah lagi bobo bu, ayah gak pergi kemana - mana"
Air mata wanita paruh baya itu kembali mengalir dengan deras bingung harus bicara seperti apa "Diana, ayah sudah meninggal dunia nak.. Ayah sudah gak ada lagi. Nanti ayah akan di kubur nak" ujar sang ibu
Diana yang mengerti maksud sang ibu reflek menggeleng kuat "Gak ibu! Ibu bohong. Ayah gak mungkin meninggal" ujarnya kembali menoleh kearah jenazah sang ayah
"Ayah! Bangun ayah. Tunjuin sama ibu kalau ayah cuma bobo. Ayah..." Diana mengguncang tubuh sang ayah yang kaku, matanya masih terpejam dengan damai
"Ayah.. Diana dapet ranking satu yah.. Sesuai keinginan ayah.. Bangun ayah..." isakan kecil dari gadis berusia 9 tahun terdengar memilukan. Sang ibu hanya bisa memeluknya dengan sayang
"Ikhlasin ayah ya nak, biar ayah tenang. Ayah sudah bahagia di sana"
"Gak bu.. Ibu bohong!!"
"Maafin ibu.. Ayah meninggal karena kecelakaan saat hendak menjemput kamu sayang. Ayah di tabrak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sekarang, Diana yang pinter kita baca doa yuk buat ayah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...