"Wow, jadi ini calon pengantin wanitanya?" tanya seorang pria dengan logat kebanci - banciannya. Aslan dan mamanya tersenyum bangga
"Iya sist, ini calon mantuku. Ayo dah berikan dia baju teremejing karya kamu"
"Okelah, Beby akan siapkan semua jeng, sini ikut Beby shay. Lu mah cantik banget" puji nya lagi. Diana tersenyum dan menunduk wajahnya merah padam mendengar pujian itu.
Laki - laki muda yang cantik itu mulai memilihkan beberapa gaun pengantin yang di rasa cocok dengan tubuh ideal Diana. Diana diminta mencoba semuanya tapi Diana menolak, dan memilih satu gaun berwarna peach sederhana yang terlihat simpel. Beby membantu Diana mengenakan gaun pengantin yang begitu pas melekat di tubuh Diana. Beby menuntun Diana untuk memperlihatkan gaun pilihan nya ke depan calon suami dan mertuanya.
Dan benar saja, ibu dan anak yang sedang berdiskusi seketika terdiam menatap takjub kearah Diana. Diana dengan rambut yang di gulung asal tanpa make up dengan gaun pengantin berwarna peach sepanjang mata kaki terlihat cantik menawan
"Diana.. Kamu cantik sekali sayang" ujar mama Aslan yang tersenyum bangga dengan pilihan putranya
"Kalau cantik gini, semua temen arisan mama bakal iri mama dapet menantu kaya gini" lanjutnya lagi berbicara dengan Aslan. Diana kembali menunduk membuat Aslan menjadi gemas. Rasanya dia ingin menggendong Diana yang malu - malu keranjang, menelanjanginya dan menindihnya
"Aslan.." panggil Diana pelan. Aslan yang belum mengalihkan pandangan dari Diana hanya menatap Diana yang malu - malu.
"Jangan lihatin aku kaya gitu Aslan. Apa baju pilihanku ini jelek?" tanya Diana lagi
"Ga sayang, kamu cantik terlalu cantik. Kamu akan jadi pengantin tercantik tahun ini. Semua akan berdecak kagum melihatmu" puji Aslan yang mendekat lalu merangkul bahu Diana berbisik mesra pada Diana
"Aku bahkan sudah tidak sabar menunggu malam pengantin kita sayang" bisiknya pelan. Diana tersenyum dan mencubit pinggang Aslan. Aslan mendesis di belakang telinga Diana
"Jangan buat aku harus memperkosamu di sini sayang" ancam lembut Aslan yang membuat Diana tertawa
"Kalian kenapa bisik - bisik sih?" tanya mama Aslan yang tersenyum lalu berbicara dengan Beby perihal gaun pengantin pilihan Diana. Mama Aslan ingin Beby menyiapkan baju pengantin senada untuk pengantin prianya dan anggota keluarga agar seragam dengan baju pengantinnya.
Setelah mereka setuju dengan warna baju dan gaun pilihan Diana, kini mereka memutuskan untuk memilih kartu undangan. Mereka memasuki gedung W.O terkenal di Jakarta. Diana dan Aslan memilih dengan antusias kartu undangan yang akan di bagikan nanti. Mama Aslan membiarkan mereka berdua memilih warna dan bentuk yang diinginkan.
Menjelang malam hari mereka telah selesai memilih kartu undangan dan mendesaign warnanya. Mereka juga sudah membuat janji dengan photografer untuk membuat pre-wedding mereka. Aslan mengantar Diana pulang kerumah lagi. Setelah sesi kissing, Diana masuk dengan riang gembira ke dalam rumah. Rohali hanya menatap Diana dalam diam, Diana yang sedang tertawa bahagia perlahan menaiki tangga membiarkan Rohali terus menatapnya. Andhika menghampiri Rohali menepuk pundaknya
"Kenapa Mi?"
"Lihat Diana ajah, kok belum tidur Pi?"
Andhika melirik Diana yang telah mengunci kamarnya "Ada apa dengan dia? Belom ngantuk sih Mi"
Rohali menghela napas "Diana anak yang manis, dia cantik dan menawan. Dia menjadi primadona kita, dan sekarang dia akan menikah dengan milyuner" ujar Rohali. Andhika hanya diam saja
"Kita akan kehilangan tambang emas kita pii" lirih Rohali lagi
"Bukannya mami setuju dengan pernikahan ini?"
"Iya, tapi ko rasanya enggak rela melepas Diana begitu saja. Apa Diana bisa kita percaya untuk tidak menghianati kita papi?"
"Kenapa mami ragu sih?"
"Ingat dulu Diana berusaha untuk kabur dari kita? Mami merasa seperti berada di persimpangan"
"Kalau gitu kita batalkan pernikahan mereka saja" Rohali melirik sekilas
"Ga bisa gitu juga, Aslan pasti akan murka dan papi tau sendiri mereka keluarga kaya raya bisa lakukan apa saja dengan kita. Apalagi untuk membuka aib prostitusi kita"
"Terus rencana mami?" Rohali mengangkat bahunya sekilas
"Kita harus terus membuat Diana menuruti apa mau kita" Andhika mengangguk setuju.
.
.
.
.
."Akh... Aaakhh.." Diana meringis menahan rasa sakit yang kembali dirasakannya. Sudah tidak bisa ditunda lagi, dia harus segera memeriksakan diri ke dokter. Diana merasa tubuhnya semakin hari semakin lemah. Dengan langkah tertatih Diana meraih ponsel dan menekan nomer telpon taxi langganannya. Berselang 25 menit kemudian, taxi itu datang dan Diana dengan pelan menuruni anak tangga menuju pintu depan
"Diana, kemana?" tanya Rohali. Diana melirik sekilas
"Ijin ke dokter dulu ya mi" ujar Diana pelan. Rohali mengernyit
"Kamu sakit?" tanyanya saat melihat Diana yang pucat.
"Sedikit masuk angin mi" ujar Diana. Rohali mengangguk dan membantu Diana masuk ke dalam taxi
"Jaga kesehatanmu, minggu depan kamu akan menikah" ujar Rohali. Diana hanya mengangguk dan meminta supir menjalankan mobilnya.
Sesampaimya di rumah sakit Diana berjalan pelan menuju Front office untuk mendaftar. Di pagi hari, rumah sakit terlihat tidak begitu ramai. Setelah mendapat nomer antrian untuk ke dokter obgyn. Tidak perlu lama mengantri karena Diana datang terlalu pagi dan pastinya mendapat nomer pertama. Menunggu beberapa saat sambil menahan nyeri dokter spesialis itupun datang dan Diana mendapat giliran pertama
"Pagi ibu" sapa dokter itu ramah. Diana tersenyum manis meski wajahnya terlihat pucat
"Pagi dok" ujar Diana mengambil tempat duduk di hadapan dokter cantik itu
"Ada keluhan apa ibu? Pendarahan ya? Nyeri perut?" dokter itu membaca keluhan Diana yang tertulis di buku praktek. Diana mengangguk
"Akhir - akhir ini, saya merasakan nyeri hebat di perut bagian bawah saya. Bahkan sampai pendarahan hebat dok" keluh Diana. Dokter itu meneliti wajah Diana dan tersenyum tipis
"Mari ibu, kita USG dulu ya" ujarnya. Diana mengangguk dan mengikuti dokter yang memintanya rebahan untuk di periksa. Dokter mengolesi perut Diana dengan sesuatu dan mulai menggerakan alat USG di perut Diana. Dokter menekan - nekan perut Diana yang terasa nyeri.
"Ahh.."
"Sakit ibu?" Diana mengangguk lemah. Dokter menghela napas dan mengajak Diana kembali duduk
"Kenapa dok? Saya sakit apa ya?"
"Saya sih melihat ada sedikit benjolan. Saya masih ragu, apakah itu miom, kista, atau berpotensi kanker" jelas dokter.
"Saya akan berikan surat rujukan, ibu bisa lakukan tes darah di rumah sakit ini juga. Setelah tes darah, ibu bawa hasilnya ke sini. Karena saya juga akan melakukan ct-scan untuk lebih spesifikasinya" ujar dokter itu
Diana mengernyit bingung "Kok parah banget ya dok?"
Dokter tersenyum tipis "Kita doakan saja, semoga semua berjalan baik"
Diana mengangguk "Dok, saya juga sering mengalami nyeri punggung, lalu kepala saya terasa sakit sepeti di tusuk - tusuk setelahnya saya mimisan dok" terang Diana. Dokter itu menatap Diana pelan
"Ibu, kita lihat hasilnya setelah cek darah ya bu" ujarnya lagi. Diana mengangguk dan pergi dari ruang dokter tadi menuju lab untuk melakukan cek darah. Dalam hati Diana terus memanjatkan doa, berharap tidak ada sesuatu yang buruk yang akan menimpanya. Setelahnya Diana merasakan sakit lagi di area perut bawah, kepala dan punggungnya. Diana merenggang menahan sakit sebelum semua nampak gelap
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...