Bagian 5 (21+)

15.4K 288 19
                                    

Bruk!!

Diana meringis saat tubuhnya di lempar di atas ranjang begitu saja. Pria bertato itu mendorong tubuh mungil Diana begitu saja tanpa rasa kasihan. Diana terus terisak menangis dia mencengkram kuat ujung baju minim yang dikenakannya. Rasa takut menyelimuti dirinya

"Tenang sayang, tidak akan terasa sakit karena aku akan melakukannya perlahan saja" ujar pria tua yang duduk di kursi roda sebelah pria bertato itu

"Ku mohon kek, jangan lakukan itu" mohon Diana

"Panggil aku Bram, aku memang sudah tua tapi aku masih sanggup membuatmu melayang keenakan sayang" ujarnya lagi dengan tertawa

"Perlu kamu ketahui, aku membeli perawanmu, seharga sangat mahal jadi berlakulah yang manis ya nak" kekehnya lagi

Diana menggeleng terus. Bram bangkit dari tempat duduknya d bantu oleh pria bertato itu lalu duduk di ranjang sebelah Diana. Diana beringsut merasa takut.

"Naiklah ke atas pangkuanku sayang, dan beri aku kepuasan" ujarnya lagi

Diana menggeleng, namun pria bertato itu mencekik lehernya "Lakukan perintah tuanku, atau kamu akan merasakan sakit lebih dari ini"

Diana yang ketakutan memilih untu mengikuti keinginan pria tua itu. Naik ke atas pangkuannya. Bram tertawa penuh kemenangan saat keinginannya terwujud. Bagian bawahnya sudah menunjukkan bahwa dia ingin segera melakukan penetrasi, menikmati lagi wanita perawan yang sudah sangat susah ditemukan. Menikmati lagi lubang sempit dan menjepit yang bisa membawanya ke surga.

Bram menatap wajah Diana yang basah oleh keringat dan air mata, lalu dengan sayang dia mengusap air matanya itu "Rilex ya sayang biar rasanya nikmat" bisik Bram lembut

Bram mendekatkan wajahnya ke wajah Diana, Diana sempat menghindar namun satu jambakan di rambutnya memperingatinya. Akhirnya Diana memejamkan matanya dan membiarkan bibir ranumnya di cumbu oleh Bram yang lebih pantas menjadi kakeknya.

"Buka mulutmu!" perintah Bram. Diana membuka mulutnya dan Bram dengan buasnya mencium mengisap lidah Diana. Diana berusaha menahan rasa jijik yang di rasakannya.

Bram mulai mencumbu dengan penuh nafsu, Diana hanya bersikap pasif namun tetap berusaha mengimbangi cumbuan Bram karena dilanda rasa takut. Iya takut akan pria bertato akan menyakitinya lagi.
Puas dengan bibir ranum Diana, ciuman Bram beralih ke leher Diana di ciuminya leher jenjang Diana hingga menimbulkan bercak - bercak merah keunguan di leher Diana. Perlahan Bram merebahkan Diana di atas ranjang. Diana masih terisak kecil tapi tetap tak bisa berbuat apa - apa

"Anak manis, mari kita lakukan ya sayang"

Bram menarik baju minim dan rok minim yang dikenakan Diana dengan sekali sentak. Matanya menatap penuh nafsu melihat gundukan kecil di dada Diana. Payudara yang baru tumbuh dengan puting berwarna merah muda kecil dan membuatnya semakin bernafsu. Dia menarik miniset yang dikenakan Diana dengan kasar, Diana terus saja menangis dan tetap pasrah berharap semua ini hanya mimpi.

Bram menyedot dengan lembut kedua puting kecil yang baru tumbuh itu. Sesekali menjilatinya dengan lembut. Diana menggeliat bingung merasakan geli dan jijik bercampur jadi satu. Diana meremas seprai dengan kencang, menangis tanpa suara menahan geli dan sakit di payudaranya. Tapi, sikap Diana di salah artikan oleh Bram. Bram kira, Diana menikmati cumbuan panasnya dan menginginkan lebih. Maka dari itu, Bram mengulum payudara dan menghisapnya lebih kuat lagi hingga membuat payudara kecil itu memerah. Diana hanya bisa meringis menahan rasa pedih di kedua payudaranya.

Tangan Bram bergerak turun kebawah menjelajahi perut ramping Diana lalu turun hingga sampai di daerah intim Diana. Mengelus nya dari balik CD bergambar Doraemon khas milik anak - anak. Bram mengelusnya naik turun membuat Diana semakin geli. Rasa takut di hati Diana kian membuncah saat Bram melepaskan satu - satunya kain segitiga yang menempel di tubuhnya. Diana semakin terisak saat kini tubuhnya telah polos tanpa sehelai benangpun

Bram membuka paha Diana lebar - lebar menyentuh inti Diana dengan lembut membuatnya basah agar lebih mudah di perawani

"To- tolong.. Jangan lakukan itu.. Saya moh-mohon" pinta Diana terbata

Bram menatap Diana dengan kilatan nafsu yang sangat kentara "maafkan aku sayang, aku begitu ingin menikmati keperawananmu, aku ingin merasakan jepitan dan sempit berada di dalam mu" ujar Bram

Bram membuka paha Diana lebar, lalu memposisikan dirinya di tengah Diana. Diana memejamkan matanya dan hanya bisa menangis tanpa suara. Tangannya mencengkram seprei dengan kuat saat merasakan sesuatu yang besar menusuk di intinya. Seketika rasa sakit memenuhi daerah selangkangannya. Rasa pedih mendominasi. Bram bergerak dengan cepat tanpa peduli rintihan kesakitan Diana. Karena Bram kira Diana sedang mendesah keenakan. Bram terus memompa miliknya di dalam Diana. Merasakan jepitan dan sempitnya milik Diana. Dan tentu saja, Bram sudah berhasil menembus keperawanan milik anak itu. Ini bukan kali pertama Bram melakukannya dengan anak - anak. Bram menyukai sensasi bercinta dengan perawan yang hanya bisa di dapat dari anak kecil di bawah 15 tahun.

Setelah Bram mendapat pelepasan dia mencabut miliknya dsn tidur terlentang di sebelah Diana. Diana sudah menangis dengan isakan yang cukup keras. Merasakan pedih dan sakit di bagian bawahnya juga di hatinya. Mengutuk diriinya yang mau di adopsi oleh keluarga yang sangat jahat.

"Diana, beristirahatlah. Karena sebentar lagi kamu akan melayani anak saya dan teman - temannya" Diana membelalak menatap Bram yang terbaring di sebelahnya. Melayani anak dan teman - temannya? Bagaimana bisa? Rasa sakit dan perih di bagian bawahnya saja belum hilang dan sekarang akan di lakukan lagi dengan banyak laki - laki?

Benar saja, beberapa menit kemudian masuk sekitar 6 orang pria muda ke dalam kamar itu. Diana beringsut di pojok ranjang menatap pria besar yang menyeramkan baginya. Pria - pria itu menatapnya lapar.

"Oke sayang, giliranmu memuaskan kami"

"Ja- jangan...."

Tbc

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang