"Pokoknya mama ga mau tau Aslan! Kalian mesti berpisah!!"
"Tapi ma? Mama apa - apaan sih?"
"Ini demi kebaikan kamu! Titik"
"Ma, undangan udah di sebar ma! Gak mungkin batal. Lagian aku cinta ma sama Diana!"
"Gak! Mama ga setuju, kalian berpisah saja!!"
"Kasih aku alasan ma, kenapa aku harus pisah sama Diana"
"Karena dia... Dia..." Widha memejamkan mata sebentar lalu menghembuskan napasnya "Dia pelacur yang sudah terkena AIDS Aslan! Dan itu bahaya buat kita"
"Apa..?"
Diana membuka matanya dengan cepat, keringat bercucuran membasahu dahinya. Mimpi buruk itu benar - benar menguras tenaganya. Diana memejamkan matanya sejenak. Merasakan sakit yang mendera dihatinya. Bagaimana bisa..? Dia harus merelakan Aslan, dia harus melepaskan Aslan.. Bukan karena tidak lagi mencintainya, tapi karena dia begitu mencintai Aslan.
Diana bangkit dari ranjangnya, menegak segelas air dingin yang memabasahi tenggorokannya. Pertemuanya dengan Velin tadi membuatnya berpikir keras untuk segera melepaskan semuanya dan pergi berobat. Diana menatap cermin dihadapannya
"Kenapa semua terjadi padaku?" keluhnya, sebulir air mata membasahi pipinya. Teringat masa kecilnya yang begitu menyeramkan, dia di perkosa bermai - ramai, di hukum dengan bercinta bersama seekor anjing. Kehilangan kesempatan menimba ilmu dan sekarang seolah tak habis penderitaannya, penyakit mematikan itu datang menghantuinya. Membuatnya kehilangan selera hidup dan masa depannya, kehilangan pria yang mencintai dan dicintainya. Apa salahnya? Kenapa Tuhan begitu berat memberikan cobaan? Tangan Diana mengepal kuat, dia benar - benar merasa jengkel
"Kalian sudah puas menyakitiku?" ujarnya pelan. Wajahnya terangkat menatap pantulan dirinya di cermin dengan tajam
"Aku mati, kalian juga harus mati. Aku akan balaskan semuanya!" ujar Diana pelan
.
.
.
.
.Diana berjalan melangkahkan kakinya menuju rumah mewah milik calon suaminya, hatinya seperti diiris sembilu tapi ini semua demi kebaikan pria itu. Diana memantapkan hatinya, bahwa ini adalah pilihan yang terbaik
"Hei sayang?" sapa Aslan yang kaget melihat Diana berada di rumahnya sepagi ini. Aslan menghampirinya memeluk dan mencium pipinya
"Kamu ke sini sama siapa? Tumben pagi bener" jawab Aslan. Diana masih diam, dia bingung harus memulai dari mana
"Masuk yuk kita sarapan bareng" ajak Aslan, tapi Diana menggeleng
"Aku sebentar saja" ujar Diana, dia melepas cincin berlian yang melekan di jari manisnya lalu meraih tangan Aslan. Meletakkan cincin itu di tangan Aslan. Aslan hanya diam
"Aku mau kita berpisah" ujar Diana pelan. Aslan menatapnya dengan nanar
"Kamu .."
"Maaf Aslan.." ujar Diana lagi
"Eh, ini becanda kan sayang?" tanya Aslan dengan senyum jahil yang dipaksakan
Diana menggeleng "Aku ga bercanda Aslan. Maafkan aku. Aku ingin kita berpisah" tegas Diana lagi
"Lah, tapi kenapa? Kita mau menikah sayang, sebentar lagi" ujar Aslan berusaha membujuk Diana
"Maaf aku gak bisa menikah dengan kamu"
"Tapi kenapa? Beri aku alasan!" ujar Aslan yang sudah tersulut emosinya
"Karena aku... Aku.. Tidak mencintai kamu" jelas Diana. Aslan tertawa
"Gak mungkin. Aku tau kamu cinta sama aku. Jadi, jangan becanda lagi sayang!" ujar Aslan
"Aku sedang tidak ingin bercanda. Mengertilah Aslan. Aku ingin berpisah!"
"Eh gak bisa gitu, undangan sudah tersebar. Gedung, gaun pengantin semua sudah siap. Catering sudah di pesan. Ga mungkin batal ! Kamu lagi ada masalh?"
Diana tersenyum melepas cekalan tangan Aslan "Aku yakin kamu dan keluargamu tidak akan bangkrut hanya karena semua itu batal. Maafkan aku Aslan. Permisi" ujar Diana yang meninggalkan Aslan dengan seribu kebisuan menatap punggung Diana yang kian menjauh. Bertepatan dengan perginya Diana, Widha turun dari kamarnya
"Aslan.." panggilnya
"Mama denger suara Diana, dimana dia?"
"Pergi!" jawab Aslan dingin. Dia hendak berbalik meninggalkan Widha namun sekilas dia meliriknya
"Ma, batalkan semua persiapan pernikahan."
Widha menoleh "Maaf sayang?"
"Aku dan Diana tidak jadi menikah, jadi batalkan semua nya!" tegas Aslan
"Tapi sayang.. Kenapa?"
Aslan menoleh sebelum menutup kamarnya "Entahlah, Diana yang membatalkannya!!" ujar Aslan dengan membanting pintu kamarnya. Widha menghela napas memijit kepalanya yang sedikit pening. Ada apa sebenarnya dengan Diana? Kenapa mendadak membatalkan pernikahannya? Widha teringat dengan Velin, mungkinkah Velin tau sesuatu? Widha beranjak dari tempatnya namun dia terdiam
"Apa Diana hamil anak laki - laki lain? Sehingga membatalkan pernikahan?" gumam Widha.
.
.
.
.
Diana merapikan dandannya, memakai baju super tipis dan siap menjalankan misinya. Hari ini Rohali berangkat ke Singapura, itu adalah hadiah dari Diana. Sengaja, jadi dirumah tinggal Diana dan Andhika saja. Diana akan memanfaatkan waktu berharga ini.Diana berjalan dengan pakaian sexy menuju arah dapur, meminta pembantu dirumah untuk membelikan beberapa makanan. Pembantu itu menyanggupi dan pergi keluar rumah. Diana tersenyum senang, semua berjalan lancar. Kini Diana pergi menuju ruang televisi, menyalakan televisi ukuran 32 inch itu lalu menyalakan DVD porno yang sudah di persiapkannya.
Diana duduk di sofa dan memperbesar volume televisi agar Andhika mendengar apa yang tengah di tontonnya. Kali ini sudah menampilkan adegan si wanita tengah meremas payudaranya sendiri. Diana berkonsentrasi membayangkan Aslan, dan dia mulai melepas bra serta celana dalamnya, meremas payudaranya sendiri dan membelai kewanitaan yang telah di cukur rapi. Diana sengaja mendesah - desah keras mengundang srigala datang untuk menerkamnya.
Ckrek!
Gotcha! Pintu kamar Andhika terbuka, bisa di pastikan Andhika sedang menonton aktifitas yang di lakukan Diana. Diana semakin bersemangat, memasukam satu jari ke dalam lubang kewanitaannya sambil terus bergoyang dan mendesah - desah. Andhika mendekat kearah sofa, biar bagaimanapun dia seorang pria normal, yang di suguhkan pemandangan indah siapa sih yang tak tergoda. Andhika dengan lembut menyentuh telapak kaki Diana, Diana membuka matanya menatap Andhika dengan tatapan sayu.
"Papi ahh..." Desah Diana manja, Andhika masih meraba - raba telapak kaki Diana
"Oohh uuhhh..." Diana mempercepat kocokan jarinya, elusan Andhika semakin ke atas membelai betis mulus Diana
"Shhh.. Ahh papii.. Ooohh..." erang Diana semakin menjadi - jadi. "Papi... Diana mau pipis oohh... Aahhh..." Diana berpura - pura orgasme untuk memancing Andhika. Andhika tersenyum dan mendekat kearah Diana.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...