Bagian 10

7.8K 257 19
                                    

Rohali menatap Diana yang berwajah pucat, walaupun Diana berusaha menutupinya dengan lipstick tebal tidak menutupi raut wajah Diana yang lesu

"Kamu sakit?" tanya Rohali di sela - sela makan siang bersama mereka. Diana menoleh

"Gak mami" jawabnya sekedar dan kembali melanjutkan makannya

"Mami perhatiin akhir - akhir ini kamu jarang makan, badanmu semakin kurus dan wajahmu terlihat pucat. Apa kamu baik - baik saja?" Diana menoleh

"Iya mami, aku baik - baik saja kok. Mungkin kecapean saja" terangnya lagi

"Sebaiknya kamu berhenti aja kerja jadi model, kerja melayani tamu sudah membuatmu kelelahan" saran Rohali

"Jangan ah mii, kalau dia berhenti jadi model rekening kita ga gemuk lagi. Ngandelin dia ngangkang doang mah, mana bisa sih mi" sahut Andhika menyela pembicaraan mereka. Diana menoleh dan tersenyum kecut

"Iya juga sih ya, kamu banyak minum vitamin aja. Mukamu terlihat jelek kalau pucat dan tirus begitu. Gimana bisa melayani tamu kalau muka jelek gitu. Mana ada yg selera?"

"Iya mami. Nanti Diana beli vitamin. Diana jalan dulu ya?"

"Eh habisin dulu makananmu, gak sexy lagi kamu. Gak semok loh" ujar Rohali

"Gak mami, aku udah kenyang. Jalan dulu ya? Ada pemotretan" Diana melangkah meninggalkan Rohali dan Andhika yang menikmati santap siang mereka.

***

"Ueekkk... Ueekk..." Diana mengeluarkan semua isi perutnya. Rasanya mual dan perutnya melilit. Diana mengurut tengkuknya sendiri berpegangan pada pinggir westafel kamar mandi. Kepalanya sedikit migrain, mungkin efek begadang semalam. Akhir - akhir ini memang Diana susah untuk tidur

"Ana.. Kamu ga apa - apa?" suara ketokan pintu dan suara laki - laki kemayu terdengar mengkhawatirkan kondisinya. Diana menghela napas, merapikan riasan wajahnya yang sedikit berantakan dan berjalan pelan menuju pintu

"Ya ampun Ana, kamu sakit?"  suara seorang pria kemayu membuatnya tersenyum tipis. Andra, dia adalah hair style untuk para model.

"Aku gak apa - apa" ujar Diana pelan

"Muka kamu pucet lo shay, yakin gak apa - apa?"

Diana mengangguk mantap "Riasin aku biar ga pucet ya.. Ini aku Migrain aja" kelah Diana

"Ya udah yukk" Andra mempersilahkan Diana duduk dan mulai mengambil peralatab riasnya

"Lo hamil kali, sampe muntah - muntah gitu" celetuk seorang perempuan muda dan cantik yang duduk di sebelah Diana. Diana hanya melirik namun mengabaikan omongannya

"Salah lo sendiri sih, jadi cewe murahan banget ya wajar deh lo hamidun duluan" wanita itu tertawa sinis. Tapi Diana masih diam malas rasanya menanggapi omongan orang yang gak tau apa - apa tentang hidupnya.

"But, bagus juga kalau lo hamidun.. Jadinya, lo ga bakal lagi tuh nikung kerjaan gue!" ujarnya bernada sinis "Lo itu harus tau, sebelum lo dateng dan ngangkangin Direktur Agensi kita, lo ga bakal deh seterkenal sekarang. Lo mah cuma modal ngangkang doang"

Diana menghela napas mencoba meredam emosinya dan tersenyum menatap pantulan wanita cantik dari cermin depannya "Makasih loh ya Bella, kamu perhatian banget sama saya. Saya jadi tersanjung, saya ga tau betapa kamu ngefans sama saya sampai semua hal kehidupan saya kamu tau. Tapi makasi loh ya sekali lagi Bella. Good Luck, bye" Diana bangkit meraih tasnya kepalanya sudah pening dia beranjak meninggalkan Bella yang belum sempat membalas ucapannya. Baginya semua tak penting, hanya menambah isi kepalanya saja.

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang