"Tuduhan yang diberikan kepada Ibu Rohali dan Bapak Andhika cukup berat. Selain menjadi seorang mucikari, mereka juga kerap kali menyiksa para wanita yang di jadikan pekerja sex bila tidak menuruti keinginannya. Bahkan, hukuman yang mereka berika tidak segan - segan membiarkan para wanita itu dilecehkan oleh binatang peliharannya. Ini sangat berdampak buruk bagi mental seorang anak. Sejak kecil mereka diperjual belikan, bahkan dengan sengaja dilakukan pelecehan seksual. Ini sudah dikenakan pasal berlapis. Dan juga baru saja beberapa hari lalu, ibu Rohali dengan sengaja membunuh teman sekongkolannya di dalam penjara. Dia benar - benar harus di hukum seberat - beratnya" ujar seorang Jaksa di persidangan itu.
"Gak! Saya tidak melakukan apa yang dituduhkan, saya mengadopsi anak memebesarkannya hingga mereka menikah dan memiliki keluarga baru" ujar Rohali mencoba membela diri
"Saya membawa semua anak - anak yang sudah ibu Rohali adopsi dari panti asuhan itu. Biarkan mereka memberikan saksi kepada kita semua apa yang sudah di lakukan Ibu Rohali dan Bapak Andhika selama ini. Saya juga melampirkan bukti kwitansi jual beli Bu Rohali dengan Ibu Rita. Beserta rekening koran ibu Rohali. Saya juga melampirkan bukti transaksi Ibu Rohali dengan pria - pria hidung belang. Ada juga screenshot percakapan mereka di Whatsap sudah kami copy"
"Tuduhan ibu sudah berlapis, selain membuat prostitusi anak dibawah umur, memperdagangkan anak dibawah umur dan ibupun sudah secara sengaja membunuh rekan bisnis anda. Yang kemungkinan besar menyimpan rahasia atau bukti - bukti lainnya"
"Ini .. Ini... " Rohali menunduk dan meneteskan air matanya, mungkin air mata penyesalan
"Bagaimana Hakim Ketua?" tanya seorang Jaksa penuntut yang memandang sinis Ibu Rohali yang sudah terisak menangis
"Melihat barang bukti yang sudah di berikan pengacara, beberapa bukti yang juga di beberkan oleh Jaksa dan beberapa saksi yang menguatkan, maka saya memutuskan..."
"Tunggu pak Hakim" ujar Rohali memotong pembicaraan Hakim. Semua menoleh tak suka kearah Rohali
"Saya mengaku bersalah, saya mengakuinya. Jujur, saya menyesali semua perbuatan saya. Sesungguhnya ini semua rencana Rita dan Andhika suami saya. Mereka yang memiliki bisnis ini. Saya sebagai istri Andhika hanya menjadi korban dari semua ini. Mohon bapak Hakim mempertimbangkan hukuman yang layak bagi saya. Karena saya, tidak sepenuhnya salah. Saya begini karena Andhika adalah suami saya, sebagai istri yang baik saya hanya menuruti apa kata suami" ujar Rohali
"Bohong! Semua yang dikatakannya Bohong pak Hakim Ketua" ujar Jaksa itu lagi
"Bohong?" tanya Hakim lagi. Jaksa itu mengangguk dan membisikkan sesuatu pada pengacara yabg di sewa Velin
"Saya punya salah satu saksi yang bisa menjelaskan semuanya bahwa Rohali itu sedang berusaha memfitnah suaminya. Saya hadirkan, Diana Ramona Putri"
Diana duduk di atas kursi roda dan didorong memasuki ruanh sidang. Sesaat mata Diana bertemu dengan Rohali. Rohali menatapnya tajam seolah ingin membunuh Diana saat itu juga. Diana dengan tenang menjelaskan semua yang dialaminya bersama beberapa wanita lain yang menjadi korban kebiadapan Rohali dan Andhika. Ada Vera, Shinta dan yang lainnya. Mereka dengan senang hati menjelaskan semua yang terjadi selama menjadi 'anak asuh' Rohali. Bagaimana mereka memperlakukan anak - anak hingga mengalami tekanan mental.
"Jangan! Jangan percaya mereka! Mereka semua berbohong! Mereka sekongkol karena ingin balas dendam pada saya!!"
"Ini saya bawa beberapa bukti untuk di tayangkan. Ini adalah rekaman cctv yang saya pasang dengan sengaja di beberapa tempat tersembunyi di rumah Ibu Rohali. Saya tau, suatu hari nanti semua ini akan terjadi. Kejahatan akan terbongkar, jadi saya yang sudah memiliki penghasilan dari 'bergoyang' menyisihkan beberapa untuk membuat bukti ini. Rohali dan Andhika tidak tau bahwa saya memasang cctv di beberapa tempat. Ini saat saya berusia 18 tahun. Bagaimana mereka menyiksa, menjual saya dan membiarkan hewan peliharaan mereka memperkosa saya. Saya simpan ini baik - baik, karena saya tau hari ini akan tiba" ujar Diana. Mengeluarkan sebuah Flashdisk hitam dan menyerahkannya kepada Pengacara. Rohali gemetaran akan bukti yang diberikan Diana.
Benar saja, Video rekaman cctv itu terputar dan menampilkan Rohali sedang menjambak rambut Shinta, ada yang mendorong Vera bertemu laki - laki, ada pula rekaman saat Rohali menghukum Diana dengan membiarkan anjing peliharaan mereka memperkosa Diana.
"Sudah terbukti bahwa Rohali dan Andhika memang bersalah. Memang sengaja membuat prostitusi anak dibawah umur"
Hakim ketua mengangguk setuju. Lalu menghela napas sejenak
"Saya ingin dia, Rohali dan Andhika di hukum seberat - beratnya kalau perlu hukum seumur hidup. Karena dihukum seumur hiduppun belum tentu bisa mengembalikan wanita - wanita dan anak - anak yang telah direnggut masa depannya" ujar pengacara Velin.
"Baiklah, saya sudah memutuskan. Melihat dari banyaknya bukti yang diberikan, dari saksi - saksi juga. Ibu Rohali dan Bapak Andhika memang bersalah karena telah sengaja melakukan praktek prostitusi di bantu dengan Alm ibu Rita. Melakukan perdagangan anak dibawah umur, dan terakhir Ibu Rohali dengan kesadarab penuh dan dengan sengaja membunuh Ibu Rita di Sel tahanan. Maka saya jatuhkan hukuman mati untuk Ibu Rohali dan Hukuman seumur hidu untuk Bapak Andhika bila beliau sudah selesai masa pengobatannya. Jika belom, maka dia akan di pindahkan ke Rumah Sakit kepolisian dan di Jaga ketat. Sidang di tutup terima kasih"
Palu hakim sudah di ketuk 3 kali pertanda bahwa keputusan sudah tidak dapat dirubah lagi. Rohali menjerit histeris mendengar keputusan Hakim yang memvonisnya hukuman mati.
"Tidak!!! Kalian merenggut kebebasanku dan merengggut nyawaku!! Ini tidak adil" teriak Rohali saat para polisi wanita membawanya keluar dari ruang sidang.
Diana menghela napasnya sebentar. Selesai sudah.. Semua sudah selesai. Mereka semua sudah mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan
"Diana.." Diana menoleh dan menatap Velin lalu tersenyum
"Terima kasih Dokter cantik, kamu sudah menyelamatkan generasi berikutnya"
Velin mengangguk "Sudah kewajiban aku, untuk membantu kamu. Apalagi membantu anak - anak kita nanti"
Vera menghampiri Diana "Terima kasih Diana, sekarang aku dan suamiku sudah bisa hidup tenang tanpa gangguan dan ancaman dari dia" Diana mengangguk menatap Vera dan Shinta
"Baik - baik kalian ya kak. Aku doakan kalian bahagia selamanya"
"Terima kasih Diana. Lekas sembuh ya" Shinta memeluk Diana dengan sayang lalu meninggalkan Diana bersama Velin. Velin tersenyum
"Aku punya hadiah buat kamu Diana"
"Hadiah?" Velin mengangguk lalu mendorong kursi roda Diana keluar dari ruang Sidang. Velin membawa Diana kesebuah taman Diana masih menerka - nerka hadiah yang akan diberikan Velin untuknya
"Ini hadiahnya" ujar Velin bersemangat. Diana hanya diam sedikit bingung, apa hadiahnya dengan membawanya ke sebuah taman sepi?
"Taman yang indah" ujar Diana kaku
"Bukan tamannya, tapi yang itu" Velin menunjuk kearah seorang wanita yang berdiri membelakangi mereka. Dilihat dari postur tubuhnya seperti wanita yang tidak muda lagi. Perlahan wanita itu membalikkan badannya, Diana menatapnya perlahan wanita itu tersenyum dan mendekatinya
"Diana..."
"Tante... Tante Maya?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...