The End

8.2K 342 57
                                    

Ketika hati tak menentu, jagalah lidah dari ucapan. Terkadang diam mempunyai peran penting agar tak menyakiti seseorang.
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan di lempari batu, tapi membalas dengan buah.
Anakku sayang, jangan bersedih meski tadi ibu hanya memelukmu sejenak saja. Karena yang perlu kamu tahu, hati ibu akan memelukmu selamanya
Diana-Dewi
The End

"Ini hasil tesnya, kamu bisa lihat" Velin menyerahkan sebuah amplop putih kepada Aslan. Dengan ragu Aslan membukanya dan membaca kata demi kata yang ada di kertas berlogo rumah sakit itu

"Jadi..."

"Iya Aslan, iya tante.. Sarasdewi memang anak biologis Raslan"

Aslan meremas kertas ditangannya sebulir air mata jatuh dari pelupuk matanya. Pertemuan terakhirnya dengan Diana sungguh pasti sudah melukai hati Diana. Dan membuat Diana sampai melahirkan putrinya dengan premature.

"Lalu, bagaimana penyakit Diana? Apa menurun pada cucuku?"

Velin menggeleng "Gak tante, saya sudah lakukan pengecekan dan bayi itu bersih. Dia tidak tertular virus HIV yang di derita Diana" ujar Velin dengan nada tak suka

"Aku, aku mau bertemu Diana" pinta Aslan pelan

"Untuk apa?" Velin mengangkat sebelah alisnya "Untuk menyakitinya?"

Aslan menggeleng "Gak, aku ingin... Meminta maaf" Velin mengangguk paham

"Lalu, dimana cucuku?"

"Masih dirumah sakit. Hari ini rencananya sudah bisa di pulangkan. Kondisi Sarasdewi sudah membaik bahkan sangat baik"

"Baiklah, tante akan ikut kerumah sakit menemui Sarasdewi"
.
.
.
.

Ada yang datang ada yang pergi, ada yang senang ada yang sedih, ada yang kaya ada pula yang miskin, ada yang lahir ada yang meninggal begitulah hidup. Semuanya milik sang Maha Pencipta. Kita manusia hanya bisa berusaha dan berencana, tapi keputusan mutlak tetap ada pada sang Maha Kuasa.

"Halo Diana" Aslan mengambil tempat untuk duduk di sisi Diana. Mengelusnya perlahan

"Maafkan aku.. Kata itu aku jadikan awalan untuk memulai obrolan kita" desah panjang Aslan. Bulir air mata kembali jatug dari mata indah Aslan

"Pertemuan terakhir kita sungguh sangat aku sesali, aku tidak bisa mengontrol emosiku. Aku tidak bisa memahami kondisimu, dan aku pun tidak percaya bahwa Sarasdewi adalah putriku, putri kita. Maafkan aku.. Aku terlalu banyak dosa padamu Diana"

Aslan mengusap air matanya "Aku melewatkan detik - detik kerapuhanmu, aku meninggalkan bahkan aku menghakimimu di saat masa terberatmu, aku bukan pria. Aku hanya pecundang! Aku bahkan tak ada saat kamu berusaha menyelamatkan putri kita, aku minta maaf. Aku tau permintaan maaf ini tak berarti apa - apa, tak akan merubah takdir juga tak akan mengembalikan kamu lagi tapi aku tetap ingin mengucapkan ribuan maaf untukmu Diana. Terlalu banyak hal - hal sulit yang kamu alami, senyum ketegaran itu menutup semua luka yang kamu rasakan. Kamulah yang terhebat Dianaku...."

"Aku begitu cengeng harus menangis seperti ini, tapi aku benar - benar menyesali semua yang aku lakukan padamu semua yang terjadi padamu, aku berjanji aku akan menebus semua kesalahanku padamu Diana.. Aku akan menjaga anak kita sebaik - baiknya. Aku akan menjadikannya ratu di hidupku. Tak akan aku biarkan dia menderita atau ada yang menyakitinya" Aslan menunduk dan menangis, Velin bisa mendengarnya. Velin berjongkok di sebelah Aslan, mengusap punggung kekar Aslan berusaha menyalurkan kekuatan

"Velin.. Aku salah banget sama Diana, rasanya aku...." Aslan tak mampu melanjutkan kata - katanya, dia terlalu menyesal atas semua perkataannya terhadap Diana menyebabkan wanita itu harus melahirkan sebelum waktunya dan tentu membahayakan nyawa Sarasdewi dan Diana sendiri.

"Bodoh aku, aku terlalu bodoh" isak Aslan pelan. Velin mengusap air matanya sendiri

"Diana sekarang sudah bahagia Raslan, tugas kita sekarang adalah menjaga amanahnya. Menjaga Dewi menjadikan Dewi kebanggan untuk Diana dan orang lain. Nasi sudah menjadi bubur, kata maaf dan penyesalan tak akan mengembalikan Diana ke tengah - tengah kita lagi. Kita harus ikhlas agar Diana bisa tenang di sana. Terlalu banyak hal sulit yang di lalui Diana, terlalu banyak kepahitan, rasa sakit dan penderitaan yang dialaminya dari kecil hingga saat dia menghembuskan napas terkahirnya dalam lelap tidur, kini kita hanya bisa mendoakan kebahagiaan Diana di sisi Allah" ujar Velin dengan mata berkaca - kaca.

"Diana gadis yang tegar, dia wanita yang terlalu kuat. Di usia belia dia harus menghadapi kejamnya dunia sendirian. Dia mendapatkan begitu banyak cobaan, mungkin kini dia sudah mendapatkan hadiah terindah di alam Surga"

Aslan mengangguk lemah, tersenyum pada langit biru di atasnya seolah menyampaikan rindu teramat dalam pada sosok yang kini telah bahagia ... Di sana.

"Aku merindukanmu, Diana.. Aku selalu mencintaimu, kamu akan selalu ada di hati terdalamku" bisik Aslan pelan tanpa seorangpun yang mendengar

"Angin.. Sampaikan rindu yang teramat berat ini untuknya, sampaikan cinta kasih tak berbatas ini untuknya.. Iringi langkahnya dengan doa tulusku... Selamat jalan Diana.."

The End

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang