Velin termenung sendiri, dia tidak sadar seseorang sudah duduk di hadapannya menatapnya serius dan penuh selidik
"Velin" sapanya membuyarkan lamunan Velin. Velin mendongak dan meletakkan garpu di tangannya
"Ibu.. Ngagetin aja" ujar Velin tersenyum tipis. Velin hendak beranjak namun Neng menghentikannya
"Tunggu dulu" ujarnya. Velin menatap sang ibu sesaat dan kembali duduk di tempatnya
"Ada yang mau ibu tanyakan" ujarnya. Velin terdiam
"Wanita semalam yang bercerita tentang penyakitnya...." Deg! Velin terdiam dari mana ibunya tau perihal..
"Apakah itu Diana? Calon menantu Widha yang batal?" Velin terdiam tak bisa menjawab
"Jawab ibu Velin, dia Diana? Diana calon istri Aslan kan? Ingat kamu ga bisa berbohong sama ibu" ujarnya lagi. Velin mendesah pelan
"Ya ibu, dia Diana. Calon istri Aslan" jawabnya pelan
"Dan dia terkena HIV? Karena dia seorang pelacur??" Velin menoleh menatap sang ibu
"Jangan bicara seperti itu Bu, tolonglah. Jangan beri tahu tante Widha ya?" Neng mengangguk sekilas, bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Velin. Velin kembali melamun, teringat pesan Diana semalam. Pesan yang membuatnya harus bertindak, karena selain ini permintaan Diana, Velin juga berkewajiban menyelamatkan banyak orang.
"Maukah kamu membantuku Velin? Tolong hentikan perdagangan anak yang di lakukan Bunda Rita, Rohali dan Andhika"
Dan sebagai seorang wanita, dia tidak ingin juga kejadian memilukan Diana terulang pada wanita tak berdosa lainnya. Jangan sampai, dan Velin pastikan mereka semua akan tertangkap. Lalu, Aslan? Haruskah pria itu tau semuanya?
.
.
.
.
.
Rohali mengguncang - guncangkan tubuh Andhika yang terbaring lemah, baru saja mereka bercinta dan Andhika lemas saat selesai mendapatkan pelepasannya. Dan kini dia tak sadarkan diri"Pi.. Duh kenapa sih?? Kok ga bangun - bangun? Papi bangun..." ujar Rohali lagi, mencoba membangunkan Andhika dari ketidak sadarannya. Rohali mulai panik, dia dengan segera mengenakkan pakaiannya dan berlari keluar kamar mencoba mencari pertolongan.
Dengan langkah tergesa Rohali menyusuri lorong rumah sakit tempat suaminya di rawat. Rohali membawa suaminya ke rumah sakit terdekat lalu dari rumah sakit itu merujuknya ke rumah sakit pusat untuk memeriksakan kondisi Andhika lebih lanjut. Rohali menghampiri ruangan dokter yang menangani Andhika, dokter penyakit dalam dan dokter lain yang tidak di ketahui Rohali
"Maaf dok" sapanya saat memasuki ruangan dingin yang di dalamnya ada 3 orang pria berjas putih sedang berdiskusi
"Ibu Rohali?" sapa salah satu pria yang sedikit lebih muda diantara yang lainnya. Ibu Rohali melangkah masuk dan mengangguk pelan
"Ah silahkan duduk ibu" ujarnya lagi. Rohali mengambil tempat duduk yang telah di sediakan. Tiga pria berjas putih itupun duduk di dekat Rohali
"Begini ibu, kami sudah melakukan pemeriksaan melalui urine dan darah bapak Andhika, disini kami ingin menjelaskan penyakit apa yang di derita Bapak Andhika berdasarkan pemeriksaan awal kami" jelas dokter itu lalu melirik rekannya di sebelah
Dokter yang sedikit lebih tua dari dokter tadi menjelaskan penyakit Andhika secara detail tapi Rohali tidak mengerti bahasa kedokteran yang digunakan, dia hanya diam sampai dokter itu berbicara
"Bapak Andhika terkena AIDS ibu Rohali, dan virus ini sudah membuat kekebalan tubuh Bapak Andhika melemah, kondisi Bapak Andhika saat inipun sedang kritis, dan.."
"Apa???? Bagaimana bisa suami saya terkena penyakit itu?? Apa.. Apa yang terjadi! Gak mungkin dok, dokter pasti salah!!" teriak Rohali histeris
Ketiga dokter itu hanya diam memandangi Rohali dengan perasaan iba. wajah Rohali sudah memerah menahan sesak di dadanya, pikirannya berkecamuk antara marah, khawatir dan takut. Takut Andhika akan meninggalkannya selamanya? Oh tentu bukan itu ketakutannya, rasa takutnya akan penularan penyakit suaminya. Entah sejak kapan suaminya itu terkena penyakit sialan itu, dan siapa yang telah menularkannya? Dengan siapa suaminya berselingkuh???
Rohali terduduk lemas dengan air mata yang terus membanjiri pipinya, rasa sesak memenuhi rongga hatinya. Ingin dia berteriak, bahkan dia ingin membunuh langsung pria yang telah menjadi suaminya itu. Bukan hal mustahil suaminya menularkan penyakit itu padanya juga kan?
"Ehem" deheman seseorang membuat Rohali mendongakkan kepalanya dan dia terkejut dengan penampakan seorang wanita berbaju biru, baju khusus pasien di Rumah Sakit ini. Wanita itu terlihat pucat dan lebih kurus dari yang dilihatnya terakhir kali. Wanita itu tersenyum sinis dengan memegang infus yang menempel ditangannya
"Diana?" Rohali menatap Diana terkejut. Diana duduk di sebelahnya dengan santai.
"Sakit apa Mi? Kok disini?" tanyanya pelan. Rohali menatap Diana garang, dia sungguh ingin melampiaskan kekesalannya pada wanita sialan di sebelahnya ini yang sudah mencoba kabur darinya
"Kemana saja lo? Berani banget yah lo pergi gitu aja? Udah batalin pernikahan dan lo malah kabur dari gue, gue gak akan segan - segan membunuh lo Diana!!" ujar Rohali keras. Diana tersenyum
"Saya disini Mami, sedang sakit" jawabnya pelan lalu bangkit dari duduknya. Rohali menatapnya heran
"Lo sakit apaan? Kenapa gak cerita ke gue?? Gue gak mau tau, lo harus ikut gue pulang!!"
"Habis saya pulang mau mami apain? Mau di suru ML sama hewan peliharaan mami yang lain?" ujar Diana pelan tapi begitu dalam dan dingin, seperti ada rasa benci dari nada bicaranya
"Lo gak usah nentang gue!!" ujar Rohali yang ikut bangkit menghampiri Diana
Alena tersenyum sinis "Udah deh mami, gak usah nyari saya lagi. Saya gak akan kerja buat mami lagi, saya juga gak akan bisa hasilkan uang untuk mami lagi. Mending mami cari pelacur lainnya deh, buat biaya pengobatan papi Andhika kan?"
"Lo tau dari mana Andhika sakit??" geram Rohali.
"Simpel aja, kondisi saya sudah sangat memburuk otomatis dia juga akan semakin sakit mami" terang Diana pelan. Dia mengelus perutnya dengan kelembutan sebelum berbicara
"Maksud kamu?"
Diana tertawa "Oh iya mami, mau tau aku sakit apa gak? Mau aku kasih tau dokter yang menanganiku? Siapa tau mami bakal perlu refrensi buat penyakit mami kelak" ujar Diana
"Eh! Lo doain gue sakit? Pelacur gak tau diri!!" bentak Rohali dia hendak menjambak rambut Diana. Tapi dengan cepat Diana menangkisnya
"Jangan kasari saya lagi!" tegas Diana. Matanya menatap tajam Rohali menusuk Rohali hingga sedikit merasa ngeri terhadap Diana
"Saya gak takut, anda mau bunuh saya. Toh tanpa anda bunuh saya, saya akan mati perlahan dengan penyakit yang berasal dari anda sendiri!!" Rohali terdiam menatap Diana yang menunjukkan wajah marahnya
"Saya seperti ini karena ulah kalian, ulah manusia - manusia keji seperti kalian! Jika bukan karena kalian, saya tidak akan sehancur ini! Kalian, Rohali, Andhika dan Rita yang sudah menjual saya, mendapat uang dari goyangan tubuh saya di ranjang, hingga saya kehilangan semua masa depan saya! Kalian membuat saya menderita penyakit ini, dan tentu kalian akan mendapat hukumannya!!" ujar Diana keras.
Diana berbalik hendak meninggalkan Rohali yang mendadak terdiam " Ohya mami, sedikit info saja ya.. Saya terkena Virus HIV semoga penyakit saya ini bisa menjawab semua pertanyaan mami ya, dan jadi berkah juga buat mami. Bye mami" ujar Diana dengan tersenyum penuh arti meninggalkan Rohali dalam kebisuan
"Apa?? Jadi Diana...."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman (not) For SALE
RomancePerjalanan penuh liku dan kepahitan di alami Diana. Sejak kecil Diana yang telah di adopsi keluarga yang menjual keperawanannya demi mendapat sejumlah uang, memaksanya menjadi pelacur murahan yang bisa di gilir seenaknya. membuat Diana harus menangu...