Bagian 16

6.9K 181 9
                                    

Tok .. Tok .. Tok..

"Ya masuk" ujarnya membuat seseorang di balik pintu membuka pintu dan melangkah masuk keruangan ini. Seseorang tersenyum dan duduk di hadapannya

"Ganggu gak?"

"Gak, ada apa?"

"Ini saya bawakan hasil lab pasien kamu, Diana. Sudah saya periksa hasilnya juga dan saya sudah diskusikan dengan dokter spesialis penyakit dalam dan hasilnya memang positif" ujarnya memberikan sebuah amplop coklat berlogo rumah sakit. wanita itu menghela napas sesaat mendengar penjelasan rekan kerjanya.

"Jadi dia positif terkena virus HIV?" tanyanya mengulang kembali yang dijawab anggukan mantap oleh lawan bicaranya

"Kasian sekali dia, aku mendengar dia sebentar lagi akan menikah" ujarnya lagi.

"Ardi, apa dia sudah masuk stadium AIDS?" lawan bicaranya menggeleng

"Baru virus HIV saja sih, belom ada indikasi mengarah ke AIDS. setelah ini, dia harus menjalani perawatan yang insentif"

"Aku akan memberitahunya, sekarang minta tolong kamu beri tahu FO untuk menghubungi Diana" Ardi mengangguk dan bangkit dari tempatnya

"Aku permisi dulu, siang nanti kita makann siang ya?"

"Lihat jadwal ya, aku ada tindakan juga nanti" mendengar jawaban seperti itu, Ardi bisa menebak bahwa ajakannya di tolak. Dia pun pergi keluar ruangan itu. Sesaat setelah Ardi pergi, seseorang mengetuk pintunya lagi

"Ya masuk" ujarnya. Seorang wanita cantik paruh baya masuk ke ruangan itu dan tersenyum

"Haiii sayang" sapanya hangat

"Haii tante, duduk dulu sini" ajaknya

"Tante ganggu gak sih?"

"Gak juga sih tante, cuma Velin lagi meriksa hasil lab pasien aja"

"Owh.. Iya udah tante duduk di sini ya?"

"Iya duduk tante, Velin ambilin minum dulu" ujarnya kemudian berjalan kearah kulkas kecil di pojok ruangan. Widha menemukan sebuah amplop coklat diatas meja Velin yang sekilas terlihat foto seorang perempuan yang dikenalinya. Velin berjalan mendekat ke arah Widha dan memberikan minuman dingin

"Mana tante undangannya?" Widha tersenyum dan mengeluarkan sebuah undangan berwarna maroon dengan pita biru lalu menyodorkannya kepada Velin

"Wah cantik sekali undangannya" Velin membuka kartu undangan itu dan membaca nama calon pengantinnya Raslan dan .. Diana? Velin terdiam membaca nama pengantin wanitanya

"Tante.." panggilnya. Widha menoleh "Nama pengantin wanitanya Diana?" Widha mengangguk

"Kamu kenal?" tanya Widha. Velin berdehem sebentar, dia ragu apakah harus memberitahu perihal Diana atau hanya diam saja. Biar bagaimanapun, dia tau bahwa Diana menderita penyakit yang cukup serius, lalu akankah dia membiarkan Raslan menikahi gadis itu lalu membuat Raslan terkena penyakit mematikan juga?

"Velin?" Widha membuyarkan lamunannya. Velin menghela napas, memang dia ingin menyelamatkan Raslan tapi kode etik seorang dokter pun tak bisa di langgarnya. Dia tidak mungkin membeberkan penyakit salah satu pasiennya, tapi bagaimana dengan Raslan? Haruskah pribadi di campur adukkan dengan profesional pekerjaan? Tapi kan....

"Velin.. Kamu kenal sama Diana?" tanya Widha yang melihat Velin terdiam melamun lama

"Eh.. Gak sih tante, hanya mirip seseorang" ujar Velin. Widha tersenyum

"Tante boleh tau, pasien kamu yang -"

"Permisi dok, ibu Diana sudah datang" ujar seorang perawat yang tiba - tiba datang memotong pembicaraan Velin dan Widha. Baik Velin maupun Widha sama - sama kaget mendengar nama Diana. Velin bangkit dari tempatnya begitupun dengan Widha menunggu si 'Diana' masuk ke dalam ruangan Velin

"Permisi ya tante saya keluar dulu" ujar Velin mendahului. Widha hanya diam di tempat tanpa menyahut pikirannya sedang berada di persimpangan, mungkinkah Diana hamil? Sehingga dia memilih memeriksakan kehamilannya pada Velin? Dan apakah bayi itu adalah cucu nya? Jadi ini sebab Raslan menikahi Diana dengan terburu - buru? Widha tersenyum kecil membayangkan sebentar lagi akan mendapatkan seorang cucu.

Velin mengajak Diana pergi ke ruangan dokter lain, Diana mengikuti langkah Velin yang terkesan minim senyum hari ini

"Duduk Diana" ujarnya. Diana duduk menatap lurus kearah Velin, matanya menatap kosong.

"Saya mau bertanya hal pribadi sama kamu Diana" ujar Velin. Diana terdiam

"Mengenai penyakit kamu, kamu positif terkena... HIV Diana" Diana memejamkan mata dan menghela napasnya sebentar

"Apa kamu pernah berhubungan dengan seseorang pria yang memiliki penyakit itu?" tanya Velin lagi. Diana hanya diam

"Maaf dok, saya siap lakukan segala macam pengobatan. Akan saya jalani" ujarnya tanpa menghiraukan ucapan Velin. Velin sudah tidak tahan lagi

"Bagaimana dengan pernikahanmu?"

"Sepertinya bukan urusan dokter" jawab Diana dingin. Velin menghela napas berusaha mengontrol debaran jantungnya

"Mungkin.. Jika pria yang akan kamu nikahi orang lain aku tak akan peduli. Tapi calon suamimu itu Raslan. Anak dari sahabat ibuku. Itu menjadi urusanku, karena kita... Seperti saudara" ujar Velin akhirnya membuat Diana menatap Velin lekat

"Kamu tau Diana, calon ibu mertuamu tadi ada di ruanganku. Bagaimana jika dia tau kamu pasienku? Apa yang bisa aku katakan? Mengenai penyakitmu?" ujar Velin lagi dengan nada pelan.

"Diana, aku tidak mau membeberkan rahasimu, rahasia penyakitmu. Aku cuma minta pergi lah dari kehidupan Raslan. Bukan demi siapa, kalau kamu mencintainya tinggalkan dia. Penyakitmu bisa membahayakan Raslan" ujar Velin. Diana menahan air matanya yang akan jatuh. Entah dia harus emosi atau bagaimana, yang jelas dia merasa terpukul. Diana hanya menunduk dalam. Menyembunyikan semburat kekecewaan di wajahnya

"Diana..  Aku akan membantu mengobati penyakitmu semaksimal mungkin"

"Terima kasih dokter. Aku akan ikuti saran dokter untuk meninggalkan Raslan" ujar Diana akhirnya. Velin tersenyum tipis, dia merasa kasihan terhadap Diana. Tapi dia tidak mau laki - laki yang dicintainya menanggung sakit karena Diana. Diana bangkit dari tempatnya

"Diana.. Mau kemana?"

"Pulang" jawabnya pelan

"Kamu tidak bisa pulang, karena kamu harus menjalani perawatan. Pergilah bersama perawat itu, aku akan menyusul" Diana mengangguk

"Dan jangan berhubungan badan dengan siapapun dulu ya Diana. Agar tidak ada yang tertular" ujar Velin pelan. Diana mengangguk.

Velin pergi menuju ruangannya bertujuan menemui Widha, tapi dia tak menemukan Widha di sana. Velin mencoba menghubunginya namun Widha tak bisa di hubungi. Velin mendesah pelan lalu pergi melakukan perawatan untuk Diana.

Tbc

Woman (not) For SALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang