Bagian 2 (repost)

9.5K 264 0
                                    

3 tahun kemudian

Diana duduk bersimpuh diantara dua makam orang yang begitu di sayanginya. Diana membelai lembut papan nisan bertuliskan nama sang ayah.

"Ayah.. Diana rindu ayah..." ujarnya pelan sembari membersihkan makam sang ayah dari daun - daun kering

"Sekarang, Diana udah gak punya siapa - siapa lagi ayah... Diana sendirian.. ayah sudah ninngalin Diana, Nini sekarang juga udah pergi" Diana menghela napas dan menoleh kearah makam sang Nini yang juga berada di sampingnya.

Baru tiga hari kepergian Nininya karena sakit yang sudah parah, Diana pun tak bisa berbuat apa - apa karena usia Diana yang masih berusia 12 tahun. Diana hanya bisa merenungi nasibnya yang kini sudah hidup sebatang kara tanpa orang - orang yang dicintainya juga mencintainya dengan tulus.

"Kenapa sih, kalian harus ninggalin Diana sendirian? Diana harus bagaimana sekarang?" tanya Diana pada kedua makam yang berada di sisi kanan dan kirinya. Tak ada jawaban dari pertanyaannya hanya ada hembusan angin yang kencang sebagai balasannya. Dengan terisak pelan, Diana menghapus buliran air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.

"Diana..." Diana menoleh dan mendapati seorang wanita berhijab mendekatinya. Wanita itu berjongkok di sebelahnya dan mengelus rambut Diana dengan sayang

"Ikhlasin ya nak kepergian Nini" ujarnya pelan

"Iya tante, Diana ikhlas.. cuma Diana bingung harus bagaimana sekarang. sementara Diana hanya punya Nini dan ayah tapi sekarang merea udah di surga ninggalin Diana sendirian" Diana menundukkan kepalanya menahan air mata yang akan mengali lagi

Wania itu tersenyum " Sabar ya sayang, kamu akan mendapat keluarga baru kalau kamu mau"

Diana mengangkat wajahnya mendengar kata 'keluarga baru' apakah itu artinya dia akan berkumpul lagi dengan ibu dan suami barunya? Tidak Tidak. Lebih baik dia sebatang kara saja daripada harus bersama ibu dan suami barunya. Bukannya Diana tidak menyayangi ibunya, namun Diana tidak menyukai John yang harus menjadi ayah kandungnya. Bagi Diana, John lah yang merebut Ibu dari ayah dan dirinya membuat ibu dengan tega meninggalkannya bersama ayah dan nini saja,

"Tante mau ajak kamu ke panti asuhan, setidaknya di sana kamu akan aman dan tetap bisa bersekolah baik. tanpa memikirkan biaya karena sudah pasti ada donaturnya. Dan siapa tau, nanti ada para orang tua yang merindukan kehadiran seorang anak bisa mengadopsi kamu. Kamu kan bisa memberikan kebahagiaan untuk calon orang tua kamu nanti"

Diana terdiam, ini terlalu keras untuk dirinya yang masih terlalu kecil. belum paham dunia kejam yang ada di luar sana. Tapi Diana merasa asa depan dan sekolahnya sangat penting untuk membuatnya bertahan hidup di dunia ini sendirian. Apalagi sebentar lagi Diana akan mengikuti ujian nasional tingkat sekolah dasar. Mungkin solusi panti asuhan tidak terlalu buruk untuknya. panti asuhan adalah tempat anak - anak yang tidak memiliki orang tua tinggal. bukankah dirinya juga sebatang kara? tidak memiliki orang tua asuh?

"Gimana Diana?"

Diana menioleh "Tante Maya.. Diana mau tinggal di panti asuhan"

Senyum penuh kelegaan ditampilkan Maya untuk Diana, dia mengelus rambut Diana dengan kasih sayang yang tulus. Maya merangkul bahu Diana dan menuntunnya untuk bangkit dan pergi menuju panti asuhan untuk memulai hidup yang lebih baik

Maya mengajak Diana ke Panti Asuhan yang terletak di tengah kota Bandung, cukup jauh dari Desa tempat Diana dan Maya tinggal. Maya mengajaknya bertemu seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut menyambut kedatangan mereka

"Halo Bunda Rita" sapa Maya sembari mengecup punggung tangan wanita iti. wanita itu tersenyum hangat

"Ayo duduk" ajaknya kepada Maya dan Diana. Maya dan Diana pun duduk di hadapan Bunda Rita

"Gimana May?"

"Ini bun, aku ajak Diana ke sini"

"Oh ini yang namanya Diana?"

Maya mengangguk "Iya Buna, tolong ya bun di jaga dengan baik. karena almarhumah Ninimya sudah berpesan sama saya untuk menjaga Diana dengan baik. Saya sih pengennya Diana ikut saya saja, cuma mas Edi gak setuju. Kata Mas Edi, kami sudah susah mengurus dua anak kami, mana sanggup mas Edi membiayai kebutuhan Diana" cerita Maya menaap iba kepada Diana yang masih menunduk

"Bunda ngerti kok, solusi kamu buat bawa Diana ke sini memang tepat. Bunda akan menjaganya dengan baik sampai Diana bisa mandiri"

Maya menatap Diana yang masih tertunduk diam dan berpikir sendiri "Sayang, kamu gak apa kan ya tinggal di sini sama Bunda Rita? Bunda itu orang baik, dia akan jaga kamu dengan baik. Nanti tante akan sering nengok kamu ke sini"

Diana mengulas senyumnya untuk Maya "Makasih ya tante, Diana akan baik - baik di sini. titip salam untuk Om Edi dan adik - adik ya tante" ujar Diana. Maya mengangguk dan memeluk Diana sebelum akhirnya berpamita dengan Diana. Rita mengajak Diana untuk beristirahat di kamarnya.

****

Seminggu sudah Diana tinggal di panti asuhan ini. Yang dikerjakannya hanya diam dan diam. Diana lebih sukja menyendiuri daripada bergabung dengan teman sebayanya. Dia meraih buku merah muda hadiah ulang tahun dari mendiang ayahnya dulu. Buku ini belum pernah di gunakannya karena pesan ayah waktu itu adalah, "gunakan buku ini di saat kamu sendirian dan tidak memiliki tempat untuk bercerita" Diana tak pernah menggunakannya, karena ada ayah dan nini nya yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah

Dea Diary

Hai, namaku Diana Ramoena Putri. Nama Ramoena tu adalah nama gabungan antara nama ayah dan ibuku. Ayahku bernama Rama Angkasa sedangkan ibuku bernama Hana Putri. Hari ini saat aku menulis buku ini untuk pertama kalinya adalah saat usiaku 12 tahun dan aku baru kelas 6 sd. Ayahku meninggal 3 tahun lalu sedangan ibuku baik  bai sa sedang bahagia dengan suami barunya

selama 3 tahun ini aku tinggal bersama Niniku, aku tidak mau ikut ibu karena aku tidak mau ayah tergantikan oleh pria lain. Aku tau, ibu bahagia dengan pernikahan barunya, ibu bahkan meninggalkan ku di sini dan lebih memilih suami barunya. sekarang, ibu sedang berlibur dengan suami dan anak - anaknya aku bisa tau ibu sangat bahagia. terlihat dari foto yang dikirimkannya kepadaku beberapa hari sebelum nini meninggal.

Nini yang merawatku sedari aku bayi bersama ayahku, karena ibu lebih sering meninggalkan aku bersama ayah dan niniku. Sayang, niniku harus pergi meninggalkan aku. Nini adalah ibu dari ayahku, beliau sangat menyayangiku seperti ayah, tapi Tuhan lebih sayang Nini. Tuhan menjemput Nini untuk bertemu dengan ayah di Surga sana meninggalkan aku seorang diri di sini. Aku sedih, kenapa ayah dan nini pergi tidak mengajakku?

Aku yang hidup sebatangkara akhirnya di bantu tante Maya agar aku bisa melanjutkan hidupku lebih baik lagi. bersekola menuntut ilmu setinggi - tingginya agar ayah bangga padaku. Kini aku akan menghabiskan waktuku di panti asuhan dengan Bunda Rita dan anak - anak lain yang tidak memiliki orang tua sepertiku. aku harap kehidupanku lebih baik dari sebelumnya.


Diana meletakkan kembali bukunya dan menatap teman - temannya yang bermain riang. Tampak sosok bunda Rita berjalan menghampirinya dan menyapanya pelan "Hei"

Diana hanya tersenyum tipis, bunda Rita membelai rambut Diana dengan sayang "Lagi apa?"

Diana menggeleng "Gak lagi apa bun"

"Kok gak gabung sama temen - temen? Bunda lihat kamu sering menyendiri, kenapa?"

Diana menghela napas "Capek bun, habis pulang sekolah" jawabnya

Bunda Rita mengangguk paha "Y sudah, ohya Diana bunda ada kabar gembira"

"kabar apa bun?"

"Ada yang mau adopsi kamu, kamu mau gak?"

"Adopsi bun? Diana mau di sini saja sama bunda" ujar Diana pelan

Bunda Rita mengangguk "Tapi, kalau kamu punya keluarga baru hidup kamu akan lebih baik Diana. Kamu bisa pikirin dulu dengan baik. Yang jelas calon orang tua kamu sangat menginginkan kehadiran anak. Setidaknya kamu bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka... dan .. untuk kamu juga"

Diana menunduk dalam "Iya bun, Diana pikirin dulu"

TBC

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang