Bagian 21

5.8K 241 10
                                    

"Namaku Diana Ramona Putri Nama Diana diambil dari nama ibuku Ana Safitri sementara Ramona Putri adalah pemberian dari ayahku. Ayahku ingin aku tumbuh menjadi gadis yang pintar seperti Dewi Saraswati. Aku dulu tinggal di Bandung, aku adalah anak tunggal dari ayahku yang bernama Rama Dodo Suharjo dan Ibuku Ana Safitri. Kehidupan kami baik - baik saja. Meskipun kami selalu kekurangan, baik materi maupun kasih dan cinta. Ayah dan ibuku menikah karena perjodohan, Ibu tidak mencintai Ayah entah apa alasannya tapi yang jelas Ayah begitu mencintai ibu terlihat dari bagaimana ayah memperlakukan ibu"

"Dulu, aku punya mimpi ingin memiliki suami yang seperti ayah. Yang begitu sabar, begitu mencintaiku apa adanya aku, memperlakukan aku sangat baik. Ayah adalah laki - laki terhebat dalam hidupku. Semakin hari, ibu semakin berubah. Dia semakin jarang dirumah, ayah terlihat uring - uringan. Meski aku belum terlalu paham, tapi aku bisa melihat ayah merindukan ibu. Bukan ibu yang memasakkan makanan untukku setiap hari, bukan ibu yang mendongengkan cerita saat aku akan tidur, bukan ibu yang memelukku di saat aku merasa takut. Bukan ibu yang mengajarkan aku belajar setiap hari, semua dikerjakan oleh ayah. Ayah yang susah payah bekerja untuk memenuhi kebutuhanku, kebutuhan nini ku, kebutuhan ibu, ayah juga yang mengurusku dari bangun tidur hingga aku tidur lagi"

"Ayahku memang lelaki yang hebat, bahkan saat ibu memilih pergi dari rumah bersama kekasihnya, Ayah tetap setia menunggu ibu. Besar harapan ayah, ibu akan kembali. Terkadang, aku membenci ibuku, dia tidak pantas mendapatkan cinta ayah. Tapi, ayah selalu mengajarkanku untuk mencintai dan menghormati wanita yang melahirkan aku. Ayah adalah pria berhati besar, pria yang sabar dan penuh kasih sayang. Sungguh, aku pernah bermimpi menikah dengan pria yang sama seperti ayah"

"Hari itu, hari kenaikan kelas. Ayah yang bekerja sebagai supir Ojek Online mengantarkan aku pergi sekolah. Biasanya, ayah akan berangkat bekerja setelah aku pergi sekolah. Biasanya aku pergi ke sekolah dengan naik sepeda, tapi hari itu ayah berniat mengantarkan aku. Aku ingat saat itu, ayah bicara padaku bahwa dia ingin mengantarkan anaknya pergi kesekolah. Dia rindu momen itu, momen kebersamaan denganku. Karena pekerjaan ayah yang doubel menyita seluruh waktunya. Ayah bekerja paruh waktu di hotel sebagai pencuci piring dan bekerja sebagai Ojek Online pada pagi harinya. Aku senang sekali saat ayah mengantarkan aku ke sekolah. Ayah bilang padaku, dia ingin aku mendapatkan juara dan aku mendapat nilai yang bagus. Aku ingat, hari itu ayahku begitu tampan dengan jaket hijau yang menempel ditubuhnya. Jika aku wanita dewasa, aku pasti akan jatuh cinta padanya"

"Dengan berbangga hati, aku memperoleh nilai terbaik. Aku juga mendapatkan juara, dan sungguh aku ingin memeluk ayah dan berkata 'Ayah.. Aku ingin selalu membuatmu bangga'. Aku menunggu jemputan ayah berjam - jam lamanya, tapi ayah tak kunjung datang. Aku pikir dia sibuk sehingga tak sempat menjemput. Lalu, aku berjalan kaki pulang kerumah. Dadaku berdebar saat berdiri di depan gerbang rumah. Rumahku ramai, dengan bendera kuning yang berkibar di depan pintu. Perasaanku tak enak, aku melangkah pelan dan aku bertemu ibu. Ibu tersenyum sedih kearahku, aku melangkah mendekatinya. Bertanya dimana ayah, dan ternyata ayahku sudah tiada. Beliau meninggal kecelakaan. Sungguh saat - saat itu adalah saat terapuh yang aku rasakan. Aku kehilangan ayah untuk selamanya, pria yang menjaga dan menyayangiku sepenuh hatinya telah berpulang. Dan itu, sangat menyakitkan"

"Beberapa hari setelah pemakaman ayah, ibu mengajakku ikut dengannya bersama calon ayah baruku, sungguh aku tidak mengerti kenapa ibu sebegitu cepat mendapat pengganti ayah? Apakah pria ini yang telah merusak kebahagiaan ayah? Aku membencinya sangat, dan aku memilih tinggal bersama niniku yang sudah tua renta. Aku tidak tau lagi kabar ibu, karena ibu pergi tanpa meninggalkan pesan untukku. Sampai nini akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Saat itu, aku benar - benar sendirian"

"Seseorang mengantarkan aku ke sebuah panti asuhan di Bandung. Katanya aku bisa memulai hidupku yang baru. Tapi ternyata panti asuhan itu hanya sebuah kedok. Karena di sana telah terjadi jual beli anak. Aku salah satu korbannya. Seorang bernama Rohali dan Andhika datang ke Bunda Rita. Mereka mengaku akan mengadopsiku, tapi aku tidak tau bahwa saat itu aku tengah di jual oleh Bunda Rita. Tidak seperti kehidupan baru yang aku harapkan, tapi kehidupan baru yang menyesaakkan dada. Rohali dan Andhika menjual keperawananku dengan banyak pria. Pria tua yang lebih cocok ku panggil eyang. Karena saat itu aku berusia sekitar 12-15 tahun. Aku lupa. Yang jelas, aku masih kecil saat harus merasakan dunia kejam itu. Sering kali, aku di jual untuk melayani pesta sex pria - pria bejat itu. Bahkan saat aku mencoba kabur atau bunuh diri, Rohali dan Andhika tak akan membiarkanku. Mereka menghajarku, mereka menyiksaku dan yang lebih parahnya mereka membiarkan anjing peliharaan mereka menyetubuhiku. Aku merasa hina dan sungguh kotor. Hidupku terasa hambar, aku hanya bisa menjalani semampu aku terkadang aku meminta Tuhan mencabut nyawaku saja. Sampai akhirnya aku bertemu Aslan, pria yang mencintaiku apa adanya aku. Meski dia tak pernah tau, calon istrinya adalah seorang pelacur murahan. Aslan mempercayaiku, meski aku tak pernah bicara apapun. Aku mencintai Aslan, dan kamipun akan menikah. Sampai penyakit itu, merenggut lagi kebahagiaanku. Penyakit yang tak mungkin bisa aku sembuhkan, penyakit yang akan mengantarku ke liang kuburku. Penyakit ini membuatku terus berusaha bersabar menjalani segala hukuman Tuhan. Aku hanya bisa bersyukur dan berharap kelak anakku dan Aslan tidak akan terkena penyakit sial ini"

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang